PALEMBANG,KOMPAS—Salah satu produk panganan dari Sumatera Selatan pempek berpeluang untuk diekspor. Namun, diperlukan upaya dari semua pihak untuk membenahi sejumlah aspek produksi.
Hal ini disampaikan Direktur Industri Kecil Menengah Pangan Barang Dari Kayu dan Furnitur Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian RI, Sudarto saat menghadiri Sumsel Expo di kawasan Jakabaring, Palembang, Kamis (16/8/2018). Saat ini ada beberapa makanan khas Indonesia yang sudah berhasil diekspor ke luar negeri. Ambil contoh gudek dan rendang.
Namun, sejumlah langkah perlu diperhatikan agar sebuah produk dapat dipasarkan ke luar negeri. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain cara pengolahan, bahan yang digunakan, termasuk mesin yang digunakan. “Semua harus berstandar dan dinilai aman untuk dikonsumsi,” ucapnya.
Menurutnya, pempek memiliki sejumlah keunggulan untuk dijadikan komoditas ekspor. Karena bahan baku yang digunakan benar-benar mencerminkan kekhasan Indonesia, terutama sagu dan ikan belida, gabus serta ikan tenggiri. “Biasanya makanan yang memiliki kekhasan akan diminati oleh importir,” ujarnya.
Selain itu, dibutuhkan langkah tranfer teknologi untuk memproduk pempek yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Sudarto menekankan agar higienitas, bahannya, pengemasan, cara pengemasan harus dipastikan bebas dari virus dan mikroba berbahaya.
Untuk itu, diperlukan keterlibatan dari berbagai pihak agar produk khas daerah dapat diperkenalkan ke dunia internasional. Di sisi lain, kesejahteraan masyarakat pun dapat ditingkatkan. Saat ini, ujar Sudarto, jumlah pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia mencapai Rp 4,5 juta meningkat 12 persen dibanding tahun lalu.
Dari jumlah tersebut 43 persen pelaku IKM bergelut di bidang pangan, 37 persen di bidang kerajinan dan sandang, 20 persen bekerja di bidang logam, mesin dan elektronika. Palembang pun memiliki dua produk yang berpeluang untuk dipasarkan yakni songket dan pempek.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang Yenny Anggrainy, mengatakan, keberadaan Asian Games menciptakan peluang bagi sejumlah pelaku usaha termasuk pedagang makanan khas Palembang, pempek. Hal ini dikarenakan para wisatawan akan membawa oleh-oleh ke negaranya.
Berdasarkan data, jumlah pempek yang keluar kota Palembang melalui Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang mencapai 7 ton per hari. Saat Asian Games, jumlah pempek yang dikirim bisa meningkat hingga 14 ton per hari. “Jumlah ini juga terjadi pada masa Lebaran,” katanya. Apalagi, penyelenggaraan Asian Games bersamaan dengan Idul Adha.
Pemerintah pun ujar Yenny, sudah memberikan kesempatan dengan menyediakan tempat untuk pelaku usaha pempek berjualan di sejumlah even seperti di pusat kuliner Lorong Basah, di Sudirman Walk, dan Sumsel Expo. “Dengan begitu, maka peluang produk pempek terjual semakin besar,” katanya.
Yenny menerangkan, saat ini jumlah penjual pempek di Sumatera Selatan ada 4.000 orang. Sebagian besar dari mereka berada di Palembang. Mereka memanfaatkan kedatangan wisatawan untuk memperoleh keuntungan. Namun, lanjut Yenny, pihaknya berharap agar semua pelaku usaha menjaga kualitas produknya.
Keberadaan Asian Games juga menjadi momen yang tepat untuk memperkenalkan Pempek ke dunia internasional. Selama ini, wisatawan yang kerap kali membawa pempek sebagai oleh-oleh adalah Thailand, Brunei Darusalam, Malaysia. “Dengan Asian Games diharapkan akan banyak lagi wisatawan asing yang membawa pempek ke negaranya,” kata Yenny.