PALANGKARAYA, KOMPAS - Status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah diperpanjang hingga 10 November 2018 dari rencana 19 Agustus 2018. Itu dilakukan karena semakin hari titik panas dan kejadian kebakaran semakin banyak.
Status itu sesuai situasi dan kondisi di lapangan. "Dengan diperpanjang, selain anggaran, semua pihak bisa lebih siaga lagi,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Darliansjah di Palangkaraya, Rabu (15/8/2018).
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya sejak Selasa pukul 07.00 Wib sampai Rabu (15/8/2018) pukul 07.00 Wib ada 66 titik panas di 8 kabupaten/kota, di antaranya Kabupaten Kotawaringin Timur, Barito Selatan, Barito Timur, Seruyan, Sukamara, Pulang Pisau, Kapuas, dan Kota Palangkaraya.
Data BPBPK, kebakaran selama Agustus ini ada 75 kejadian. Selama 2018 terdapat 306 kejadian kebakaran hutan dan lahan seluas 2.596,542 hektar lahan terbakar.
Mengendalikan kebakaran hutan dan lahan, Tim Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan mengerahkan empat helikopter pengebom air, dari sebelumnya hanya dua.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) Kalteng Dimas Novian Hartono mengungkapkan, penanganan karhutla di Kalteng hanya fokus pada pemadaman. Perlu kajian wilayah gambut kering rentan terbakar. "Pemulihan jadi utama dan melibatkan masyarakat di tingkat tapak," kata dia.
Kabut asap
Di Pontianak, Kalimantan Barat, kebakaran lahan dan hutan gambut di sejumlah daerah menimbulkan kabut asap pekat pada pagi dan malam hari, disertai bau menyengat. Kebakaran sporadis itu terjadi sepekan terakhir.
Rabu siang misalnya, titik baru kebakaran lahan muncul di sekitar Jalan Perdana, Pontianak. Luas lahan terbakar sekitar setengah hektar.
Data Kantor BMKG Bandara Internasional Supadio Pontianak, pantauan Selasa-Rabu pukul 07.00, terpantau 131 titik panas di sembilan kabupaten di Kalbar, di antaranya Kabupaten Sambas (14), Mempawah (2), Ketapang (9), Sintang (30), Kubu Raya (24), dan Kabupaten Kapuas Hulu (19). Data Manggala Agni Daerah Operasi Pontianak, luas lahan yang terbakar periode 1 Januari hingga 12 Agustus mencapai 555,54 hektar. Dari luasan itu, yang berhasil dipadamkan 157,29 hektar.
Kebakaran lahan menimbulkan kabut asap pekat sepekan terakhir pada pagi dan malam hari. Jarak pandang pada pukul 06.00-07.00 hanya berkisar 500 meter. Jelang siang, kabut asap sempat menipis. Namun, menjelang pukul 18.00, kabut asap kembali pekat disertai bau menyengat. Bahkan, di sejumlah wilayah yang dekat wilayah gambut terdapat abu beterbangan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalbar TTA Nyarong, Rabu (15/8/2018), mengatakan, pihaknya telah meminta TNI, Polri, dan Manggala Agni mengoptimalkan patroli dan pemadaman di lapangan. “Pemadaman melalui darat dan udara terus kami lakukan. Sudah ada empat helikopter di Kalbar. Kami meminta tambahan tiga helikopter lagi. Sampai sejauh ini, kabut asap belum berdampak pada penerbangan,” papar Nyarong.
Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pontianak Sahat Irawan Manik menuturkan, hasil pantauan lapangan, lahan gambut memang sengaja dibakar dan diduga untuk dijadikan lahan pertanian dan perumahan. “Kebakaran yang parah terjadi di Pontianak dan Kubu Raya. Kami terus berupaya memadamkan api, meskipun kami mulai menghadapi kendala jauhnya lokasi kebakaran dengan sumber air. Hal itu menyulitkan pemadaman melalui darat. Selain itu, kalaupun ada sumber air, ada yang mengering,” kata Sahat.