TOKYO, RABU -- Kaisar Jepang Akihito kembali menyampaikan penyesalan yang mendalam atas Perang Dunia II. hal ini diungkapkannya dalam pidato 73 tahun berakhirnya perang tersebut, Rabu (15/8/2018).
”Bercermin pada masa lalu dan juga rasa penyesalan yang mendalam, saya sangat berharap bahwa kekejaman perang tidak akan terulang selamanya,” kata Akihito yang berpidato selama dua menit.
Pada musim semi tahun depan, Akihito yang saat ini berusia 84 tahun, akan menyerahkan tahta kerajaan kepada puteranya, Pangeran Naruhito. Pengunduran dirinya telah diterima oleh parlemen dan rakyat Jepang.
Sebagai kaisar, Akihito melakukan kunjungan ke sejumlah negara yang pernah diokupasi Jepang dan hancur selama PD II. Pada awal kekuasaannya ia berkunjung ke China, juga ke Kepulauan Pasifik yang menjadi tempat pertempuran hebat antara pasukan Jepang dan AS. Ia mengunjungi pula Filipina pada 2016.
Meskipun Akihito selalu ”menghindar” untuk mengucapkan permintaan maaf secara langsung, pernyataan-pernyataannya tentang perang yang disusun dengan sangat hati-hati menunjukkan penyesalan. Pernyataan Akihito disambut positif oleh kalangan pasifis Jepang yang berkeinginan agar negara itu tetap mempertahankan konstitusi yang tak mengizinkan mereka membangun kekuatan militer.
Pernyataan Akihito menjadi signifikan, mengingat saat ini PM Jepang Shinzo Abe berniat untuk mengubah konstitusi dan memperkuat militer Jepang. Bahkan, Abe pernah menyatakan agar generasi-generasi Jepang mendatang tak perlu merasa bersalah atas konflik di PD II.
Kontroversial
Berbeda dengan Akihito yang selama puluhan tahun mencoba membangun citra bahwa keluarga kerajaan memiliki kedekatan dengan publik, ayahnya, Kaisar Hirohito, dianggap sebagai ”setengah Dewa”. Peran Hirohito pada masa perang tetap kontroversial sampai sekarang, karena para ahli sejarah masih berdebat seberapa jauh Hirohito bertanggung jawab atas keterlibatan Jepang dalam PD II.
Akihito berusia 11 tahun saat sang ayah mengumumkan bahwa Jepang menyerah kalah pada 15 Agustus 1945. Pasca perang, Amerika Serikat menduduki Jepang dan menyusun konstitusi negara itu. Setelah Hirohito meninggal dunia pada 1989, Akihito mulai menyampaikan pidato tahunan tentang perang dengan nada mengarah pada ”penyesalan”.
Untuk pertama kalinya pada peringatan 50 tahun PD II (1995) Akihito menegaskan bahwa tragedi serupa jangan sampai terulang lagi. Pada tahun itu, PM Tomiichi Murayama juga mengakui sepak terjang Jepang selama PD II dan menyampaikan permintaan maaf terhadap korban kekejaman mereka di seluruh Asia.
Namun, sikap Jepang mulai berubah sejak Abe terpilih sebagai PM pada 2013. Ia mencoba "menghapus" semua rujukan yang terkait dengan agresi Jepang pada pidato tahunan 15 Agustus. Namun, Abe berjanji Jepang tidak akan mengulangi kerusakan perang. Seperti yang dikatakannya pada Rabu, "Dengan rendah hati, saya akan menengok ke belakang dan akan teguh memegang janji ini." (AP/REUTERS)