Sky Scenario adalah Persetujuan Paris dan Pertumbuhan Ekonomi
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
Sejak Maret 2018, Shell memperkenalkan Sky Scenario. Sebuah perjalanan yang dirancang dan diharapkan bisa menjadi gambaran bagi dunia untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris dalam menghadapi perubahan iklim. Bagaimana hal itu memungkinkan terjadi?
Berikut wawancara Kompas dengan Cho-Oon Khong, Kepala Analis Politik dari Royal Dutch Shell, Selasa (14/8/2018), di Jakarta, seusai penyelenggaraan Shell Scenario Forum yang dihadiri Menteri Koordinasi bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Apa itu Sky Scenario?
Skenario adalah jalan untuk memikirkan bagaimana kejadian sekarang dapat berkembang menjadi banyak hal di masa depan. Ada banyak pengertian dari banyak pemahaman. Kita melihat poin menguntungkan apa yang terjadi di masa depan.
Ada pesan untuk Indonesia?
Sky Scenario adalah perspektif global, bagaimana kita memenuhi target dalam Perjanjian Paris, seperti dihasilkan dalam COP (UNFCCC) ke-21 di tahun 2015. Perjanjian itu menginginkan agar penghangatan tak terjadi di atas 2 derajat dan sebisa mungkin ditahan pada 1,5 derajat (celcius). Jadi ada ambisi dalam Paris yang ingin agar kita jalankan. Dan, Sky mempresentasikan gambaran kelayakan teknologi untuk mencapai target itu. Ini bisa tercapai bila seluruh negara, individual, komunitas, pemerintah – termasuk Pemerintah Indonesia yang masuk dalam Perjanjian Paris – memperhatikan keberlanjutan. Tidak hanya mencapai masa depan yang berkelanjutan, tapi juga pertumbuhan ekonomi juga penting untuk Indonesia.
Dengan dasar Perjanjian Paris, negara-negara menyatakan kontribusi negaranya dalam perubahan iklim (NDC). Apakah ada keterkaitan NDC dan Sky?
Persetujuan Paris merupakan proses untuk meningkatkan partisipasi banyak pihak dan menjalankan NDC serta mencapai kondisi dunia di tahun 2100. Perjanjian Paris ini bukan menyelesaikan soal iklim tapi meningkatkan ambisi komitmen pada keberlanjutan. Dalam Paris, pemerintah setuju untuk berkomitmen tapi semua orang harus bergerak. Komunitas masyarakat merangkul perubahan, pemerintah mempromosikan perubahan, dan sektor privat mengarahkan perubahan dan mendapatkan intensif dalam kebijakan. Semua bekerja sama dalam bagian Sky Scenario.
Apa yang telah Shell lakukan?
Kami merupakan perusahaan energi. Ada kunci poin melihat Sky Scenario yang terkait elektrifikasi yang merupakan bagian penting dari sistem energi. Pada satu waktu kita yakin minyak dan gas masih penting dalam beberapa dekade mendatang. Shell punya ambisi, bukan sekadar target – untuk menurunkan jejak karbon sebanyak 20 persen pada 2025 serta bergerak seiring pergerakan komunitas dalam Perjanjian paris. Strategi kami pada dasarnya sederhana, bisnis harus tetap mendapatkan pendapatan untuk kembali diinvestasikan pada energi baru. Dengan memanfaatkan bisnis utama bisa menyediakan dana investasi bagi energi (baru/terbarukan). Jadi kami harus melihat energi yang berkembang. Lalu melihat fasilitas antara bisnis yang telah berjalan dan bisnis baru.
Kami yakin gas akan menjadi tulang punggung sistem sebelum berpindah ke energi terbarukan. Sebagai sumber energi yang paling rendah emisi dibandingkan minyak dan batubara, gas akan menggantikan batubara. Batubara yang mencapai puncak pada 2014 dan minyak pada 2025-2030. Sedangkan gas terus meningkat hingga 2030 hingga akhirnya 2040 mulai turun dan digantikan energi baru. Di ujung akhir 2100 diyakini sumber energi fosil masih tetap ada dengan pengembangan teknologi penangkap karbon.
Jadi apa kata kunci dari Sky Scenario?
Sky adalah bagaimana mencapai ambisi Paris. Dan Ambisi Paris itu adalah mencapai keberlanjutan. Sky Scenario merupakan keberlanjutan yang seiring Persetujuan Paris dengan tetap melanjutkan pertumbuhan ekonomi. Sky adalah Paris dan pertumbuhan ekonomi.
(Dalam penjelasan di dokumen Shell menjelaskan Shell Scenario dibangun berdasarkan beberapa skenario Shell sebelumnya. Dalam Sky Scenario digambarkan energi terus berkembang dan mencapai keseimbangan. Misalnya di tahun 2020, sebagian besar CO2 yang dihasilkan dari pembakaran fosil dilepas ke atmosfer. Pada tahun 2070, sistem energi bisa berapa pada posisi emisi nol (net-zero emisions). Penggunaan energi fosil dipangkas separuh dan terus berkurang. Emisi CO2 dikelola melalui teknologi penyerapan karbon. Di sisi lain, sistem bioenergi meningkat serta diiringi restorasi lahan serta berhentinya deforestasi yang membantu penyimpanan karbon. )