Layanan LRT Kelapa Gading-Velodrom Berstandar Dunia
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Jakarta Propertindo terus melanjutkan uji operasi kereta ringan atau light rail transit. Uji coba ini merupakan bagian dari upaya mendapatkan izin usaha prasarana perkeretaapian dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Layanan LRT akan dapat dinikmati publik paling lambat Desember 2018.
Sekretaris Perusahaan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Hani Sumarno mengatakan, light rail transit (LRT) Jakarta Fase 1 Koridor 1 sudah siap beroperasi. Untuk mendapatkan izin dari Dishub DKI Jakarta, diperlukan lama beroperasi 1.000-2.000 jam. Karena itu, uji operasi LRT kembali dilaksanakan hari Rabu (15/8/2018) kali ini dengan mengundang jajaran Dishub DKI Jakarta, pegawai PT Jakpro, dan wartawan.
Kereta pertama untuk uji operasi diberangkatkan pukul 15.00 dari Stasiun Velodrom ke Stasiun Boulevard Utara di depan Mal Kelapa Gading. Rangkaian kereta terdiri atas empat kereta masing-masing berkapasitas 135 orang. Perjalanan dari Stasiun Velodrom ke Stasiun Boulevard Utara berdurasi 15 menit.
Interior kereta didominasi warna putih dengan atap dan tempat duduk abu-abu. Corak warna merah terletak pada pegangan untuk penumpang yang berdiri. Pendingin ruangan menjaga kesejukan di dalam kereta.
Di atas pintu kereta tersedia layar yang menunjukkan rute perjalanan kereta, sementara layar untuk iklan terdapat di ujung kereta yang tersambung dengan kereta lainnya. Selama perjalanan, penumpang dapat melihat pemandangan kota dari ketinggian melalui jendela, termasuk arena pacu kuda Pulomas yang akan menjadi arena pertandingan (venue) Asian Games 2018.
Meski laju kereta dapat mencapai 90 kilometer per jam, saat ini kereta beroperasi pada kecepatan maksimal 40 km/jam. Di tikungan dan saat melewati stasiun lain, kecepatan kereta diturunkan menjadi 25 km/jam. Jalan kereta terasa halus, nyaris tanpa guncangan yang kerap ditemui di kereta rel listrik (KRL).
Direktur PT LRT Jakarta Allan Tandiono mengatakan, kecepatan kereta masih cenderung rendah karena anjuran Direktorat Keselamatan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Kecepatan akan ditingkatkan seiring dengan keselarasan operasi stasiun dan kereta.
”Uji operasi ini untuk mencapai harmoni antara sarana dan prasarana. Kecepatan akan kami tingkatkan jika kami sudah percaya diri dengan kecepatan yang ditentukan Kemenhub saat ini. Nanti saat sudah beroperasi secara penuh, jarak perjalanan antarstasiun hanya 1,5 menit dan hanya akan berhenti 30 detik di setiap stasiun,” kata Allan.
LRT Fase 1 Koridor 1 akan menghubungkan lima stasiun, yakni Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Pulomas, Equestrian, dan Velodrom. Diperkirakan Fase 1 akan beroperasi penuh pada Desember mendatang. Adapun Fase 2 yang akan dibangun tahun depan menghubungkan Stasiun Velodrom dengan Stasiun Tanah Abang, sementara Stasiun Boulevard Utara dihubungkan dengan Stasiun Ancol.
Saat ini, dua stasiun yang telah beroperasi, yakni Boulevard Utara dan Velodrom, masih dalam proses penyelesaian pembangunan. Pekerja masih mengerjakan beberapa bagian yang belum selesai, seperti kanopi pada tangga, lift, hingga pemasangan dinding kaca dan atap. Sementara itu, tiga kereta yang berada di antaranya masih dalam tahap pembangunan.
Tunggu sertifikat Kemenhub
Untuk menentukan kecepatan kereta api saat beroperasi penuh nanti, perilaku masyarakat Jakarta juga akan dipertimbangkan.
Allan mengatakan, layanan LRT direncanakan beroperasi dengan kecepatan standar dunia. Karena itu, PT Jakpro akan mengundang berbagai komunitas untuk mencoba menumpang LRT dalam uji operasi yang akan diadakan selama satu bulan setelah PT Jakpro memperoleh sertifikat rekomendasi dari Kemehub.
Layanan LRT direncanakan beroperasi dengan kecepatan standar dunia.
Hingga kini, PT Jakpro masih menunggu pengesahan sertifikat tersebut. Hani mengatakan, pihak Kemenhub sudah melakukan berbagai inspeksi sebagai dasar pemberian sertifikat.
”Kami sudah lakukan uji dinamis dan statis secara rutin. Tanggal 9 Agustus lalu juga sudah dilakukan inspeksi final. Sekarang tinggal menunggu sertifikat dari Kemenhub. Ini bagian dari protokol saja dan kita harus hormati,” kata Hani.
Sertifikat rekomendasi ini juga akan menjadi dasar bagi Dishub DKI Jakarta untuk memberikan izin usaha prasarana perkeretaapian bagi PT Jakpro.
Direktur Utama PT Jakpro Dwi Daryoto mengatakan, izin usaha dari dishub mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Untuk mencapai waktu tempuh 1.000-2.000 jam dibutuhkan waktu hingga 200 hari. Karena itu, ia memperkirakan LRT baru dapat berfungsi secara penuh pada Desember 2018.
Di samping itu, diperlukan bentuk kerja sama yang jelas antara PT Jakpro sebagai badan usaha milik daerah (BUMD) dan Pemprov DKI Jakarta. LRT dibangun di tanah milik pemprov, tetapi belum ada status yang jelas bagi stasiun dan kereta yang beroperasi.
”Terdapat dua skema kerja sama, yaitu BTO (bangun-transfer aset-operasi) atau BOT (bangun-operasi-transfer aset). Jadi, harus ditentukan, apakah aset ini menjadi milik pemprov dan kami sebagai operato, atau aset ini menjadi milik kami sebelum keuntungannya dikembalikan kepada Pemprov, misalnya 30 tahun lagi,” kata Dwi.
Status ini juga akan berpengaruh pada tarif layanan LRT. Sementara ini, tarif perjalanan menurut perhitungan PT Jakpro adalah Rp 15.800. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menyarankan tarif menjadi Rp 10.600. Pemprov DKI Jakarta dapat mengajukan subsidi layanan LRT dengan persetujuan DPRD. Secara pribadi, Dwi lebih menyukai skema BTO.
”Sebagai BUMD, kami tentu salah kalau melakukan pekerjaan yang merugi. Saya lebih suka skema BTO. Ketika sudah jadi, kami transfer asetnya ke pemprov sehingga tugas kami tinggal mengoperasikan aset pemprov tanpa terbebani kemungkinan depresiasi,” kata Dwi. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)