JAKARTA, KOMPAS — Para pemuda Indonesia melalui forum Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 mengelaborasi visi pembangunan untuk mencapai kejayaan bangsa pada 2045. Proses elaborasi menggunakan pengetahuan global yang disesuaikan dengan konteks domestik agar ide pembangunan lebih efektif dan berdaya saing internasional.
Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 (CIDY-2018) dengan tema ”Proyek Visi 2045: Satu Abad Republik Indonesia”. Tahun 2045 dipilih sebagai visi karena saat itu Indonesia tepat berusia satu abad.
Wakil Ketua Umum Indonesian Diaspora Network Global (IDN-Global) Said Zaidansyah mengatakan, pertukaran pengetahuan dari berbagai latar belakang merupakan proses berbagi pengetahuan untuk memperbarui ide-ide pembangunan yang telah ada.
”Dari proses itu, mereka akan membuat Visi 2045,” tutur Said di sela-sela konferensi, Jakarta, Selasa (14/8/2018). Adapun konferensi diselenggarakan oleh IDN-Global bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), dan Forum Rektor Indonesia.
Visi 2045 adalah konsep pembangunan bangsa yang akan digagas oleh 684 delegasi dari 34 provinsi Indonesia dan lebih dari 150 delegasi dari 20 negara. Mereka adalah para pemuda berusia 17-35 tahun yang diajak memberikan ide di berbagai sektor strategis.
Sektor-sektor itu dibagi menjadi beberapa topik dalam diskusi, seperti masa depan ekonomi, bisnis, dan kewiraswastaan Indonesia serta situasi sains, teknologi, dan inovasi pada masa Indonesia menyambut 2045.
Hasil diskusi itu akan ditulis dalam bentuk dokumen yang menurut rencana disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia, Ketua MPR, Ketua DPR, para kepala daerah, dan partai politik.
Delegasi yang bersekolah di Amerika Serikat, Tiffany Setiadharma (20), mengucapkan, delegasi yang berasal dari luar negeri dapat memberikan dampak positif yang besar bagi pembangunan negara. ”Banyak hal yang bisa dipelajari dari negeri lain. AS, misalnya, memiliki teknologi big data yang bisa berguna ketika diimplementasi di Indonesia,” ujarnya.
Delegasi dari Sulawesi Selatan, Saldi Yusuf (25), menambahkan, Indonesia dapat memanfaatkan teknologi di sektor kesehatan untuk memproyeksikan penyakit dan meningkatkan produktivitas perawat melalui rekam medis yang ada di big data.
”Pemuda Indonesia, baik yang berada di dalam maupun luar negeri, wajib berkontribusi kepada bangsa. Mereka memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk mempersiapkan Indonesia menyambut 2045,” tutur Saldi.
Cucu Presiden Indonesia pertama, Puti Guntur Soekarno, menegaskan, penyusunan visi 2045 dapat patut berlandaskan Pancasila. Pembangunan Indonesia berorientasi pada pembangunan manusia dengan kesejahteraan ekonomi yang terdistribusi merata.
Hadapi tantangan
Rektor Universitas Hasanuddin, Makassar, Dwia Aries Tina Pulubuhu, mengatakan, Indonesia menghadapi setidaknya 10 tantangan untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Salah satunya adalah bonus demografi yang dapat menjadi beban jika kesehatan anak muda tidak diperhatikan sejak dini. ”Mereka kini rentan terkena penyakit kardiovaskular dan kanker,” katanya.
Ia melanjutkan, tantangan-tantangan lainnya adalah menyatukan multikulturalisme yang membuat masyarakat rentan berkonflik. Ketahanan pangan dari sektor agraris juga menjadi isu vital yang perlu diperhatikan.
Pemerintah, ujar Dwia, dapat mencontoh China yang memiliki program untuk memanggil para diaspora berbakat. Mereka diberi jaminan dana untuk melakukan riset terkait pembangunan bangsa.
Ketua Dewan Pembina Indonesia Diaspora Network Global (IDN-Global) Dino Patti Djalal menambahkan, berbeda dengan kondisi pemuda ketika Sumpah Pemuda dibuat pada 1928, pemuda Indonesia saat ini memiliki banyak kesempatan terbuka untuk berkompetisi dan memperoleh informasi.
”Bangsa kita bisa menjadi apa pun yang diinginkan, seperti inovator. Yang penting adalah jangan salah ambil langkah,” kata Dino.