KEBUMEN, KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia membutuhkan kendaraan yang andal untuk segala medan.Terkait dengan hal itu, PT Pindad (Persero) dan FNSS Turki menjalani kerja sama dalam uji coba daya gerak atau mobilitas tank medium hasil pengembangan Pindad.
Uji coba daya gerak atau mobilitas tank medium tersebut telah dilakukan di Pantai Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu (11/8/2018). Uji daya gerak meliputi antara lain uji jelajah on road, off road, dan lintas pasir terurai, serta lintas pasir bersemak.
”TNI membutuhkan kendaraan yang andal di segala medan. Kemarin ada rangkaian uji jelajah kecepatan tinggi di Tol Cipali dan daya tanjak yang cukup ekstrem di Sarangan,” kata Penguji Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat Mayor Inf Suratmoko, Sabtu.
Suratmoko mengatakan, untuk uji daya gerak di Kebumen, terdapat uji materi kecepatan rendah, yaitu 5 kilometer per jam untuk menempuh jarak 10 kilometer yang dapat dilalui dengan lancar.
”Lalu, ada uji lintas pasir terurai di pinggir pantai dengan jarak 1 kilometer PP (pulang-pergi) dengan waktu tempuh 2 menit 15 detik. Jadi, cukup andal dan mampu dalam melaksanakan pengujian di daerah pasir,” katanya.
Suratmoko menyampaikan, TNI membutuhkan kendaraan tempur ini terlebih untuk mengisi pertahanan di beberapa daerah, terutama di Indonesia bagian timur.
Tank itu juga telah menempuh rute dari Bandung menuju Subang (Jawa Barat), Sarangan (Jawa Timur), Yogyakarta, Kebumen (Jawa Tengah), dan akan kembali ke Bandung untuk uji daya gempur pada 27-30 Agustus. Sebelumnya, tank ini menjalani uji ketahanan atas ledak ranjau.
https://youtu.be/iAy2gzE98M4
Kepala Program Pengembangan Medium Tank PT Pindad Windu Paramarta menyampaikan, tank medium ini dikembangkan atas kerja sama antara PT Pindad dan FNSS Turki sejak 2015 dan merupakan salah satu program prioritas nasional.
”Harapannya, dengan adanya uji ini kita bisa membuktikan bangsa ini bisa bersaing di industri pertahanan dunia,” kata Windu.
https://youtu.be/Rimg5tSm7oI
Dari segi pembiayaan, lanjut Windu, pengembangan tank ini ditanggung 50 persen dari Turki dan 50 persen dari Indonesia. Dari pihak Indonesia, negara telah mengeluarkan dana hingga Rp 150 miliar, dan dari PT Pindad telah mengeluarkan dana sekitar Rp 15 miliar.
Ditargetkan, tank ini bisa diproduksi massal pada 2020. Adapun biaya pembuatan per unit tank ini berkisar Rp 90 miliar sampai Rp 100 miliar.
Tank medium rancangan Pindad dan FNSS memiliki kemampuan balistik dan antiancaman ranjau. Tank ini dilengkapi dengan kemampuan daya gempur yang luas, mulai dari perlindungan jarak dekat untuk pasukan infanteri hingga pertempuran antarkendaraan tempur.
Tank ini memiliki bobot 32 ton; power 20 HP/ton; kecepatan maksimal 70 kilometer per jam; menampung 3 orang terdiri dari komandan, penembak, dan pengemudi; serta memiliki senjata utama turret (sistem persenjataan untuk melindungi operator) kaliber 105 mm.
Tank medium ini juga dilengkapi teknologi sistem kewaspadaan mandiri, hunter killer system, perlindungan pasif (laser warning system), battle management system, serta proteksi level lima. Turret medium tank memiliki mekanisme autoloader dengan 12 butir peluru di turret dan 26 butir peluru cadangan di dalam hull.
Media ini sebelumnya memberitakan, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, Indonesia membutuhkan 500 tank medium ini. Tank tempur medium ini cocok digunakan di Indonesia. Rata-rata jembatan di Indonesia bisa menopang berat 40 ton, padahal bobot tank tempur umumnya lebih dari 60 ton (Kompas, 19/9/2017).