JAKARTA, KOMPAS — Pencipta lagu ”Poco-poco”, Arie Sapulette (58), yang menderita skizofrenia mulai mendapatkan banyak perhatian, di antaranya Kementerian Kesehatan dan Jaringan Rehabilitasi Psikososial Indonesia (JRPI). Mereka mulai melihat kondisi Arie dan lingkungannya, Minggu (12/8/2018).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan (Puslitbang Sumber Daya Yankes) Kementerian Kesehatan Irmansyah dapat berinteraksi langsung dengan Arie. Ia datang bersama dengan anggota JRPI.
Berdasarkan keterangan adik Arie, Ferry Sapulette (56), Arie akan dirawat secara medis dan diberi pendampingan psikologis. ”Untuk saat ini, saya harus melengkapi syarat administrasi untuk mengurus BPJS Kesehatan,” tutur Ferry.
Menurut penuturan Ferry, segala persyaratan Arie akan dibantu oleh Irmansyah, yang juga akan membantu mencarikan rumah sakit jiwa yang dapat merawat Arie.
Adapun biaya rumah sakit dan pengobatan Arie akan ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Ferry mengaku senang karena pemerintah mulai peduli dengan Arie.
Keluarga besar Arie pun mengaku senang. Apabila jadi dibawa ke rumah sakit jiwa, mereka tidak khawatir lagi ketika penyakit Arie kambuh dan mengamuk.
”Kami percaya, tenaga medis di rumah sakit dapat menangani Arie ketika penyakitnya kambuh,” tutur istri Ferry, Eugenie Sapulette.
Eugenie mengatakan, istri dan anak Arie masih peduli dengan Arie. Bahkan, Arie masih sering memberikan uang kepada istrinya apabila mendapat uang dari keluarganya.
”Istri dan anak Arie bukan tidak peduli dengan Arie, tetapi mereka bingung menghadapi Arie yang suka mengamuk,” ujar Eugenie.
Dukungan keluarga
Psikolog dan salah satu tim pendiri JRPI, Eunike Sri Tyas Suci, mengatakan, Arie tinggal di dalam keluarga (bersama Ferry dan ayahnya, Zefnath Sapulette (84)) dan lingkungan yang sangat positif. Mereka peduli pada kesehatan jiwa Arie.
Ferry bersama dengan saudaranya telah berusaha membawa Arie berobat ke Rumah Sakit Jiwa dan dirawat di panti rehabilitasi. Karena tidak pulih dan keuangan tidak lebih baik, serta mereka harus bekerja, maka diputuskan untuk tidak dilakukan upaya medis lagi sejak dua tahun terakhir. Arie diterima apa adanya dan tinggal bersama dengan mereka.
Lingkungan tempat tinggal Arie tidak menolak keberadaan Arie dan tidak takut berinteraksi dengan Arie. Salah satunya, Arie biasa membeli makan ke warung.
Tampilan sehari-hari yang berambut panjang tak terurus, hanya bercelana pendek, dan badan ditutup handuk tidak membuat lingkungan takut.
”Mungkin karena memang sudah terbiasa bertemu dengan Arie dan ia tidak membuat keributan, jadi lingkungan dapat menerimanya,” kata Eunike dalam pesan singkatnya.
Eunike menyarankan, perlu adanya dukungan sosial pada Ferry sekeluarga agar mereka tidak putus harapan dalam merawat Arie. Istri Ferry (Eugenie) juga telah membaca dari berbagai sumber tentang skizofrenia sehingga sudah ada psikoedukasi secara otodidak.
Arie juga sangat membutuhkan bantuan secara medis. Ia tidak hanya menderita masalah skizofrenia, tetapi juga dampak perilaku tidak sehatnya yang mengonsumsi rokok cukup banyak, yaitu tiga bungkus dalam sehari.
Eunike mengatakan, pihaknya sedang mengupayakan agar Arie mendapat layanan kesehatan melalui BPJS Kesehatan.
Pulih
Eunike menjelaskan, Arie memiliki karakter yang berhati lembut, mudah menolong orang lain, dan sangat peduli dengan keluarganya (istri dan anaknya). Meskipun Arie tinggal di rumah Ferry, ia selalu menyisihkan uang atau makanan untuk keluarganya, bahkan mendahulukan keluarga daripada dirinya.
”Sangat mungkin kelembutan hatinya yang tidak diimbangi dengan kemampuannya bisa mandiri (cita-cita jadi PNS tidak terkabul, misalnya) membuat dirinya tidak sanggup menghadapi dunia nyata,” kata Eunike.
Arie memiliki jiwa seni yang sangat baik, khususnya musik. Salah satu terapi yang dapat dilakukan kepadanya, yaitu melalui terapi musik. Ferry sudah melakukannya. Ia memutar musik dan meninggalkan Arie sendirian ketika sedang mengamuk. Beberapa waktu kemudian, emosinya mulai lebih stabil dan amarahnya mereda.
”Kami berharap Arie bisa pulih, tetapi tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba yang membuat kehidupan normal Arie terganggu,” kata Eunike. JRPI akan melakukan pendampingan secara natural yang tidak menimbulkan resistensi dan penolakan sehingga tidak mengagetkan Arie.
Sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), orang dengan gangguan jiwa diharapkan tetap tinggal dengan keluarga dan berada di lingkungannya. Melihat keluarga Ferry dan respons lingkungannya yang dapat menerima Arie, maka hal tersebut menjadi modal sosial yang sangat baik dan perlu didukung.
Eunike mengatakan, Arie tidak dapat sembuh, tetapi pulih. Yang lebih utama, Arie dapat menerima keadaannya dan halusinasinya sehingga ia dapat menyadari cara mengelolanya.
”Untuk mencapai titik tersebut tidak mudah, tetapi ada yang dapat pulih secara sempurna atau hilang halusinasinya,” ujarnya.