Layar Tanjleb Sarana Merakyatkan Film
Suara genset menderu timbul tenggelam dalam hiruk-pikuk pasar malam di Lapangan Karanggedang, Kecamatan Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah, letaknya sekitar 19 kilometer timur Alun-alun Purbalingga, Sabtu (7/7/2018) malam. Sejumlah wahana permainan berbayar, seperti komedi putar dan bianglala, dikerubungi warga. Tak kalah ramai, ratusan warga duduk di rumput basah larut menonton film pada layar lebar yang disorot proyektor mobil bioskop keliling,
”Baru kali ini nonton film layar tanjleb di lapangan, biasanya hanya nonton televisi saja di rumah,” kata Miswono (36), warga Desa Karanggedang, yang duduk berjaket tebal dan bertopi hitam untuk menghalau dingin.
Miswono yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan mengaku senang bisa melihat film gratis di tengah hiburan pasar malam. ”Jarang ada hiburan di sini,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan Muftikhatul (22) bersama suaminya, Hidayatullah (26). Mereka berdua sengaja menikmati malam Minggu dengan jalan-jalan di pasar malam sembari menonton film layar tanjleb. ”Filmnya bagus, karya anak-anak muda yang kreatif,” tutur Muftikhatul dari Desa Cipawon, Bukateja.
Nasionalisme
Malam itu, layar tanjleb atau layar tancap memutarkan film pendek berjudul Sendika Dawuh, Umbul-umbul, dan Melawan Arus karya para muda-mudi dari wilayah Banyumas Raya. Selain itu, diputar pula film Oleh-oleh, Ji Dullah, dan Sekala Niskala.
Pemutaran sejumlah film pada layar tanjleb itu mengawali Festival Film Purbalingga 2018, perhelatan untuk apresiasi karya sineas muda dari lingkup Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara, Kebumen, dan Cilacap.
Pada film berjudul Umbul-umbul, misalnya, diceritakan sebuah keluarga kurang mampu di mana sang kepala keluarga bernama Dimin merupakan seorang penjual poster tokoh pahlawan nasional. Di tengah keterbatasan hidup saat mereka kekurangan beras dan tukang kredit terus menagih utang, muncullah perintah dari bupati agar setiap keluarga memasang bendera Merah Putih dan umbul-umbul untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus.
Karena takut dituduh tidak nasionalis, akhirnya keluarga ini pun membeli umbul-umbul dan bendera dari uang yang sedianya akan digunakan untuk membeli beras. Di akhir film, akhirnya Tabah, anak dari Dimin, merengek: ”Mak, kencot (Bu, lapar)...” di hadapan umbul-umbul dan bendera. ”Film ini dibuat oleh tim dan ingin bercerita tentang nasionalisme. Saya ingin film ini ditonton oleh Presiden Joko Widodo,” kata Atik Alvianti (15), sutradara film Umbul-umbul.
Film garapan Komunitas HIKA Production dari SMK Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) 2 Purwareja Klampok Banjarnegara itu memerlukan waktu sekitar 6 bulan dalam proses produksinya. ”Saat beli jajan di depan sekolah, kami melihat bendera Merah Putih dan ingin membuat film tentang bendera. Selain itu, saat di rumah, setiap perayaan Agustusan memang diminta memasang umbul-umbul,” kata Atik.
Guru Pembina Cinematografi SMK HKTI 2, Anggi Riani, menyampaikan, proses kreatif pembuatan film ini dilakukan bersama 30 siswa-siswi mulai dari mencari ide cerita, menulis skenario, berdiskusi, menentukan pemain, menyurvei lokasi, hingga pengambilan gambar berlangsung. ”Kami juga berkonsultasi dengan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga,” kata Anggi. Pihak sekolah pun mendukung dana produksi film yang mencapai hampir Rp 10 juta.
Direktur Festival Film Purbalingga 2018 Bowo Leksono mengatakan, suasana riuh dan banyaknya pilihan permainan serta jajanan di lapangan itu sejalan dengan penyelenggaraan layar tanjleb Festival Film Purbalingga. ”Targetnya memasyarakatkan film, terutama kepada warga desa, karena Purbalingga atau Banyumas Raya pada umumnya kebanyakan adalah warga desa yang tidak mendapatkan akses film-film nasional,” kata Bowo yang juga menjabat sebagai Direktur CLC Purbalingga.
Rangkaian kegiatan festival ini berlangsung 7 Juli hingga 4 Agustus mendatang. Program Layar Tanjleb ini akan berkeliling ke 18 titik desa di wilayah Banyumas Raya, yaitu Kebumen, Banjarnegara, Cilacap, Banyumas, dan Purbalingga.
Film pendek
Pada festival film tahun ini, ada 28 karya yang masuk dalam Kompetisi Pelajar Banyumas Raya. Untuk kategori film dokumenter ada 18 film, yaitu Badar Besi karya Amaroh Alfa dari SMKN1 Karanggayam, Kebumen; Brekecek karya Fatma Dhimayanti dari SMKN 1 Cilacap; Gunung Jambu karya Aina Mardiyah dari SMK Muhammadiyah Majenang; Kampung Gemplon karya Bayu Ragil Saputra dari SMKN 1 Karanggayam, Kebumen; Kars Gombong karya Franky Andre Permata dari Cadaz Production SMK Bina Karya 1 Karanganyar, Kebumen; Kehidupan Nelayan karya Tri Wahyuni dari SMKN 1 Cilacap; Lurub Mbah Lancing karya Novia Istrianingsih dari SMKN 1 Kebumen; Pacuan Kuda karya Yulini Afrianti dari SMKN 1 Kebumen; Pasemuan karya Hasbi Lukman M dari MA Ya Bakii Kesugihan Cilacap; Penjaga Makam Kerkof karya Nurul Masyifah dari SMKN 1 Cilacap; Satirah karya Nurohmah dari SMKN 1 Majenang, Cilacap; Sega Penggel karya Azizatun Zahro KA dari SMKN 1 Kebumen, Sum karya Firman Fajar W dari SMAN 2 Purbalingga; Tari Lawet karya Rizki Eka Septiana dari SMKN 1 Kebumen; Watu Lingga karya Feri Irawan dari SMK Muhamadiyah Majenang, Cilacap; Membuka Jendela Dunia di Dusun Cunil karya Achmad Abdul Toyib dari SMKN 1 Bojongsari, Purbalingga; Napak Tilas karya Achmad Abdul Toyib dari SMKN 1 Bojongsari, Purbalingga; dan Warisan Tak Kasat Mata karya Sekar Fazhari dari SMAN Bukateja, Purbalingga.
Adapun untuk kategori fiksi ada 10 film, yaitu Bensin karya Eko Junianto dari SMAN 1 Bobotsari, Purbalingga; Di Atas Air karya Intan Karunia dari SMKN Gombong, Kebumen; Home Visit karya Istiqomah dan Muhamad Azizudin dari SMK As Shidiqiyah, Kebumen; Melawan Arus karya Eka Saputri dari SMKN 1 Kebumen; Pembokat karya Wijiati Indriningsih dari SMKN Gombong, Kebumen; Sawah Marjinal karya Fandina Oktaviana dari SMK YPLP Perwira Purbalingga; Tanah Tuan Tanah karya Hestika Sari dari SMK Karanggayam, Kebumen; Umbul-umbul karya Atik Alvianti dari SMK HKTI 2 Purwareja Klampok, Banjarnegara; Sendika Dawuh karya M Syifa dari MA Minhajut Tholabah Purbalingga; dan Sinau Bareng karya Firman Fajar W dari SMAN 2 Purbalingga.
Manajer Festival Film Purbalingga 2018 Nanki Nirmanto menyampaikan, setiap tahun selalu ada peningkatan kualitas karya pelajar Banyumas Raya. ”Selalu menjadi tantangan bagi kami untuk menjaga dan mengembangkan kualitas karya para pelajar. Pendampingan yang kami lakukan setahun penuh berbuah manis. Banyak karya yang bahkan melebihi harapan kami,” kata Nanki.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyampaikan, pemerintah daerah mendukung pagelaran Festival Film Purbalingga karena hal itu dinilai positif. ”Terkait sinematografi, di Purbalingga banyak memiliki bibit-bibit yang bisa menjadi profesional. Artinya, potensi di Purbalingga itu ada. Oleh karena itu, setiap kegiatan festival film Purbalingga kami atas nama pemerintah senantiasa mendukung dengan memberikan bantuan-bantuan, termasuk tahun ini kami juga akan memberi bantuan hibah untuk CLC Purbalingga berupa dana dan memfasilitasi kegiatan positif ini,” kata Pratiwi.
Pratiwi berharap, melalui festival film itu akan muncul sineas-sineas muda dari Purbalingga yang mampu berkompetisi tidak hanya di kabupaten, tetapi juga di provinsi, nasional, bahkan internasional.