Pebalet Remaja Indonesia Masuk Final Genée International Ballet Competition
Oleh
Dahono Fitrianto
·2 menit baca
HONG KONG, SABTU — Soraya Nathasya Dwinandry (17), pebalet remaja Indonesia yang juga murid sekolah balet Namarina Dance Academy, masuk babak final kompetisi balet bergengsi dunia Genée International Ballet Competition. Ashya, panggilan akrab Nathasya, menjadi finalis pertama dari Indonesia dalam kompetisi yang digelar Royal Academy of Dance, Inggris, tersebut.
Menurut ayah Ashya, R Edwin Herwindo, Ashya menjadi satu dari dua perwakilan Asia di final kompetisi balet yang akan digelar di Hong Kong City Hall, Concert Hall, 5 Edinburgh Place, Central, Hong Kong, hari Minggu (12/8/2018) besok. Finalis Asia lainnya berasal dari Jepang.
”Dia finalis pertama dari Indonesia sejak kompetisi Genée dimulai pada 1931,” ungkap Edwin dari Hong Kong melalui layanan pesan Whatsapp, Sabtu (11/8/2018).
Informasi tersebut dibenarkan Kiki Sianturi, Administratur Sekolah Namarina Ballet-Jazz-Fitness di Jakarta, dalam surat elektronik kepada Kompas, Sabtu. Menurut Kiki, Genée International Ballet Competition adalah salah satu kompetisi balet bergensi di dunia.
Tahun ini, Hong Kong menjadi tuan rumah kompetisi yang berlangsung 3-12 Agustus 2018 tersebut. Proses coaching dan semifinal berlangsung di Hong Kong Academy of Performing Arts, 4-11 Agustus 2018. Sebanyak 51 peserta dari 13 negara mengikuti kompetisi ini.
”Setelah mengikuti babak semifinal tanggal 9 dan 10 Agustus di Hong Kong Academy for Performing Arts (HKAPA), Ashya berhasil menjadi salah satu dari 14 finalis dan merupakan finalis pertama dari Indonesia pada ajang kompetisi tersebut,” ungkap Kiki dalam surelnya.
Kiki menambahkan, Ashya sudah belajar balet di Namarina Dance Academy sejak berusia 5 tahun. Alumni SMA Dharma Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, yang baru saja diterima di Fakultas Psikologi Universitas Negeri Jakarta itu sudah mengantongi berbagai prestasi selama bergabung dengan Namarina.
Prestasi itu antara lain selalu meraih predikat Distinction dalam setiap ujian balet Royal Academy of Dance (RAD), dari tingkat dasar (Primary) hingga tingkat lanjut (Advanced 2). Ia juga meraih RAD Solo Seal Award sebagai bukti lolos dari ujian tertinggi RAD dalam bidang penampilan solo balet.
Bulan April 2018, Ashya juga meraih Juara I Kategori Pre-Senior (usia 16-18 tahun) di Dance Prix Indonesia yang digelar di Jakarta. ”Dia juga mendapat beasiswa dari Royal Academy of Dance,” kata Edwin.