JAKARTA, KOMPAS — Rumah Susun Sederhana Sewa Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, nyaris kosong penghuni. Warga belum tertarik menempatinya karena biaya hidup di sana dinilai lebih mahal dari tempat tinggalnya saat ini. Dari ratusan unit yang ada, hanya dua unit yang ditempati warga.
Sutar (49), yang tinggal di Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, dari awal tidak tertarik tinggal di rusun itu. ”Walaupun sekarang digratiskan, setelah beberapa bulan menetap di sana akan dihitung menjadi kepemilikan sewa,” kata Sutar saat ditemui, Rabu (8/8/2018) di Jakarta.
Sutar menyadari hidup di rusun itu aman dari penggusuran. Sementara saat ini dia tinggal lahan negara yang sewaktu-waktu dapat dipakai untuk kepentingan pemerintah. Alasan serupa disampaikan sejumlah warga yang ditemui Kompas kemarin.
Dilihat aksesnya, rusun itu berada tidak jauh dari rumah warga di Jalan Perumahan Taman Kota. Lokasi rusun dapat dijangkau angkutan umum ke arah Pasar Rawa Buaya di persimpangan Jalan Daan Mogot dengan Jalan Lingkar Luar Barat. Kendati ada kemudahan akses, hal itu tidak membuat warga tertarik tinggal di sana.
Tiga dari lima blok rusun, tiga blok di antaranya siap dihuni. Sementara dua blok lain masih dalam proses penyelesaian. Adapun setiap unit rusun terdiri atas dua kamar, masing-masing berukuran 2 x 3 meter. Tiap blok rusun terdiri atas 16 lantai, dengan fungsi tiga lantai terbawah untuk pasar. Suasananya di tempat itu terlihat gelap karena tidak ada lampu menyala di halaman dan lorong lantai dua.
Pantauan Kompas, sebagian kawasan, seperti masjid dan lahan parkir, masih dalam proses pembersihan dan pengecatan pembatasan jalan. Ria, pegawai Staf Administrasi Rusun Blok A, mengatakan, seluruh kamar dari lantai 4 hingga 16 hanya terisi dua kamar.
Mengembalikan kunci
Sarjoko, Kepala Unit Pengelola Rumah Susun Wilayah Tambora, mengatakan, Rusunawa Rawa Buaya siap digunakan sejak April lalu. ”Sosialisasi sudah. Kami sudah menawarkan unit yang ada. Tetapi, mereka tidak mau, saya tidak tahu alasannya apa,” ucap Sarjoko ketika dikonfirmasi.
Prioritas utama penghuni Rusunawa tahap awal adalah 122 keluarga yang rumahnya terbakar di Taman Kota, akhir Maret 2018. Seusai kebakaran, ada 13 keluarga yang menerima kunci unit. Namun, kemudian mereka mengembalikan kunci yang diterima sebagai tanda pembatalan untuk menghuni rusun.
Penghuni rusun itu terbagi dalam dua kelompok, yakni warga relokasi dengan harga sewa sekitar Rp 500.000 per bulan dan warga umum dengan harga sewa Rp 1,5 juta per bulan. Untuk pedagang di lantai 1 sampai lantai 3, Sarjoko menyerahkan pengelolaannya ke Suku Dinas Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan Jakarta Barat. (ADITYA DIVERANTA)