Diwisuda Dulu Baru Bisa Sekolah
Inovasi menjadi hal yang penting dalam menyelesaikan persoalan kesehatan masyarakat di daerah dengan cara-cara yang baru.
Didampingi orangtua masing-masing, puluhan peserta wisuda berpakaian toga lengkap sudah hadir sejak pukul 10.00 di Saung Germas Desa Iloponu, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Cuaca yang panas membuat keringat bercucuran dari balik toga para peserta. Bahkan, beberapa di antara mereka menangis.
Wisuda kali itu terlihat istimewa. Bukan main-main, Menteri Kesehatan Nila Moeloek yang akan memimpin wisuda. Selain itu, sejumlah pejabat juga datang antara lain Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Ekonomi Kesehatan Mohamad Subuh, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Siswanto, istri Gubernur Gorontalo Idah Syahidah, juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Triyanto Bialangi.
Ada 50 peserta yang akan diwisuda siang itu. Mereka harus bersabar menunggu Menteri Kesehatan tiba di lokasi. Sambil menunggu, banyak di antaranya yang jajan makanan kecil.
Para peserta wisuda tersebut bukanlah siswa sekolah atau mahasiswa yang sudah menamatkan kuliahnya. Peserta wisuda kali ini adalah anak-anak balita. Mereka diwisuda karena telah melengkapi imunisasi dasarnya.
Imunisasi dasar yang telah mereka dapatkan adalah HB0, BCG, polio, DPT-HB-Hib, juga campak. Setiap balita mendapatkan sertifikat sebagai bukti bahwa mereka sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Pada sertifikat itu juga dicantumkan lokasi balita mendapat imunisasi.
Sertifikat imunisasi dasar
Di Kabupaten Gorontalo, sertifikat imunisasi dasar lengkap yang diperoleh anak menjadi syarat masuk Taman Kanak-Kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Seorang warga yang membawa anaknya wisuda balita, Yufiza M Dai (47), mengatakan, istrinya sedang ada urusan ke Ternate sehingga dirinyalah yang membawa anak keempatnya, Muthmainah Yufiza M Dai (3), untuk wisuda balita.
Yufiza mengetahui bahwa di sertifikat imunisasi dasar lengkap yang diterima anaknya menjadi syarat masuk ke TK atau PAUD. Tanpa bukti imunisasi dasar yang lengkap, anak di Kabupaten Gorontalo tidak bisa masuk ke TK maupun PAUD.
Tanpa bukti imunisasi dasar yang lengkap, anak di Kabupaten Gorontalo tidak bisa masuk ke TK maupun PAUD.
Namun, bukan itu alasannya membawa anaknya imunisasi di posyandu atau puskesmas. Yufiza tidak keberatan anaknya diimunisasi. Justru dengan imunisasi anaknya menjadi sehat. Laki-laki asal Desa Buhu, Kecamatan Tibawa itu mengungkapkan, sewaktu bayi anak pertamanya yang kini berusia 19 tahun terkena rubella. Akibatnya, pendengarannya terganggu sehingga anak tersebut menjadi tuna rungu. Sejak itu Yufiza tidak ingin melewatkan jadwal imunisasi untuk anak-anaknya. Ia tak ingin anaknya terserang penyakit yang sebenarnya bisa dicegah imunisasi.
"Habis imunisasi paling panas dua hari. Dikasih obat panas selesai, tidak masalah. Kalau panas berarti ada reaksi tubuh, obatnya ada khasianya. Saya justru ragu kalau tidak panas," katanya.
Seorang warga lainnya, Sri Yufika Ahmad (25), membawa anak ketiganya yang berusia 2 tahun, Zahira Mariska A Umar, untuk mengikuti wisuda balita. Zahira begitu juga dengan dua kakaknya mendapat imunisasi dasar yang lengkap.
Menurut Sri Yufika, imunisasi penting diberikan kepada anak agar anak tidak mudah sakit dan kebal dari penyakit yang bisa dicegah oleh imunisasi.
Jika ada sebagian orangtua yang khawatir anaknya demam setelah divaksin, tidak demikian dengan Sri Yufika. "Kalau panas habis imunisasi biasa. Tinggal dikompres," ujarnya.
Hingga tahun 2017 lalu sudah ada sekitar 10.000 balita di Kabupaten Gorontalo yang mendapat imunisasi dasar lengkap dan diwisuda.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Roni Sampir, mengatakan, kebijakan menjadikan status imunisasi dasar yang lengkap sebagai syarat masuk sekolah diharapkan bisa mendorong orangtua untuk membawa anaknya untuk diimunisasi. Dengan begitu, mau tidak mau orangtua harus membawa anaknya imunisasi jika ingin diterima masuk sekolah.
"Kalau memang imunisasinya tidak lengkap kita sweeping dan melakukan imunisasi di rumah. Data yang kita punya kan lengkap nama anak dan alamatnya," kata Roni.
Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo, menyebutkan, inovasi wisuda balita yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir telah meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap dari 70 persen tiga tahun lalu menjadi sekitar 90 persen. "Dengan ada wisuda orang tua jadi semangat membawa anaknya imunisasi. Anak juga senang," kata Pomalingo.
Imunisasi campak-rubella
Bulan Agustus-September ini Kementerian Kesehatan melancarkan kampanye imunisasi campak-rubella (measles-rubella/ MR) fase II, yakni di luar Jawa. Sebanyak 31,9 juta anak berusia 9 bulan sampai 15 tahun menjadi sasarannya.
Di Gorontalo terdapat 300.000 lebih anak yang menjadi sasaran kampanye imunisasi MR. Sebanyak 11.000 di antaranya berasal dari Kabupaten Gorontalo.
Roni optimis cakupan imunisasi MR di Kabupaten Gorontalo akan tinggi. Sebab, saat ini saja cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) sudah mencapai 93 persen dan Universal Child Immunization (UCI) di tingkat desa sudah mencapai 97 persen. Cakupan yang tinggi itu tidak terlepas dari kebijakan Pemkab Gorontalo yang menjadi imunisasi dasar lengkap sebagai syarat masuk TK atau PAUD.
Pomalingo menyatakan, pihaknya sudah berkomitmen untuk menyukseskan kampanye imunisasi MR di Kabupaten Gorontalo. Untuk itu, berbagai pemangku kepentingan baik bidang kesehatan maupun nonkesehatan didorong untuk menyosialisasikan ini kepada masyarakat.