Kampung Laut, Tetangga Nusakambangan yang Jadi Destinasi Wisata Berbasis Lingkungan
Oleh
Megandika Wicaksono
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Wisata berbasis alam dikembangkan di Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah. Kampung Laut terletak berdekatan dengan Pulau Nusakambangan. Sedimentasi Sungai Citanduy membuat laut yang memisahkan Desa Ujung Alang dengan Nusakambangan dangkal.
Bahkan pendangkalan yang terjadi bertahun-tahun tersebut membuat tanah seperti timbul dari permukaan laut. Kondisi ini membuat desa tersebut seperti menempel dengan Pulau Nusakambangan.
Di desa ini terdapat kawasan mangrove seluas 6 hektar yang berpotensi untuk dijadikan tempat wisata, penelitian, dan edukasi. Kolam udang windu serta bandeng pun disiapkan untuk dapat dipancing oleh wisatawan.
”Di kawasan seluas 6 hektar ini sudah ditebar benih udang windu sebanyak 50.000 dan bandeng sebanyak 12.000 ekor. Empat bulan ke depan sudah bisa dipancing dan dibakar di sini,” kata Ketua Kelompok Tani Mangrove Krida Wana Lestari Thomas Heri Wahyono, Selasa (7/8/2018), di Kampung Laut, Cilacap.
Wahyono mengatakan, di kawasan arboretum Mangrove seluas 6 hektar itu warga setempat dilatih mengolah buah mangrove menjadi makanan ringan, seperti stik aneka rasa, kerupuk, dan sirup. Di tempat itu juga ada joging trek melintasi kawasan mangrove sepanjang 200 meter. Adapun di wilayah Kampung Laut terdapat 53 spesies mangrove dan sudah ada sedikitnya 1,24 juta pohon mangrove.
”Kami menanam mangrove ini sejak tahun 2000. Saat ini kelompok tani juga melakukan pembibitan 20.000-30.000 bibit per bulan atau 500.000-600.000 bibit per tahun. Bibit ini dijual ke berbagai tempat, seperti Pekalongan, Kebumen, dan Surabaya,” katanya.
Kawasan arboretum ini dapat dicapai dari Dermaga Sleko, Cilacap, menggunakan perahu dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Dalam pelayaran menyusuri Segara Anakan, wisatawan dapat menjumpai aneka burung, seperti burung kuntul dan goak. Selain itu, ada pula berang-berang yang bersembunyi di sela-sela akar tanaman mangrove.
General Manager Hotel Dafam Cilacap Ardian bersama sejumlah staf berkunjung ke lokasi arboretum untuk menanam 1.000 tanaman mangrove di sana. Menurut Ardian, kawasan ini berpotensi jadi tempat wisata asalkan dikemas secara menarik. Hotel Dafam pun menjalin kerja sama dengan kelompok tani serta Universitas Indonesia yang melakukan penelitian di sana untuk membuat paket wisata.
”Wisata mangrove ini sangat bagus untuk dikembangkan karena potensinya besar dan dapat dijual sebagai pelaku wisata baik ke dunia luar maupun lokal,” kata Ardian.
Dosen Senior Antropologi Maritim Universitas Indonesia, Prihandoko Sanjatmiko, menyampaikan, tim dari UI antara lain memberikan pendampingan penguatan kelembagaan, pelatihan menjadi guide bagi wisatawan, membantu pendokumentasian jenis-jenis mangrove dan menentukan lokasi mangrove, serta menerapkan standar keselamatan bagi pengunjung.
Camat Kampung Laut Nurindra mengatakan, pengembangan wisata ini sejalan dengan program kecamatan yang sedang meningkatkan empat hal, yaitu pengembangan pertanian, peternakan, perikanan, dan pariwisata. Banyak tanah timbul cukup potensial untuk pertanian, peternakan juga karena ada banyak tersedia pakan ternak dari mangrove, serta potensi budidaya perikanan.
”Untuk pariwisata konsepnya wisata petualangan. Kalau mau bertualang, bisa bertualang di hutan mangrove dan perairan-perairan yang mirip dengan perairan Amazon,” kata Nurindra.