Sistem Peringatan Dini di Banyuwangi Rusak, Petugas Terpaksa Pakai Kentongan
Oleh
Angger Putranto
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sebagian besar sistem peringatan dini tsunami yang dipasang di pantai selatan Banyuwangi rusak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyuwangi terpaksa memanfaatkan kentongan sebagai alat peringatan tanda bahaya darurat.
Pemerintah telah memasang sejumlah sistem peringatan dini di sejumlah daerah, termasuk di Jember dan Banyuwangi, sejak 2013. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi menyebutkan, ada sembilan sistem peringatan dini (early warning sistem/EWS) yang dipasang di sejumlah perairan Banyuwangi. Sementara di Jember ada tujuh EWS. Namun, sistem mitigasi tersebut tidak optimal karena sebagian besar alat tersebut rusak dan tidak berfungsi.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharam mengatakan, dari sembilan EWS yang terpasang, hanya dua unit yang masih berfungsi.
”Tujuh unit EWS yang rusak tersebut merupakan EWS bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada tahun 2013. Sementara dua unit EWS yang masih berfungsi merupakan bantuan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tahun 2017,” ujarnya.
Eka mengatakan, tujuh EWS pemberian Badan Nasional Penanggulangan Bencana itu ditempatkan di Kampung Mandar, Blimbing Sari, Muncar, Grajagan, Pancer, Lampon, dan Rajegwesi. Adapun dua unit EWS yang masih berfungsi terdapat di Pancer dan Muncar. Dua unit EWS yang masih berfungsi itu terakhir diujicobakan pada 26 Juni oleh BPBD Banyuwangi. Hasilnya, kedua unit EWS tersebut masih baik.
Eka mengatakan, pihaknya khawatir jika nanti masyarakat tidak mendapatkan peringatan dini terhadap bencana tsunami karena tidak semua EWS berfungsi. Agar lebih waspada, BPBD dan masyarakat setempat mengaktifkan desa tangguh bencana. ”Di sana kami memanfaatkan kentongan sebagai ganti suara sirene yang biasa dikeluarkan oleh EWS,” ujar Eka.
Hal serupa terjadi di Jember. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jember Mahmud Rizal menyebutkan, ada tujuh EWS yang dipasang di sekitar perairan Jember. Ketujuh EWS itu terdapat di Kencong, Gumuk Mas, Wuluhan, Ambulu, dan Tempurejo masing-masing satu unit serta di Puger dua unit.
”Saat ini hampir semua EWS kondisinya rusak. Ada yang benar-benar tidak bisa digunakan, ada yang butuh perbaikan. Beberapa EWS rusak karena korosi dan sebagian lainnya rusak karena komponennya hilang, contohnya aki,” ungkap Rizal.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD Jember menggunakan media sosial aplikasi pesan singkat untuk menyebarkan informasi apabila terjadi potensi bencana tsunami. Dalam grup aplikasi pesan singkat tersebut, terdapat relawan, anggota BPBD, BMKG, kepolisian air dan udara, unsur TNI, SAR Rimba Laut, dan kepala desa.
Melalui grup tersebut, BPBD dan BMKG dapat menginformasikan potensi bencana kepada kepala desa dan pihak-pihak berwenang. Tokoh-tokoh masyarakat juga dapat melaporkan fenomena alam yang terjadi kepada pihak-pihak berwenang untuk kemudian dianalisis.