JAKARTA, KOMPAS – Diundurnya Rapat Kerja Nasional Partai Amanat Nasional membuat cawapres di kubu Prabowo belum bisa ditentukan. Hal itu terjadi karena 8 Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional yang belum siap.
Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno mengatakan 8 provinsi belum siap melaksanakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) karena baru menyelesaikan agenda pencalegan. Rakernas Partai Amanat Nasional sedianya akan diadakan pada 6-7 Agustus 2018.
Terkait jadwal terbaru rakernas, Eddy mengatakan belum ada kepastian waktunya. “Tidak bisa diundur terlalu jauh. Paling lambat Rabu (8/8/2018) sudah selesai sehingga Kamis bisa kami dapatkan hasilnya karena Jumat hari terakhir pendaftaran ke KPU,” kata Eddy, Minggu (5/8/2018) di Ruang Tunggu Studio Kompas TV.
Ia mengatakan, salah satu agenda rakernas PAN 2018 ini akan membahas tentang pengusungan calon untuk maju di Pilpres 2018. Pada rakernas PAN 2017 lalu, Zulkifli Hasan memegang mandat untuk maju di Pilpres 2018 sebagai capres atau cawapres. “Tergantung hasil rakernas 2018. Kita kuatkan hasil rakernas 2017 atau dievaluasi,” katanya.
Politisi Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan, sejauh ini sudah ada empat partai yang mendukung Prabowo Subianto, yakni PKS, Demokrat, Gerindra, dan PAN. Keempat partai tersebut mengajukan nama untuk dicalonkan sebagai wakil presiden. Namun, hingga hari kedua pendaftaran dibuka, kubu ini belum mendaftar ke KPU.
“Mungkin (mendaftar) sehari setelah deklarasi. Kami menunggu internal PAN selesai rakernas baru bisa melaksanakan rapat petinggi partai,” kata Andre. Ia memprediksi kubu Prabowo akan mendaftar di hari terakhir, yakni tanggal 10 Agustus 2018.
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai partai-partai yang belum menentukan sikap sedang melakukan kalkulasi keuntungan politik elektoral. Menurutnya, hal itu yang saat ini tengah dialami PAN.
Ia mengatakan, PAN sedang dilema untuk menentukan pilihan ke kubu tertentu. Menurutnya, suasana batin elit PAN cenderung tidak ingin merapat ke kubu Jokowi. Sedangkan, melihat elektabilitas Jokowi yang sementara ini memimpin, sebenarnya PAN bisa diuntungkan jika bergabung. “Tergantung PAN akan seperti apa. Kalau mempertimbangkan kalkulasi rasional politik, tentu ke kubu Jokowi. Namun, kalau menuruti sentimen elit PAN, mereka akan ke kubu Prabowo,” katanya.
Calon pendamping Prabowo
Berbicara terkait calon wakil presiden bagi Prabowo, Andre mengatakan Gerindra tidak memiliki calon spesifik. Menurutnya siapapun nama yang dihasilkan dalam rapat pimpinan tertinggi partai koalisi akan disetujui.
“Tentu yang bisa memberikan insentif elektoral, bisa membantu kemenangan Prabowo, dan bisa diterima oleh seluruh mitra koalisi, itu yang penting,” tandas Andre.
Sejauh ini menurut Andre sudah ada beberapa nama yang diajukan untuk menjadi calon pendamping Prabowo. Mereka adalah Salim Segaf Al-Jufri dan Abdul Somad yang merupakan usulan dari Ijtima Ulama, Agus Harimurti Yudhoyono usulan dari Demokrat, Zulkifli Hasan usulan dari PAN dan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.
Terkait potensi kecemburuan yang terjadi diantara partai politik pada kubu Prabowo, menurut Andre hal itu bisa dibendung. “Nanti semua nama itu akan kita jajarkan di sebuah meja, kita perhitungkan dan kita musyawarahkan kelebihan dan kekurangannya. Siapapun yang dinilai paling baik akan diajukan,” papar Andre. (SUCIPTO)