Agar Tak Ada Lagi Neraka di Bumi
Hari ini, 6 Agustus, 73 tahun yang lalu, pesawat pengebom Boeing B-29 Superfortress, Amerika Serikat yang dipiloti Kolonel Paul Warfield Tibbets Jr menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima, Jepang. Bom atom yang disebut dengan kode little boy itu menjadi senjata nuklir pertama yang dipakai dalam sebuah peperangan.
Bom meledak sekitar 550 meter dari permukaan kota Hiroshima, menewaskan 140.000 penduduk kota tersebut. Ledakan bom menghasilkan suhu panas hingga 4000 derajat celcius. Bayangkan apa yang terjadi pada penduduk Hiroshima saat itu, kalau besi saja meleleh pada suhu 1.536 derajat celcius.
Tulisan dengan judul seperti di atas pernah dimuat harian Kompas 12 Februari 2017 lalu, menggambarkan kengerian yang terekam dari ledakan bom nuklir tersebut di Museum Perdamaian Hiroshima. Saat itu penulis diundang Kementerian Luar Negeri Jepang ke Tokyo dan Hiroshima, bersama sejumlah peneliti hubungan internasional di Asia Tenggara, berdiskusi soal dinamika hubungan Jepang dengan China, Amerika Serikat dan ASEAN.
Mengenang 73 tahun tragedi bom atom Hiroshima, berikut dicuplik kembali tulisan yang pernah terbit di harian Kompas tersebut.
“We have known the agony of war. Let us now find the courage, together, to spread peace and pursue a world without nuclear weapons.” (Barrack Obama).
Pesan itu ditulis Presiden Amerika Serikat Barrack Obama di atas kertas putih dan ditandatanganinya. Obama juga membuat dua burung bangau kertas (paper crane), terinspirasi dari simbol perdamaian yang dibuat Sadako Sasaki, seorang gadis yang berjuang melawan leukimia yang dideritanya akibat radiasi ledakan bom atom di Hiroshima.
Obama menuliskan pesan tersebut dalam kunjungan bersejarahnya ke Hiroshima, Jepang, 27 Mei 2016 lalu. Dia menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) pertama yang berkunjung ke kota tempat dijatuhkannya bom atom terbesar untuk pertama kali di dunia pada 6 Agustus 1945.
Setelah Hiroshima, AS menjatuhkan bom nuklir kedua di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Enam hari setelah itu, Jepang menyerah. Perang Dunia II pun berakhir.
Pesan Obama itu kini menjadi koleksi Museum Perdamaian Hiroshima.
Dalam pidatonya di Taman Perdamaian Hiroshima, tak jauh dari titik di mana pesawat B-29 AS menjatuhkan bom berjenis uranium dan meledak sekitar 550 meter dari permukaan kota Hiroshima, Obama memang tak mengungkapkan permintaan maaf negaranya. Namun, tersirat jelas penyesalan mendalam Obama akan tragedi yang menewaskan sekitar 140.000 penduduk Hiroshima tersebut.
“Kami datang untuk merenungkan kekuatan mengerikan yang terlepas di masa lalu yang tidak begitu jauh. Kami datang untuk berkabung untuk mereka yang meninggal, termasuk lebih dari 100.000 pria Jepang, wanita, dan anak-anak, ribuan warga Korea, lusinan orang Amerika yang ditahan di penjara,” ujar Obama dalam pidatonya.
Kengerian yang ditimbulkan bom atom di Hiroshima mengajarkan banyak hal. Bencana dan kerusakan yang ditimbulkannya seharusnya mengajarkan kepada manusia, tak seharusnya ada lagi perang di dunia.
“Mereka (yang meninggal) lebih suka keajaiban ilmu itu difokuskan pada peningkatan kehidupan dan tidak menghilangkan hal itu. Ketika pilihan yang dibuat oleh banyak negara dan para pemimpin mencerminkan kebijaksanaan sederhana ini, maka pelajaran dari Hiroshima telah selesai dilakukan,” ujar Obama.
Mereka yang pernah berkunjung ke Hiroshima tentu bisa merasakan kengerian yang ditimbulkan senjata nuklir. Cerita korban yang selamat dari ledakan bom atom Hiroshima membuat merinding. “Mayat-mayat hangus menutup jalan. Bau busuk menyengat hidung. Lautan api menyebar sejauh mata memandang. Hiroshima hari itu adalah neraka yang sesungguhnya,” tutur seorang anak lelaki yang ketika itu berusia 17 tahun dan ditulis dalam Deklarasi Damai Kota Hiroshima.
Mayat-mayat hangus menutup jalan. Bau busuk menyengat hidung. Lautan api menyebar sejauh mata memandang. Hiroshima hari itu adalah neraka yang sesungguhnya
Deklarasi itu juga memuat kisah gadis yang berusia 18 tahun ketika bom atom dijatuhkan. “Tubuhku penuh darah. Di sekitarku orang-orang dengan kulit melepuh dari punggung sampai kakinya, menangis, menjerit, meminta air.”
Ledakan bom uranium di Hiroshima ketika itu menghasilkan panas hingga 4.000 derajat celsius. Bayangkan apa yang dirasakan warga Hiroshima saat itu jika besi saja bisa meleleh pada suhu 1.536 derajat celsius. Hibakusha, sebutan untuk mereka yang selamat dari tragedi itu, menyampaikan pesan yang sangat jelas agar jangan ada lagi manusia yang merasakan kengerian dan penderitaan mereka.
Di Museum Perdamaian Hiroshima, penderitaan warga kota tersebut terekam jelas.
Inisiatif
Kini, 71 tahun setelah bom atom pertama kali digunakan dalam perang, masih ada setidaknya 15.000 senjata nuklir tersisa. Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mencatat, sepanjang 2010-2015 tercatat 9 negara yang memiliki senjata nuklir, yaitu AS, Rusia, Perancis, Inggris, Tiongkok, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara. Israel, India, dan Pakistan tercatat sebagai negara yang tidak menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (PNN), perjanjian yang membatasi kepemilikan nuklir. Sementara Korea Utara keluar dari PNN pada 2003.
Sejak Oktober 2011, Pemerintah Prefektur Hiroshima memulai inisiatif sebuah proyek perdamaian global, dunia tanpa senjata nuklir, Hiroshima untuk Perdamaian Dunia. Inisiatif ini mencakup antara lain peran Hiroshima dalam penelitian tentang pelucutan senjata nuklir dan resolusi konflik, pelatihan sumber daya manusia untuk perdamaian, hingga menilai upaya yang dilakukan negara-negara PNN.
Shinjiro Kawagoe, salah satu anggota staf pada proyek perdamaian itu menuturkan, mereka akan melakukan segala upaya agar peristiwa mengerikan di Hiroshima tak terjadi lagi. Oleh karena itu, misi utama inisiatif ini adalah pelucutan senjata nuklir. “Kami terus mengirim pesan berkelanjutan kepada para pemimpin dunia untuk melucuti persenjataan nuklir. Kami undang mereka ke Hiroshima,” kata Shinjiro.
Pemerintah Prefektur Hiroshima juga menerbitkan publikasi Laporan Hiroshima tentang perlucutan senjata nuklir yang diterbitkan setiap tahun sejak 2013. Dalam Laporan Hiroshima 2016 disebutkan, prospek untuk mengurangi senjata nuklir di dunia masih jauh dari harapan. Situasinya malah mengkhawatirkan.
Lima negara PNN, yaitu Tiongkok, Rusia, Inggris, Perancis, dan AS, masih melihat kepemilikan senjata nuklir merupakan komponen yang tak tergantikan keamanan nasional. Tak ada tanda-tanda pengurangan kepemilikan senjata nuklir.
Alih-alih mengurangi, negara-negara itu justru memodernisasi teknologi dan mengembangkan transportasi peluncur senjata tersebut. India dan Pakistan terus berlomba dalam hal ini dan membuat situasi keamanan kawasan Asia Selatan tak pernah stabil. Demikian pula dengan Korea Utara yang terus mengadakan serangkaian uji coba nuklir sejak menarik diri dari PNN. Dengan ketegangan yang berlanjut antara Korea Utara dan Korea Selatan, masa depan perdamaian di Semenanjung Korea mengkhawatirkan.
Pada saat yang sama komunitas internasional juga mengkhawatirkan ambisi nuklir Iran dan situasi ketegangan di kawasan terkait.
Inisiatif Hiroshima untuk mewujudkan dunia tanpa senjata nuklir memang masih jauh harapan. Namun seperti pesan Obama, manusia sebenarnya tahu penderitaan yang diakibatkan oleh perang. Sudah semestinya, warga dunia ikut menyerukan pemusnahan senjata nuklir. Agar tak ada lagi neraka di muka bumi, seperti Hiroshima pada 1945.