Masa Depan Pembangunan Indonesia Ada di Kawasan Timur
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta semua pihak untuk terus mendorong pemerataan pendidikan di seluruh wilayah di Indonesia, terutama terkait teknologi. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan karakteristik setiap wilayah berbeda-beda hingga pendekatannya juga tak bisa sama. Ketimpangan yang terjadi antara kawasan barat dan timur Indonesia bisa teratasi dengan pemerataan pendidikan. Terlebih masa depan bangsa ini dinilai justru ada di kawasan timur Indonesia.
Hal ini dikatakan Wapres saat membuka Rapat Kerja Nasional Ikatan Alumni ITB di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (4/8/2018). Pertemuan ini sendiri mengusung tema ”Dari Timur, Indonesia Bangkit Menjadi Bangsa Pemenang”.
”Kita ingin bagaimana ada pemerataan pendidikan nasional dengan memperbaiki sistem pendidikan. Itulah mengapa saya juga tetap mempertahankan ujian nasional. Di kawasan timur Indonesia, walau penduduk sedikit tetapi potensinya besar. Walau secara umum pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata nasional, tak semua yang di timur lebih jelek dari barat. Karena itu, tanpa pendidikan yang merata akan menimbulkan ketimpangan yang besar,” kata Kalla.
Kalla mencontohkan, di kawasan timur Indonesia (KTI) dengan berbagai potensinya membuat daerah ini berorientasi ekspor sejak dahulu. Kekayaan mineral, emas, nikel, minyak gas, dan lainnya, termasuk perkebunan, adalah komoditas ekspor. Walau demikian, kemajuan di KTI lebih sulit berkembang dibandingkan Pulau Jawa. Terlebih penduduk KTI yang hanya 15 persen dari penduduk Indonesia.
”Kemajuan di sini lebih sulit dibandingkan Jawa. Lebih dari 55 persen penduduk ada di Jawa dan 30 persen di Sumatera. Bangsa ini mempunyai karakterisik yang berbeda. Teknologi yang dibutuhkan berbeda. Di Jawa yang maju industri karena pasarnya besar, penduduk dan sumber daya manusianya juga besar. Di timur, yang dibutuhkan adalah teknologi mineral, energi, dan yang terkait perkebunan, sesuai potensi dan karakteristik wilayah ini. Di situ letak modal kemajuan di timur Indonesia,” katanya.
Kalla berkeyakinan, jika pendidikan didorong secara merata, kemajuan di seluruh wilayah akan sama. Selama ini pendidikan atau perguruan tinggi berbasis teknologi, misalnya, kebanyakan berada di Pulau Jawa. Padahal, tak semua lulusan atau ahli teknologi di Jawa bersedia ditempatkan di timur Indonesia.
Kalla mencontohkan lebih banyak alumni ITB yang berada di zona nyaman. Dia mengatakan, dahulu, sering kali anak ITB atau lulusan perguruan tinggi di Pulau Jawa direkrut dan tempatkan di pelosok untuk proyek-proyek besar. Namun, kebanyakan mereka hanya tahan enam bulan.
”Ini juga mungkin soal bagaimana mengubah kultur sehingga lebih banyak yang mau ditempatkan di mana saja. Banyak yang sekolah teknologi tetapi justru bekerja di sektor perbankan, misalnya, karena enggan ditempatkan di pelosok. Intinya kita ingin membangun cita-cita bersama memajukan bangsa dan itu berarti harus mau berada di mana pun wilayah Indonesia. Karena tidak semua persoalan bisa dipecahkan di kota. Tentu saja pemerataan pendidikan juga menjadi solusi,” katanya.
Selain membangun perguruan tinggi teknologi di luar Jawa, Kalla mencontohkan Thailand di mana perguruan tinggi membuka cabang di banyak kota. Ini juga adalah bentuk pemerataan. Bagi Kalla, pemerataan pendidikan ataupun penempatan di seluruh wilayah juga menjadi bagian memperkuat nasionalisme.
Sementara itu, Ketua IA ITB Ridwan Jamaluddin mengatakan, rakernas tahun ini dilaksanakan di Makassar sebagai bentuk keinginan untuk keluar dari zona nyaman. Lokasi penyelenggaraan selama ini hanya dilakukan di Bandung di mana kampus tersebut berada. Selebihnya di Jakarta ataupun di daerah lain di Pulau Jawa dan sekitarnya.
”Makassar adalah tempat yang potensial. Sulawesi Selatan secara keseluruhan bisa menjadi masa depan pembangunan Indonesia. Output dari kegiatan ini diharapkan alumni, khususnya yang ada di Indonesia timur, akan lebih kompak dan membuat program yang lebih banyak lagi. Kita juga ingin lebih banyak lagi mahasiswa dari kawasan ini masuk ITB. Tentu juga partisipasi membangun dari timur Indonesia,” katanya.