JAKARTA, KOMPAS — Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 (CIDY-2018) yang akan digelar pada 13-15 Agustus 2018 di Jakarta menjadi perkumpulan pemuda Indonesia untuk diskusi bersama mengenai harapan mereka tentang Indonesia bakal menjadi seperti apa saat berusia satu abad pada 2045. Visi Indonesia 2045 yang dirumuskan bersama diharapkan dapat membantu para pemuda dalam mempersiapkan masa depannya menjadi pemimpin bangsa dan negara.
”2045 masih jauh. Namun, tanpa visi, negara bisa terombang-ambing. Banyak yang bisa terjadi dalam satu generasi. Tanpa rencana, kita bisa ketinggalan aman. Kita harus tahu apa saja yang harus kita capai di masa depan. Apakah itu di bidang digital, sustainability, atau maritim?” kata Dino Patti Djalal, pendiri Indonesian Diaspora Network Global, Sabtu (4/8/2018), di Jakarta.
Ia mengatakan, registrasi untuk partisipasi pada acara itu masih bisa dilakukan melalui situs www.diasporayouth.info. Acara itu terbuka untuk pemuda Indonesia berusia 18-35 tahun dari dalam dan luar negeri, yang mewakili suatu organisasi ataupun memiliki prestasi.
”Hingga kini, sudah ada sekitar 600 orang yang mendaftarkan diri untuk acara itu. Mereka akan diseleksi lagi karena tidak semua memiliki visi yang benar,” ujar Dino.
Sejumlah peserta bintang yang disebutkan oleh Dino adalah cucu sang Proklamator Gustika Jusuf Hatta, atlet renang yang meraih medali emas pada Olimpiade 2012 di London Ranomi Kromowidjojo, peraih nobel fisika pada 2004 Septinus George Saa, serta artis Yoshi Sudarso.
Pada 13 Agustus, acara akan dimulai dengan penyampaian beberapa masukan dari para ahli agar peserta lebih tahu apa yang hendak didiskusikam dalam acara itu. Sejumlah tokoh dari pemerintahan, seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan direncanakan hadir untuk menyampaikan paparannya mengenai kondisi negara terkini.
Pada 14 Agustus, diskusi akan dibagi dalam lima ruangan dengam topik yang berbeda-beda, yakni tentang persoalan identitas; pemerintahan; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi; ekonomi dan bisnis; serta keamanan dan pertahanan.
Pada 15 Agustus, para peserta diharapkan selesai merumuskan visi mereka untuk Indonesia pada 2045. ”Harapannya, Presiden Joko Widodo juga hadir pada hari terakhir untuk menerima dokumen visi Indonesia 2045,” ujar Dino, yang juga mantan Duta Besar Amerika Serikat.
Menurut Armijn Navaro, Ketua Purna Paskibra Indonesia DKI Jakarta, selain menjalani aktivitasnya sehari-hari, para pemuda juga diharapkan memiliki rasa untuk turut membangun Indonesia. Keterlibatan pemuda penting agar pada 2045 Indonesia dapat menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
”Sekarang adalah momen yang tepat untuk merumuskan visi Indonesia pada 2045 dan memastikan tujuan Indonesia menjadi salah satu ekonomi terbesar itu tercapai,” kata Armijn.
Bagi Agnes Harvelian, sebagai wakil Perhimpunan Pelajar Indonesia di Rusia, CIDY-2018 merupakan pertemuan penting karena memberikan kesempatan bagi para pemuda untuk bertemu langsung dengan para profesional dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
”Konferensi ini menyatukan para pemuda dan membuka ruang diskusi untuk mereka. Acara ini juga mempersiapkan mereka mengambil estafet kepemimpinan sehingga mereka bukan hanya sekadar menjadi penonton, melainkan juga pemain,” tutur Agnes.
Nining, Executive Board Indonesian Diaspora Network Global, menekankan pentingnya para pemuda untuk berkumpul dan merumuskan bersama visi masa depan Indonesia.
”Setiap pemuda memiliki karakternya sendiri. Namun, penting bagi mereka untuk memiliki visi negara yang sama agar mereka bisa bersama membangun Indonesia. Kejayaan Indonesia saat usia satu abad berada di tangan para pemuda yang akan bertemu dalam konferensi itu,” kata Nining.