Ada Asa Baru bagi Warga Parungpanjang Melawan Debu
Oleh
Neli Triana
·3 menit baca
Harapan baik berembus menebalkan kembali asa warga Parungpanjang, Kabupaten Bogor. Menjelang akhir pekan ini, mereka mendengar kabar bahwa ada kemajuan upaya untuk mengatasi paparan debu dan asap truk yang mendera warga sejak 1997. Pada Senin (6/8/2018) dikabarkan bahwa ada pembicaraan untuk merealisasikan jalur alternatif bagi truk-truk pengangkut pasir dan kerikil hasil tambang sehingga tidak lagi mengganggu warga di tujuh desa.
Sebelumnya, solusi dari parahnya dampak jalur truk di Parungpanjang, Bogor, terus dinanti warga setempat. Sejauh ini, pilihan penyelesaian yang ditawarkan, baik dari pihak masyarakat maupun pemerintah regional, belum mendapat jawaban pasti.
Aktivis masyarakat dari Forum Parungpanjang Bersatu, Akmal Asyamaa\'il, telah menyampaikan usulan warga, dari pelarangan truk lewat hingga pengadaan jalur alternatif ke pemerintah setempat. Namun, hal tersebut tak berujung pada penanganan yang konkret bagi warga setempat.
”Yang cukup parah ialah ketika warga turun ke jalan dan membuat kerusuhan pada Desember 2017. Jalan sempat diblokade oleh warga di seluruh kelurahan, hingga akhirnya mulai ada perbaikan jalan yang diusulkan awal tahun ini,” kata Akmal.
Solusi tersebut dipandang oleh Akmal belum menyelesaikan masalah. Jalan yang sudah diperbaiki sebelumnya pun kembali rusak, bahkan kurang dari enam bulan.
Hingga Senin (30/7/2018) pukul 11.00, kondisi Parungpanjang masih dipenuhi ratusan truk yang memanjang dari Kelurahan Lumpang hingga Jagabaya. Antrean yang berasal dari pembatasan kendaraan pada pukul 06.00-09.00 tersebut membuat sejumlah kendaraan warga tidak dapat lewat dengan leluasa karena tertutup antrean truk.
Kondisi tersebut berdampak ke beberapa sekolah yang berada di pinggir jalan. Helmi Ginanjar, staf guru di SD Negeri 01 Lumpang, mengatakan, kegiatan belajar siswa terganggu dengan bising dan debu membuat halaman depan sekolah tidak dapat digunakan untuk aktivitas olahraga.
”Kami harus menumpang di lapangan yang jaraknya sekitar 800 meter dari sekolah karena kondisi di sini sudah tidak kondusif,” kata Helmi.
Selain itu, Erwin, staf guru wali siswa kelas II SD, mengeluhkan kehadiran siswa setiap hari yang tidak pernah penuh. ”Setiap hari ada sekitar 2-7 siswa kelas saya yang izin sakit. Keluhannya selalu seputar penyakit tenggorokan dan pilek,” kata Erwin.
Terkait dengan keluhan warga, Sekretaris Kecamatan Icang Aliudin mengatakan, sudah ada kajian mengenai rencanana jalur tambang yang dilakukan bersama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) tingkat kabupaten.
”Kami sudah survei lokasi dengan Bappeda tingkat kabupaten sejak 2015. Rute yang dibuat melibatkan sebagian tanah milik Perhutani dan milik warga sehingga mungkin diperlukan waktu untuk pembebasan tanah,” kata Icang.
Ia mengatakan, usulan tersebut sudah diajukan ke pemerintah pusat, tetapi belum ada tindak lanjut. ”Sejauh ini kami lebih memilih adanya jalur tambang khusus daripada melebarkan jalur provinsi menjadi jalur nasional karena dampak bagi wilayahnya juga pasti akan bagus dan debu pun berkurang,” kata Icang.
Akmal mengatakan, permasalahan utama sebenarnya ada pada truk yang melewati Parungpanjang. Sebagian besar truk berkecepatan tinggi serta membawa muatan melebihi kapasitas.
”Sebenarnya Jalan Parungpanjang masih dapat dilalui oleh truk selama muatannya berada di angka 8 ton untuk kendaraan truk dengan tiga sumbu. Yang terjadi sekarang kan, muatan truk sering kali berlebih, bahkan hingga 40 ton,” kata Akmal.
Terkait solusi, Akmal pun berusaha memperjuangkan adanya jalur tambang daripada pembangunan jalur nasional. ”Pelebaran dan penggantian material jalanan, menurut saya, tidak akan berpengaruh kalau muatan truk tidak dikurangi. Kalau mau, tertibkan dulu truknya, baru rapikan jalannya,” kata Akmal. (ADITYA DIVERANTA)