JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah fasilitas umum di Jakarta belum ramah pada penyandang disabilitas (difabel). Padahal Jakarta akan menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018, pertandingan untuk para difabel pada 6-8 Oktober 2018 mendatang.
Kompas mencoba mengunjungi Wisma Atlet Asian Para Games Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (30/7/2018) pukul 17.00 WIB dan melihat gedung 5 dan 6 yang akan menjadi wisma para atlet difabel.
Saat menuju lobi gedung 5, jalan yang dibentangi kabel telah ditutupi polisi tidur dari karet sehingga mudah dilalui difabel. Ada tiga akses lift di gedung 32 lantai ini. Akses utama terdiri dari enam lift. Kompas mencoba menggunakannya ke lantai 12.
Saat keluar dari lift, bagian kanan nampak dinding kaca sehingga pemandangan di luar dapat terlihat. Sebelah kiri ada tangga untuk naik ke lantai 13 atau turun ke lantai 12. Kita tidak bisa langsung ke kamar tanpa menggunakan tangga karena akses lift ini berada di antara lantai kamar atas dan bawah.
Di lantai lain juga sama terjadi hal yang sama. Lantai 4 sampai 32 merupakan kamar-kamar atlet. Lantai 3 tempat peristirahatan yang terdapat kantin dan lantai 2 yang jadi ruang rapat.
Akses kedua yang terdiri dari tiga lift lebih ramah difabel. Posisi lift pas dengan posisi lantai bangunan. Tak perlu lagi menggunakan tangga. Tetapi, akses ini hanya sampai ke lantai sepuluh.
Akses ketiga hanya terdiri dari satu lift. Posisi lift pas dengan posisi lantai bangunan dan mengakses sampai ke lantai 32. Tetapi, lift ini merupakan lift barang.
Saat berada di taman kecil pada lantai empat, masih terdapat toilet yang tidak ramah difabel. Lantai kamar mandi lebih tinggi dibandingkan lantai di luar. Sehingga sulit dilalui kursi roda. Tak ada pula gagang bantuan di dalam toilet.
Toilet ramah difabel hanya terdapat di lobi utama. Jalan masuk dilandaikan. Toilet ini lebih luas dari toilet biasa. Bagian kanan dan kiri kloset duduk terdapat besi pemegang. Ini memudahkan pengguna kursi roda untuk berpindah dari kursi roda ke kloset duduk dan sebaliknya.
Akses Wisma ke GBK
Kompas mencoba ke Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat dari wisma atlet pukul 18.10, Senin. Kompas menggunakan Transjakarta yang dikenal lebih ramah difabel.
Dari gedung 5 ke gerbang, butuh melalui jalan sekitar 200 meter. Akses bagi difabel masih terlihat ramah. Kesulitan dialami saat menuju Halte Transjakarta Kemayoran Landas Pacu Timur yang berjarak 150 m dari gerbang Wisma Atlet.
Untuk masuk ke trotoar, penyandang disabilitas harus melewati pembatas jalan. Kursi roda tentu tidak bisa melewatinya karena dibatasi dengan taman kecil.
Untuk naik ke jembatan penyeberangan menuju halte, para difabel langsung disambut tangga. Pengguna kursi roda kembali membutuhkan bantuan untuk diangkat di sini.
Setelah naik tangga, jalan landai lebih ramah menuju mesin tap. Di atas mesin, terdapat tulisan "Akses Prioritas" beserta lambang kursi roda. Namun, enam meter dari lambang keramahan ini, tangga kembali menyambut.
Untuk turun ke halte bus, tak ada lagi jalan landai. Semuanya hanya tangga turun. Tak ada akses lain selain tangga ini.
Untuk masuk ke bus, sulit pula bagi difabel. Jarak antara lantai halte dan bus masih jauh. Ban kursi roda yang lebar pun akan tersangkut. Ban kursi roda yang standar akan jatuh.
"Saya pergi latihan lomba balap kursi roda di Rawamangu, Jakarta Timur menggunakan kursi roda dari Panti Sasana Bina Daksa Budi Bhakti, Duren Sawit, Jakarta Timur. Lelah tapi tidak merepotkan orang lain," kata salah satu atlet balap kursi roda, Baharuddin. Ia juga menjadi atlet difabel yang akan mengarak obor Asian Para Games 2018 nanti. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)