Bom Mobil Tewaskan 10 Orang, Pelaku Diduga Seorang WNI
Oleh
Pascal S Bin Saju
·2 menit baca
DAVAO, SELASA – Sepuluh orang tewas, sebagian besar adalah tentara dan paramiliter, serta lima lainnya terluka akibat bom mobil meledak di dekat pos pemeriksaan militer di Lamitan, Pulau Basilan, Filipina selatan, Selasa (31/7/2018). Pelaku bom mobil bunuh diri itu diduga warga Indonesia.
Situs berita harian arus utama Filipina, Manila Bulletin, melaporkan, mobil berisi bahan peledak itu dikendarai seorang warga negara asing, yang diduga dari Indonesia (WNI). Hingga Selasa petang, polisi masih mendalami peristiwa itu.
Letnan Kolonel Gerry Besana dari Komando Militer Mindanao Barat Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan, laporan awal menunjukkan, ledakan terjadi pukul 05.45 waktu di Sitio Magkawit, Barangay Maganda, kota Lamitan.
”Seorang tentara melakukan pemeriksaan (terhadap sebuah mobil), tiba-tiba mobil itu meledak sehingga menewaskan sejumlah tentara dan paramiliter,” demikian Xinhua.
Sumber-sumber militer mengidentifikasi para korban, yakni Samad M Jumah; empat anggota Unit Geografis Angkatan Bersenjata Kota (CAFGU), yakni Muid Manda, Adzlan Abdula, Titing Omar, dan Hermilito Gapo Jr; serta beberapa warga sipil (termasuk perempuan dan anak-anak).
Menurut Manila Bulletin, pengendara mobil yang berisi bahan peledak rakitan itu, yakni seorang warga asing yang diduga dari Indonesia, juga tewas dalam peristiwa itu. Ia diduga melakukan serangan bom bunuh diri setelah dicegat aparat di pos keamanan. Mobil itu berisi penuh bahan peledak rakitan (IED).
Beberapa korban luka, antara lain CAA Wilbert Garcia dan Gerry Inso, serta seorang warga sipil.
Kolonel Fernando Reyeg, Komandan Satuan Tugas Gabungan Basilan, mengatakan, personel militer tewas ketika mereka memeriksa kendaraan yang dicurigai berisi bahan meledak.
Malacanang kecam
Reyeg mengatakan, mereka menilai sangat mungkin bom tersebut sebagai bom bunuh diri. Ia mengatakan, Satuan Tugas Gabungan Basilan sudah menaikkan status tingkat siaga untuk menangkal insiden serupa.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara kepresidenan Filipina, Harry Roque Jr, menyebut ledakan itu sebagai ”serangan yang berani”. Malacanang mengecam serangan itu.
”Kami mengecam keras serangan teroris terbaru di Basilan yang dilakukan pelanggar hukum kami,” kata juru bicara kepresidenan, Harry Roque Jr, seperti dilaporkan situs berita Philstar.
Dia bersumpah bahwa pihak berwenang akan membawa pelaku ke pengadilan. Militer percaya kelompok Abu Sayyaf bertanggung jawab atas serangan itu.
Dalam sebuah wawancara di ANC, Letnan Kolonel Mon Almodovar, Komandan Batalyon 3 Ranger Pemandu, mengatakan, mereka masih memverifikasi laporan jika ada orang asing yang terlibat dan dilakukan seorang pengebom bunuh diri.