JAKARTA, KOMPAS -- Upaya pembersihan dan penghilangan bau di Kali Sentiong, Kemayoran, Jakarta Pusat terus dilakukan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menambah peralatan untuk mengurangi bau di dekat Wisma Atlet di Kemayoran dengan memasang 20 unit alat plasma nano bubble di sepanjang Kali Sentiong. Sebelumnya pemerintah memasang alat nano bubble dan surface aerator untuk tujuan yang sama.
Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta akan dibantu oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikatan Ahli Teknik Penyehatan Indonesia (IATPI), dan Ikatan Alumni Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (IATL ITB) dalam pengadaan alat plasma nano bubble. Alat tersebut dipasang secara bertahap sejak Selasa (31/7/2018).
Kepala Balai Instrumental Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Anto Tri Sugiarto mengatakan, selain berfungsi untuk aerasi, plasma nano bubble juga dapat mengurangi bau dari Kali Sentiong. Alat ini akan dipasang hingga menjelang Asian Para Games, yaitu 1 Oktober 2018.
"Kami akan pasang 20 plasma nano bubble. Untuk sekarang, kami belum bisa pastikan efektivitas alat ini karena baru terpasang satu unit. Tapi kami harapkan alat ini bisa mengurangi bau, khususnya di depan Wisma Atlet," kata Anto, Selasa.
Perbedaan plasma nano bubble berbeda dengan nano bubble. Perbedaan terletak pada kemampuan plasma nano bubble untuk menghasilkan ozon dengan teknologi plasma. Ozon berfungsi sebagai oksidator kuat untuk menguraikan ikatan organik penghasil bau.
Plasma nano bubble menghasilkan gelembung udara berukuran nano yang dapat larut di dalam air selama dua minggu atau lebih. Hal ini berpengaruh pada angka oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) sebagai tolak ukur kualitas perairan. Semakin tinggi angka DO, maka semakin baik kualitas perairan.
Plasma nano bubble menghasilkan gelembung udara berukuran nano yang dapat larut di dalam air selama dua minggu atau lebih. Hal ini berpengaruh pada angka oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) sebagai tolak ukur kualitas perairan. Semakin tinggi angka DO, maka semakin baik kualitas perairan.
Menurut Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Senin (30/7/2018), kualitas oksigen terlarut di Kali Sentiong adalah 1,3 miligram per liter.
"Jadi kami uraikan dulu ikatan organik penghasil baunya dengan ozon. Setelah terurai, baru oksigen masuk ke dalam air. Jika ada oksigen, bakteri di dalam air baru bisa bekerja dengan baik," tambah Anto.
Peletakan plasma nano bubble akan dikonsentrasikan terlebih dahulu di kawasan depan Wisma Atlet Kemayoran. Selanjutnya, alat akan dipasang secara menyeluruh di kali sepanjang 1,1 kilometer ini.
Menurut pengamatan Kompas, waring kembali dipasang di sisi selatan Kali Sentiong pada pukul 14.30. Menurut Anto, pemasangan waring tidak akan menghalangi masuknya oksigen ke dalam air dan mengurangi efektivitas plasma nano bubble. Namun, rencana jangka panjang untuk menyelesaikan masalah Kali Sentiong tetap dibutuhkan.
"Misalnya alat ini berhasil dan bakteri sudah dapat bekerja dengan baik di kali ini, kita harus berpikir untuk mengembalikan ekosistemnya agar berkelanjutan," kata Anto.
Walaupun aerasi dan penghilangan bau dapat dilakukan, namun Kali Sentiong masih menyisakan masalah lumpur yang mengendap di dasar kali. Lumpur merupakan hasil limbah rumah tangga dan industri rumahan di sekitar Kali Sentiong yang terkumpul selama beberapa dekade.
Menurut Sekretaris Jendral IATL ITB dan IATPI, Muassis Andang, ada kemungkinan air di Kali Sentiong tetap berwarna gelap karena lumpur yang ada di dasar kali. Namun, pengerukan lumpur tidak boleh dilakukan secara sembarangan sebab lumpur itu kini berfungsi sebagai penahan badan struktur kali.
Misalnya alat ini berhasil dan bakteri sudah dapat bekerja dengan baik di kali ini, kita harus berpikir untuk mengembalikan ekosistemnya agar berkelanjutan.
"Menurut data, endapan lumpur di dasar kali adalah dua sampai tiga meter. Tapi, tidak bisa langsung dikeruk semua lumpurnya, sebab lumpur ini jadi penahan struktur beton di sekitar kali ini," kata Muassis.
Dari hulu
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bidang Limnologi Gadis Sri Haryani mengatakan, penyelesaian masalah Kali Sentiong harus dilakukan dari hulu atau dari inti permasalahannya, yaitu sumber limbah. Dengan begitu, Kali Sentiong dapat direstorasi secara ekologis.
"Tindakan yang dilakukan selama beberapa waktu terakhir ini sudah cukup baik, tapi sifatnya sementara. Tetap hulu permasalahan yang harus diatasi," kata Gadis.
Tindakan yang dilakukan selama beberapa waktu terakhir ini sudah cukup baik, tapi sifatnya sementara. Tetap hulu permasalahan yang harus diatasi
Menurut Gadis, pencemaran terjadi karena ada terlalu banyak limbah yang ada di Kali Sentiong. Hal ini melebihi kemampuan ekosistem di dalam kali untuk mengolah limbah itu atau disebut sebagai sistem purifikasi diri. Akibatnya, ada banyak limbah tak terolah dan menyebabkan pencemaran.
"Limbah seharusnya diolah dahulu sebelum masuk ke perairan. Solusi untuk masalah limbah adalah dengan membangun IPAL (instalasi pengolahan air limbah) komunal. Sebenarnya, itu aturan pemerintah soal limbah yang boleh dibuang sudah ada di Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air," kata Gadis. (SEKAR GANDHAWANGI)