JAKARTA, KOMPAS — Selain berpotensi jadi masalah bagi atlet Asian Games, aroma tak sedap Kali Sentiong di sisi Wisma Atlet Kemayoran juga menghantui pelaksanaan Asian Para Games. Itu lantaran para atlet difabel yang bakal berlaga pada 6 Oktober-13 Oktober mendatang juga akan menginap di wisma atlet.
Untuk itu, Panitia Penyelenggara Asian Para Games 2018 (Inapgoc) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Lions Club bakal menerapkan teknologi guna mengurangi lagi tingkat bau Kali Sentiong mulai September, pasca-perhelatan Asian Games 18 Agustus-2 September.
”Kira-kira nanti kami konsentrasinya agar pada saat itu tidak bau. Kami bersyukur karena banyak sukarelawan yang bergabung, termasuk LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia),” ujar Wakil Ketua Umum Inapgoc sekaligus Gubernur Distrik 307-A1 Lions Club Sylviana Murni, Senin (30/7/2018), di Stasiun Pompa Sunter Selatan, Jakarta Utara.
Lions Club merupakan organisasi non-pemerintahan berjaringan internasional yang fokus pada kegiatan pelayanan kemasyarakatan, termasuk di bidang lingkungan hidup. Menggandeng staf ahli bidang lingkungan, Lions Club berencana menerapkan teknologi flokulasi-koagulasi (pengolahan air secara kimiawi) ditambah pemanfaatan mikroorganisme untuk menekan tingkat bau Kali Sentiong.
Sebanyak 4.000-5.000 atlet dan ofisial dari 43 negara akan bertanding di Asian Para Games 2018. Sekitar 1.300 orang di antaranya menggunakan kursi roda.
Sylviana mengatakan, pengurangan bau Kali Sentiong untuk kebutuhan Asian Para Games 2018 merupakan program jangka pendek dalam kerja sama Inapgoc dengan Lions Club, yakni hanya berjangka waktu 30 hari dimulai September. ”Karena ini crash program, (anggaran) di bawah angka Rp 200 juta,” ujar calon wakil gubernur DKI periode 2017-2022 tersebut.
Anggaran bersumber dari dana untuk pelaksanaan Asian Para Games. Namun, kata Sylviana, program kerja sama itu bisa dilaksanakan juga untuk penanganan bau di Waduk Pluit, Jakarta Utara, karena lokasinya berdekatan dengan kantor Lions Club.
Anggota tim ahli Lions Club, Zaenal Goefron, mengatakan, ia memanfaatkan mikroorganisme probiotik berjenis Lactobacillus yang asli dari Kali Sentiong untuk dikembalikan ke kali guna ”memangsa” lumpur sehingga bau bisa berkurang. Bakteri baik tersebut dipijah dan dilatih agar mampu memakan lumpur.
”Satu liter mikroorganisme bisa untuk mencakup 50 meter kubik air. Jadi dihitung saja nanti lebarnya berapa, panjangnya berapa, dalamnya berapa,” tutur Zaenal. Ia yakin pengurangan bau bisa signifikan dengan pengoperasian nano bubble yang dikembangkan LIPI untuk dipasang di sepanjang Kali Sentiong.