SOLO, KOMPAS — Sketsa-sketsa karya Mudji Sutrisno SJ dipamerkan di Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, Solo, Jawa Tengah, dari 27 Juli sampai 3 Agustus 2018. Dalam pameran yang mengusung tema ”Kumandang Ing Sepi”, Mudji melalui karya-karyanya mengungkapkan perasaan hening yang dialaminya ketika mengunjungi dan membuat sketsa tempat-tempat ibadah di sejumlah negara.
Ini merupakan pameran sketsa Mudji yang kedua di Balai Soedjatmoko setelah pameran pertama digelar pada 2013. Pameran ”Kumandang Ing Sepi” (bergaung di tengah keheningan) menampilkan 60 sketsa, tidak hanya hitam putih, beberapa di antaranya juga berwarni-warna. Mudji banyak membuat sketsa candi, stupa, gereja-gereja, dan masjid.
”Saya mau dengan garis, dengan sketsa menjadi jembatan. Jembatan apa? Jembatan pengalaman hidup sehari-hari yang dasarnya dasar adalah pengalaman religius,” kata Mudji saat pembukaan pameran ”Kumandang Ing Sepi” di Balai Soedjatmoko, Jumat (27/7/2018) malam.
Ketika menjelajah hampir semua negara di Asia Tenggara untuk membuat sketsa candi-candi, stupa, dan rumah ibadah, Mudji mengaku merasakan keheningan saat masuk ke dalam candi, masjid, dan gereja. Terakhir, perasaan hening itu juga ia alami ketika membuat sketsa Candi Prambanan di DI Yogyakarta, Candi Sewu, dan candi-candi lain di Jawa Tengah.
Mudji mengaku mulai membuat sketsa ketika cuti pada 2009 di Roma, Italia. Ia membuat sketsa hampir semua gereja dan katedral di sana saat itu. ”Sejak 2009 pameran terus setiap tahun,” katanya.
Kurator Bentara Budaya Efix Mulyadi mengatakan, sketsa karya Mudji sangat berbeda dengan sketsa-sketsa lain pada umumnya dalam menggambarkan sebuah obyek atau karya-karya arsitektural. Dalam karya-karya sketsa Mudji, apa pun obyeknya, terasa suasana sunyi atau suwung (hening). ”Ketika kita melihat obyek apa pun yang dibuat oleh Romo Mudji, obyek apa pun dan bentukan apa pun, yang terasa adalah sunyi,” kata Efix.