JAKARTA, KOMPAS - PT Astra International Tbk mencatat laba bersih Rp 10,4 triliun pada Semester I-2018. Capaian itu naik 11 persen dibandingkan Semester I-2017 yang tercatat Rp 9,3 triliun.
Peningkatan laba bersih terutama karena kontribusi bisnis alat berat dan pertambangan serta jasa keuangan. Kontribusi dari ketiga bisnis itu menutup pelemahan kontribusi operasional agribisnis dan infrastruktur. Persaingan di pasar mobil dan pelemahan harga minyak kelapa sawit jadi perhatian.
"Kinerja Grup Astra hingga akhir tahun 2018 diperkirakan cukup baik didukung stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan harga batu bara yang stabil," kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto, dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Laba bersih dari segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi semester I-2018 tercatat Rp 3,3 triliun atau naik 60 persen dibanding tahun lalu yang sekitar Rp 2,1 triliun. Sementara laba bersih di jasa keuangan naik 5 persen dari Rp 2 triliun jadi Rp 2,1 triliun.
Sementara itu, laba bersih segmen agribisnis turun 23 persen dari Rp 815 miliar pada Semester I-2017 jadi Rp 625 miliar pada Semester I-2018. Penurunan tajam terjadi di segmen infrastruktur dan logistik, yakni dari Rp 110 miliar tahun lalu jadi Rp 4 miliar tahun ini. Peningkatan laba Tol Tangerang-Merak dan PT Serasi Autoraya belum bisa mengimbangi kerugian awal dari beroperasinya jalan Tol Cikopo-Palimanan yang diakuisisi semester I-2017 serta baru beroperasinya Tol Semarang-Solo.
PT Astra Agro Lestari Tbk -yang 79,7 persen sahamnya dimiliki Perseroan- melaporkan penurunan laba bersih 23 persen menjadi Rp 784 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan pelemahan harga rata-rata minyak kelapa sawit 8 persen dari Semester I-2017 menjadi Rp 7.893 per kg pada Semester I-2018. Kenaikan volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya sebesar 19 persen menjadi 992.000 ton belum dapat mengimbangi penurunan tersebut.
Sementara di bisnis otomotif, laba bersih dilaporkan stabil di Rp 4,2 triliun. Peningkatan laba penjualan sepeda motor dan komponen otomotif melebihi penurunan laba penjualan mobil. Peningkatan kompetisi mengakibatkan penjualan mobil Astra turun 10 persen menjadi 268.000 unit dan pangsa turun dari 56 persen jadi 48 persen.. Namun, penjualan sepeda motor naik 11 persen jadi 2,2 juta unit dengan pangsa pasar 74 persen.
Sementara itu penjualan motor PT Astra Honda Motor di pasar domestik meningkat 11 persen menjadi 2,2 juta unit dengan pangsa pasar 74 persen.
Sebelumnya, secara terpisah, Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (Aisi) Sigit Kumala mengatakan, dibanding tahun 2017, suasana di tahun 2018 lebih mendukung bagi bisnis penjualan sepeda motor.
Data Aisi menunjukkan penjualan sepeda motor periode Januari-Juni 2018 sebanyak 3.002.753 unit atau lebih tinggi dibanding periode sama tahun 2017 yang 2.700.546 unit.
Berbeda dengan tahun lalu, Sigit mengatakan, di tahun ini tidak ada faktor seperti kenaikan listrik, jasa STNK dan BPKB, serta kemunduran masa panen yang mempengaruhi penjualan sepeda motor. Faktor seperti THR dan gaji ke-13 pun dinilai berpengaruh positif terhadap daya beli masyarakat.