Kebun Raya Sriwijaya untuk Konservasi dan Pusat Diseminasi
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
OGAN ILIR, KOMPAS — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Jumat (27/7/2018), meresmikan Kebun Raya Sriwijaya yang berlokasi di Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Kebun Raya Sriwijaya tidak hanya berperan dalam upaya-upaya konservasi tumbuhan, tetapi juga sebagai pusat diseminasi, seperti pengembangan dan pemanfaatan tumbuhan bagi masyarakat luas.
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko di Ogan Ilir, Jumat, mengatakan, Kebun Raya Sriwijaya merupakan kebun raya pertama yang diresmikan pada 2018. Setelah Kebun Raya Sriwijaya, dua kebun raya lainnya yang akan diresmikan tahun ini, yaitu Kebun Raya Lemor, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Kebun Raya Jagathnata, Jembrana, Provinsi Bali.
Kebun Raya Sriwijaya terletak di Desa Bakung, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Kebun raya ini mempunyai luas sekitar 100 hektar dan berada di lahan Agro Techno Park II. Sebelumnya, kawasan ini merupakan hutan produksi yang ditetapkan menjadi kawasan hutan dengan tujuan konservasi.
Menurut Laksana, Kebun Raya Sriwijaya tidak hanya berperan dalam upaya-upaya konservasi tumbuhan. Namun, juga telah menjadi pusat diseminasi atau penyebaran inovasi iptek, seperti pengembangan dan pemanfaatan tumbuhan bagi masyarakat luas.
”Sebagai contoh adalah Kebun Raya Bogor yang ada sejak 200 tahun silam telah berkontribusi dalam penelitian dan penyelamatan flora di Indonesia. Penelitian di Kebun Raya Bogor ini juga menghasilkan sejumlah penemuan jenis tumbuhan baru,” ujar Laksana.
Keberadaan Kebun Raya Sriwijaya juga dapat mendorong tumbuhnya lapangan kerja dan berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian masyarakat di sekitarnya.
Secara keseluruhan, Kebun Raya Sriwijaya dapat memenuhi lima fungsi utama kebun raya, yakni konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan.
Laksana mencontohkan, tanaman kelapa sawit dapat menjadi komoditas utama bagi masyarakat Sumatera meski bukan tanaman asli Indonesia. Hal ini karena kelapa sawit yang pertama kali didatangkan pada 1848 dari Afrika Barat telah ditanam dan diteliti di Kebun Raya Bogor. Pada 1870-an, tanaman itu mulai dibudidayakan dan perkebunan pertama dibuka di Deli, Sumatera Utara.
Kepala Pusat Konversi Tumbuhan Kebun Raya LIPI Didik Widyatmoko menjelaskan, koleksi tumbuhan di Kebun Raya Sriwijaya hingga Juni 2018 di pembibitan berjumlah 366 jenis dengan total 4.099 spesimen.
Adapun koleksi tertanam di kebun berjumlah 11 jenis dengan 288 spesimen dan basis data koleksi berjumlah 61 jenis dengan 290 spesimen.
Didik menambahkan, beberapa infrastruktur untuk mendukung fungsi Kebun Raya Sriwijaya telah terbangun pada zona penerima, zona pengelola, dan zona koleksi. Infrastruktur tersebut antara lain rumah pembibitan, lahan pembibitan, pintu air, lampu solar, pagar, dan menara air.
Dalam peresmian Kebun Raya Sriwijaya tersebut, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menyampaikan agar masyarakat juga senantiasa menjaga kebun raya. Menurut dia, Kebun Raya Sriwijaya merupakan aset bagi warga Sumatera Selatan yang akan dituai puluhan tahun kemudian.
Jumlah kebun raya
LIPI mencatat, hingga 2018 telah disusun 32 rencana induk (masterplan) kebun raya daerah di Indonesia yang tersebar di 21 provinsi dan mewakili 17 tipe geografis ekosistem atau ekoregion. Jumlah ini terus bertambah sejak dicanangkannya pembangunan kebun raya di setiap provinsi pada 2004.
”Hingga saat ini, Indonesia telah mencapai 37 kebun raya. Sebanyak 30 kebun raya dikelola pemerintah daerah, lima kebun raya dikelola LIPI, dan dua kebun raya dikelola universitas,” tutur Laksana.
Laksana menyatakan, jumlah kebun raya tersebut belum cukup untuk merepresentasikan ekoregion yang terdapat di Indonesia. Menurut dia, Indonesia membutuhkan minimal 47 kebun raya agar setiap ekoregion di Indonesia bisa terepresentasi.
Saat ini, enam pemerintah daerah telah menandatangani kerja sama untuk mengusulkan inisiasi kebun raya baru. Antara lain, Kebun Raya Malino di Kabupaten Gowa (Sulawesi Selatan); Kebun Raya Sigi di Kabupaten Sigi, (Sulawesi Tengah); Kebun Raya Mangrove di Kota Surabaya (Jawa Timur); Kebun Raya Tapanuli Selatan di Sumatera Utara; Kebun Raya Sabang di Aceh; dan Kebun Raya Musi Banyuasin di Sumatera Selatan.
”Masifnya pembangunan kebun raya ke dalam agenda pembangunan nasional ini juga memiliki nilai-nilai strategis, yaitu membantu merealisasikan komitmen pemerintah dalam upaya menurunkan emisi karbon sebesar 26 persen pada 2020,” ungkap Laksana.