JAKARTA, KOMPAS — Buruknya manajemen pengelolaan tiket mengakibatkan pemberlakukan sistem baru tiket elektronik kacau dari Sabtu (21/7/2018) hingga Senin (23/7/2018). Antrean panjang penumpang KRL terjadi di semua stasiun karena layanan elektronik terganggu. Tiket yang diberlakukan manual seharga Rp 3.000 per orang. Penggunaan tiket elektronik kembali normal sekitar pukul 11.00 meski dalam kondisi tidak maksimal.
Kekacauan terjadi di Stasiun Poris, Stasiun Batu Ceper, dan Stasiun Tangerang di Kota Tangerang, Senin pagi hingga sekitar pukul 11.00. Sebagian besar warga pemegang kartu tidak mengetahui kebijakan penggunaan karcis kertas. Akibatnya, antrean panjang terjadi di loket pembelian tiket. Petugas stasiun juga tidak mengantisipasi penjualan tiket manual dengan memperbanyak petugas.
Kurangnya informasi dan sosialisasi ini mengakibatkan sebagian besar pengguna kartu multitrip (KMT) kebingungan. Petugas keamanan mengumumkan menggunakan pengeras suara agar penumpang membeli tiket manual (karcis) karena KMT tidak bisa digunakan.
”Kami mohon maaf, untuk sementara semua jenis kartu belum bisa digunakan pada mesin. Penumpang hanya bisa menggunakan tiket kertas dulu. Sampai kapan, kami tidak tahu,” kata Riki, seorang petugas keamanan di Stasiun Tangerang.
”Saya tidak tahu ada kebijakan ini. Kemarin-kemarin, yang diberi tahu kalau yang kartu lama berkode 1001 harus segera diganti sampai batas waktu tanggal 21. Kartu saya 1003 jadi masih bisa digunakan,” kata Putri (30), warga Karawaci, di Stasiun Tangerang.
”Sama sekali enggak ada pemberitahuan kalau kartu tidak berfungsi dan harus antre di loket lagi beli tiket kertas. Bikin susah saja dan kami jadi telat ke kantor,” kata Putri, karyawan swasta yang bekerja di kawasan Gajah Mada, Jakarta Barat.
Sama dengan Tika (41), warga Cipondoh, Kota Tangerang, yang kesal karena perubahan itu. ”Gimana enggak kesal, biasanya pakai kartu sekarang pakai kertas. Sudah tahu kondisinya begini, eh enggak diantisipasi dengan menambah petugas penjualan tiket kertas. Ini cuma dua loket, sedangkan penumpangnya berjubel,” kata Tika di Stasiun Poris.
Kepala Stasiun Tangerang Acep Kusnadi mengatakan, KMT tidak berfungsi sejak Sabtu (21/7/2018) karena adanya perubahan sistem.
”Jadi, akhirnya pakai tiket karcis. Penumpang harus antre untuk membeli karcis kertas di loket,” kata Acep.
Acep mengatakan, pihaknya menyiapkan delapan loket tiket kertas, dari kondisi normal empat loket tiket. Kendati disediakan delapan loket, tetap saja antrean tetap mengular hingga 30 meter.
”Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh penumpang kereta atas ketidaknyamanan hari ini. Semoga sistem segera normal kembali,” kata Acep.
Sementara itu, hingga pukul 17.00 mesin tap di Stasiun Palmerah belum berfungsi normal. Masih ada beberapa mesin tap yang tidak berfungsi sehingga penumpang harus berpindah tap karena tidak ada pemberitahuan mesin mana yang belum berfungsi.