Otobursa Pertemukan Penggemar Industri Otomotif
JAKARTA, KOMPAS – Pameran otomotif internasional Otobursa kembali digelar pada 21-22 Juli 2018 di Gambir Expo, kompleks Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat. Hingga pelaksanaan ke-19 tahun ini, Otobursa menjadi ruang bertemunya sesama penghobi otomotif.
Minggu (22/7/2018) sekitar pukul 16.00, Presiden Joko Widodo mengunjungi lokasi Otobursa. Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo termasuk penghobi otomotif, terutama sepeda motor. Presiden sempat berbincang dengan pelaku usaha di beberapa stan bursa dan lapak.
Di stan Kawasaki, Jokowi sempat melirik sepeda motor Kawasaki seri W-175. Sejurus lalu, Jokowi berjalan lagi ke arah area atraksi. Di situ tengah ditampilkan atraksi mobil jeep dan off-road yang menjajal lintasan tanah berdebu di situ.
Beralih ke sisi kiri panggung utama, Jokowi menaksir sepeda motor lawas Honda Astrea 800 hitam dan Honda Astrea lainnya, seperti Honda Astrea C-70, C-50, dan Jialing, Jokowi menaksir Honda Astrea 800 itu. “Ini berapa harganya?”
“Rp 20 juta, Pak,” jawab Ahmad Niki Morgan (31), anggota komunitas motor Honda Astrea yang melayani di situ.
Jokowi lantas memerintahkan seorang anggota Paspampres untuk memotret sepeda motor itu. Rombongan lantas beranjak setelah Jokowi menerima kartu nama komunitas Honda Astrea tersebut.
Mengambil nama “Cduck Astrea”, komunitas penyuka sepeda Honda Astrea ini mulai bertumbuh sejak awal 2018. Untuk menghimpun sesama penggemar, Niki dan beberapa temannya menghampiri sejumlah pengendara sepeda motor Honda Astrea yang berada di jalan.
“Kenalan, terus tukeran nomor hape,” kata Jane Ramadhan (27) anggota lainnya. Selanjutnya, mereka membentuk komunitas ini dengan mengaktifkan akun Instagram khusus tentang Honda Astrea, @cduck.astrea.
Di komunitas itu, mereka juga mempertahankan orisinalitas sepeda motor Honda Astrea. “Kebanyakan orang berminat bikin reproduksi, jadi motor dimodifikasi, ubah macem-macem. Kita pengin supaya komponennya tetap asli,” jelas Niki.
Beberapa anggota membanderol satu unit sepeda motor tua ini rata-rata Rp 20-30 juta. Astrea 800 tadi, misalnya, dapat “dilepas” bila ada yang menaksir Rp 28 juta. Penjualan dilakukan via laman jual-beli daring, termasuk beberapa bagian onderdil sepeda motor, seperti tangki, rangka stang dan kepala, dan mesin motor.
Antusiasme pelaku usaha kecil yang berangkat dari komunitas hobi itu, Harry Kristianto menilai menjadi ciri khas Otobursa sebagai salah satu pameran otomotif internasional.
“Di setiap stan itu punya karakter masing-masing. Kumpul-kumpul, reriungan, itulah nyawa dari industri otomotif,” kata dia.
Sementara industri otomotif besar dan terkemuka, seperti Honda, Toyota, Kawasaki, Suzuki, dan Mitsubishi, menurut Harry diberikan kesempatan yang luas pula mempromosikan produk barunya. Otobursa kali ini juga menawarkan kelebihan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni pengalaman menjajal kendaraan (product experience) di area atraksi.
Target 70.000 pengunjung
Staring Committee Otobursa Tumplek Blek 2018 Harry Kristianto mengatakan, pihaknya menargetkan 70.000 pengunjung tahun ini. Hal ini sedikit berbeda dibandingkan pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya yang rerata 72.000–73.000 orang.
“Sejak tahun 2012, kami mengembangkan Otobursa sebagai event otomotif luar ruang terbesar di Asia Tenggara,” kata Harry yang dijumpai di ruang Media Lounge, Gambir Expo. Ia bercerita, awal mula Otobursa ialah tindak lanjut dari upaya membangun kontak antara majalah Otomotif—sebagai penggagas utama—dan komunitas pencinta otomotif yang menjadi audiens utama pembacanya. Masyarakat membutuhkan wadah untuk berbagi informasi seputar otomotif secara kontinu, termasuk hingga keperluan membeli onderdil dan suku cadang kendaraan dengan lebih murah.
“Nah, maka dibuatlah acara untuk memfasilitasi kebutuhan komunitas, terutama untuk mencari barang pelengkap kendaraan yang langka dengan harga lebih murah,” kata Harry. Lambat laun, dinamika berlangsung dalam pelaksanaan Otobursa. Dengan didukung sponsor dari perusahaan otomotif besar, Otobursa terlaksana dalam skala lebih besar. Sekira tahun 2005, kata Harry, pandangan penduduk dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand, menyebut bahwa belum ada event semacam Otobursa, kecuali di Indonesia.
Melalui sekitar 250 stan bursa penjualan produk dan lapak usaha kecil, Otobursa menyajikan bermacam pilihan barang menyangkut otomotif, baik baru ataupun bekas. Di lapak “Bandung Army Colletion”, misalnya, digelar puluhan perkakas otomotif tua era tahun 1980 hingga 1990-an. Hari (48), mengatakan, ia sudah bergabung dengan sesama penghobi sepeda motor tua di Bandung sejak 2010. Setiap kali gelaran Otobursa mereka manfaatkan sebagai kesempatan bertemu dengan teman sesama penggemar yang ada di Jakarta. Beberapa sepeda motor tua ini umumnya merek Honda Seri C-70, CBS-90, dan seri Twin.
“Saat itu (2010), info soal suku cadang atau pernak-pernik motor sangat sulit didapat. Di internet juga jarang. Jadi kita dapat infonya dari komunitas anak-anak motor,” ungkap Hari. Ia mulanya mengenal kumpulan pencari dan penjual pernak-pernik motor tua saat mencari onderdil di pasar loak di Jalan Astana Anyar, Bandung. Setelah itu, mereka mencoba membangun perkumpulan lewat media sosial Facebook. Tak jarang, mereka pun bertemu sambil ngopi-ngopi di sekitar pasar loak tersebut.
“Kita sering berbagi cerita waktu kumpul ngopi-ngopi. Hobi ini jadi hiburan buat kami. Tapi terus dari hobi jadi duit,” ujar Hari. Di lapak ini, bersama enam temannya ia menawarkan produk perlengkapan sepeda motor, seperti karet pegas jok, lampu-lampu motor, hingga spion dan knalpot. Semua barang langka dari produksi sepeda motor era ’90-an. Sebagian mereka dapatkan dengan memanfaatkan jejaring pertemanan sesama penghobi motor tua. Beberapa bagian sepeda motor, seperti jok, merupakan produksi Jerman dan Amerika Serikat. Sebagian mereka peroleh dengan bertransaksi lewat lama jual-beli ebay.com.
“Otobursa ini juga jadi jembatan antara kita yang di Bandung sama temen-temen di Jakarta. Lain waktu kita juga terima kedatangan temen-temen ke Bandung,” kata Hari.
(Robertus Rony Setiawan)