Zohri Merindukan Kebebasan Sebagai Atlet
Ketika rombongan Menteri Dalam Negeri belum lengkap, atlet peserta pelatnas atletik untuk Asian Games 2018 bersama pengurus PB PASI, termasuk ketua umum Bob Hasan, sudah berada di Stadion Madya, kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, yang merupakan stadion atletik itu.
Hari itu, Kamis (19/7/2018) pukul 07.30 WIB, direncanakan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyerahkan penghargaan kepada Bob Hasan dan hadiah rumah untuk Lalu Muhammad Zohri, sang jawara 100 meter di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 IAAF di Tampere, Finlandia, pada Rabu (11/7).
Sekitar pukul 08.00, Mendagri Tjahjo Kumolo datang dan acara pun langsung dimulai. “Sejak kenal dengan Pak Bob Hasan pada tahun 1985, Pak Bob memang sudah berbicara soal olahraga, renang dan soal atletik,” kata Tjahjo yang mantan Ketua Umum KNPI itu.
Lalu Muhammad Zohri merupakan salah satu hasil binaan Bob Hasan yang merupakan tokoh atletik Indonesia. "Tentu kami berharap prestasi yang telah dicapainya juga diikuti atlet Indonesia lainnya," ucap Tjahjo.
Bob Hasan mengemukakan, bahwa sebenarnya masih banyak Lalu-Lalu lainnya yang tersebar di berbagai daerah di tanah air kita ini. “Lalu ini dari Lombok, Muhammad Sarengat itu dari Banyumas, Mardi Lestari dari Binjai. Itu sebabnya saya ucapkan terima kasih, karena Pak Tjahjo yang selalu memikirkan orang-orang daerah. Di mana atlet kami dari daerah dan dari papan bawah” ujarnya.
Acara memang berlangsung singkat seperti catatan rekor 100 meter junior Zohri yang mencapai 10,18 detik itu. Seusai acara, Mendagri berikut stafnya meninggalkan Stadion Madya, begitu juga dengan Bob Hasan yang didampingi Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung.
Atlet-atlet pelatnas atletik Asian Games yang tidak berlatih pun kembali ke tempat menginap di Hotel Century, Senayan. Sementara Zohri berlatih bersama tim estafet 4x100 meter, serta atlet lari gawang.
Sekitar pukul 09.15, Zohri meninggalkan Stadion Madya. Dia lebih awal mengakhiri latihan karena sudah ada jadwal wawancara dengan pers pukul 10.00, di Hotel Century.
Zohri diantar oleh Mustara Musa, Manajer tim pelatnas atletik untuk Asian Games 2018. “Zohri ini kurang istirahat bang. Sebab semalam setelah wawancara di salah satu televisi, Zohri masih diminta untuk mengikuti acara lain. Akibatnya, dia baru pukul 23.00 sampai di hotel,” ungkap Mustara.
Padahal, mereka ini seharusnya sudah istirahat pukul sembilan (malam). Paling lambat itu pukul sepuluh (malam) sudah lelap," ujar Mustara.
Keceriaan di kantin
Kemarin, seusai latihan, Zohri dan Mustara, kembali ke Hotel Century. Kompas berkesempatan mengikuti aktivitas Zohri hari itu. Namun, mereka tak bisa sarapan di hotel karena sudah lebih dari pukul 09.00. Mereka pun melangkah ke kantin KONI, di sebelah Hotel Century. Di jalan menuju kantin, ternyata ada Fadlin Ahmad, Eko Rimbawan dan satu rekan dari tim estafet 4x100 meter yang merupakan pemegang rekor nasional itu.
Karena sudah biasa makan di kantin KONI, mereka sudah kenal dengan semua pedagang di sana dan bebas mengambil sendiri makanan yang diinginkan. “Lalu ini biasa makan di sini, hebat ya dia. Pulang-pulang bisa menjadi juara dunia,” tutur ibu pemilik warung kepada Kompas.
Ketika masing-masing sudah ingin menaruh uang untuk membayar makanan yang telah dinikmati, Zohri pun menyingkirkan uang itu sebagai kode ingin mentraktir manajer tim dan rekan-rekannya. “Ini uang rupiah sempat saya bawa (ke Tampere) Pak, tetapi di sana tidak bisa terpakai,” tutur Zohri sambil tersenyum kepada Mustara.
“Jangan kan cuma segitu Pak. Uang delapan juta (rupiah) untuk sangu (uang saku) ke Korea (Selatan) pun kau bawa utuh tanpa menukarkan lebih dulu. Akibatnya, di sana nggak bisa dipakai Pak,” ujar Eko disusul tawa mereka. Eko menimpali mengisahkan kejadian di Kejuaraan Atletik Asia U20, pada Juni.
Fadlin yang paling senior dari tim estafet 4x100 meter Indonesia pun mengingatkan kepada Mustara dan Zohri agar lebih dulu naik ke kamar. Supaya Zohri biasa mempersiapkan diri untuk wawancara.
Wawancara
Pukul 09.45, Zohri dan Mustara pun sudah sampai di Lantai 3 Hotel Century yang menjadi home base atlet pelatnas atletik Asian Games 2018.
Ternyata kunci kamar tidak terbawa. Mereka pun tertahan sejenak di lobi hotel sambil menunggu Fadlin yang membawa kunci kamar.
Sebelum mandi, Zohri mengingatkan kepada Mustara agar kalau bisa wawancaranya tidak terlalu lama. “Karena saya capek, mau istirahat. Apalagi sudah dua hari ini saya tidak bisa berlatih,” tuturnya setelah mengetahui masing-masing televisi minta waktu wawancara 15 menit.
“Kalau empat televisi saja sudah satu jam. Kapan dia bisa istirahatnya. Padahal, kami biasa jam 11.00 itu sudah tidur. Bangun makan siang, jam 13.00 istirahat lagi sampai pukul 15.00 atau 15.30 sudah kembali ke lapangan,” tutur Fadlin.
Setelah menjalani wawancara dengan lima televisi, sekitar pukul 11.50 WIB, Zohri terlihat goyang saat berdiri dari kursinya.
Mustara dan Tigor pun menyarankan supaya wartawan elektronik maupun wartawan tulis melakukan wawancara secara bersama guna menghemat waktu. Delapan menit kemudian wawancara bersama itu selesai. Usai meladeni salah satu wartawan radio yang masih "menodongkan" ponselnya, Zohri baru bisa masuk kamar pukul 12.10,
Kesadaran atlet
Menanggapi keluhan Zohri yang kurang istirahat dan sudah dua hari tidak bisa berlatih, Mustara menegaskan, jadwal padat di luar agenda latihan sangat berpengaruh bagi para sprinter. Sebab, tidak latihan sehari saja sudah menjadi masalah bagi atlet, apalagi sampai dua hari.
"Hal ini (keluhan kurang istirahat) diungkapkan karena mereka sudah sangat sadar bahwa untuk mengejar prestasi itu perlu latihan yang berkelanjutan dan istirahat yang cukup,” ujar Mustara yang juga salah satu staf pengajar di Universitas Negeri Jakarta.
Kontinuitas latihan itu untuk menjaga daya tahan tubuh yang berhubungan langsung dengan kardio atau jantung. Dengan daya tahan tubuh yang baik, sang atlet bakal memperoleh kekuatan.
“Kalau sudah dapat kekuatan maka akan memperoleh kecepatan lewat latihan yang berkelanjutan. Itu sebabnya kalau tidak berlatih selama dua hari saja, itu artinya Zohri kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kecepatannya guna mempertajam rekor nasionalnya,” tutur Mustara.
Dan dengan kelelahan yang dialaminya, tentu Zohri juga harus menambah waktu istirahatnya. Karena sebenarnya Zohri tidak bisa begitu saja untuk ikut latihan dengan rekan-rekannya karena harus melakukan conditioning terlebih dahulu.
Yang pasti, dengan menyampaikan keluhannya, Zohri menyadari bahwa dirinya yang dipersiapkan untuk berprestasi di Olimpiade Tokyo 2020, masih harus meniti banyak anak tangga untuk mencapai puncak prestasi.
Bob Hasan pun menegaskan bahwa Zohri masih perlu berlatih lebih giat. “Dengan kondisi saat ini, saya pun masih belum memutuskan apakah akan menurunkan Zohri di Asian Games atau tidak. Karena dia memang saya persiapakan untuk ke Olimpiade nanti, bukan di Asian Games, ujarnya.
"Jadi masih panjang jalan yang harus dilalui. Kami (PB PASI) dan semua pihak perlu menjaga bersama kondisi anak-anak kita,” tegas Bob Hasan.