Presiden Salva Kiir Siap Berdamai untuk Hentikan Perang Saudara di Sudan Selatan
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
JUBA, KAMIS — Presiden Sudan Selatan Salva Kiir, Rabu (18/7/2018) malam, mengatakan siap menerima kesepakatan damai untuk mengakhiri perang saudara di negerinya dan membentuk pemerintahan baru yang inklusif. Salah satu kesepakatan yang dinegosiasikan di Sudan tersebut yakni akan dipilih lima wakil presiden dan juga dibahas persoalan keamanan dan pembagian kekuasaan.
”Rakyat Sudan Selatan mencari perdamaian dan jika pengaturan itu dapat membawa perdamaian untuk rakyat Sudan Selatan, saya siap untuk menerima kesepakatan damai tersebut,” kata Kiir pada upacara pelantikan Menteri Luar Negeri Sudan Selatan.
”Rakyat sering berbicara tentang eksklusivitas, tidak ada yang ditinggalkan dalam pemerintah. Saya menerimanya,” katanya.
Konflik terjadi di Sudan Selatan pada 2013 menyusul perselisihan antara Kiir dan mantan wakil presidennya, Riek Machar. Puluhan ribu warga Sudan Selatan tewas dan seperempat dari penduduk Sudan Selatan mengungsi meninggalkan rumah mereka. Perekonomian negara pecahan dari Sudan yang bergantung pada minyak itu telah hancur.
Pada tahun 2015 sempat tercapai kesepakatan damai. Namun, kesepakatan damai itu hanya berlangsung singkat dalam menghentikan pertempuran atau perang saudara di Sudan Selatan. Kesepakatan kolaps setelah Machar kembali ke Ibu Kota pada tahun berikutnya.
Konflik di negeri itu melibatkan sebagian besar kelompok etnis di Sudan Selatan. Suku Dinka yang dominan merupakan suku asal Kiir, sedangkan etnis Nuer merupakan etnis asal Machar.
Pekan ini, Kiir mengangkat Nhial Deng Nhial, mantan penasihat presiden dan juga ketua negosiator dalam perundingan di Khartum, sebagai Menlu Sudan Selatan yang baru. Ia menggantikan Deng Alor. (REUTERS/AFP)