Presiden Kecewa Mandatori Biodiesel Berjalan Lambat
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo kecewa lantaran program mandatori biodiesel berjalan lambat. Sampai saat ini, penggunaan energi baru terbarukan itu dinilai belum sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah.
Kekecewaan atas lambannya implementasi penggunaan biodiesel itu tersirat dalam sambutan pengantar yang disampaikan Presiden pada rapat terbatas membahas percepata pelaksanaan mandatori biodiesel di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (20/7/2018).
Kepala Negara menyampaikan, percepatan mandatori biodiesel sudah berkali-kali dilakukan, tetapi implementasinya belum sesuai target. ”Saya melihat implementasi di lapangan betul-betul belum sesuai yang kita harapkan,” katanya.
Saat ini, kata Presiden, penggunaan energi berbahan dasar fosil masih sangat dominan. Padahal, energi fosil tidak bisa terus diandalkan karena pada kurun waktu tertentu dipastikan akan habis. Karena itu, pemerintah mendorong penggunaan energi baru terbarukan, salah satunya biodiesel.
Mandatori biodiesel juga terus didorong untuk dilaksanakan karena diyakini dapat memperbaiki neraca perdangan. Dengan semakin besarnya penggunaan energi baru terbarukan, berarti volume impor minyak bisa dikurangi. Dengan demikian, secara tidak langsung cadangan devisa bisa dihemat.
Presiden menyampaikan, penghematan akibat penggunaan energi baru terbarukan bisa mencapai 21 juta dollar AS per hari. Jika dihitung dengan kurs berjalan, hari ini, berarti nilai penghematan bisa mencapai Rp 304,5 miliar.
Atas pertimbangan itu, Presiden meminta semua pihak, khususnya kementerian dan badan usaha milik negara, berkomitmen melaksanakan mandatori biodiesel. ”Target implementasinya saya harapkan tidak hanya berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar komitmen ini dijalankan,” katanya.