Satwa Liar Besar Terbukti Penting Sebagai Penyebar Benih Pohon
Oleh
Subur Tjahjono
·4 menit baca
Sejumlah satwa liar besar seperti rusa, beruang, owa, terutama gajah, memainkan peran sangat penting dalam penyebaran benih untuk pohon berbuah besar di hutan-hutan tropis. Apabila populasi satwa liar besar tersebut berkurang di hutan, ekologi hutan akan semakin terancam dan cadangan karbon hutan juga berkurang.
Peran satwa liar besar di hutan tersebut dilaporkan dalam penelitian berjudul “Megafauna Berbeda Bervariasi dalam Efektivitas Penyebaran Benih Buah Megafauna Platymitra macrocarpa (Annonaceae)” yang dimuat dalam jurnal PLOS ONE, yang juga dipublikasikan sciencedaily.com 18 Juli 2018.
Peneliti yang terlibat di antaranya Kim R McConkey dari Institut Sains India di Bangalore dan Anuttara Nathalang dari Badan Pengembangan Sains dan Teknologi Nasional, Pathum Thani, Thailand.
Tanaman Platymitra macrocarpa tersebar di hutan-hutan Sumatera, Jawa, dan semenanjung Thailand dan Malaysia. Nama lokal pohon ini di Indonesia adalah pohon kalak kembang. Kalak kembang di Indonesia sudah tergolong dalam tanaman langka.
Megafauna atau satwa besar, dan terutama herbivora, dikenal sangat penting untuk penyebaran benih dari banyak tanaman, terutama pohon buah besar atau buah megafauna, yang bergantung pada megafauna untuk menyebarkan biji mereka. Akan tetapi megafauna mencakup beragam ukuran tubuh dan fisiologi, dan kontribusi relatif masing-masing untuk penyebaran benih untuk sebagian besar spesies tanaman buah megafauna kurang diteliti secara rinci.
Untuk menjawab pertanyaan ini, peneliti melacak konsumsi buah, penyebaran benih, dan viabilitas atau kelangsungan hidup benih untuk pohon hutan Platymitra macrocarpa, anggota keluarga Annonaceae. Pohon kalak kembang yang memiliki buah panjang dimakan oleh gajah, rusa sambar, beruang, dan owa. Penelitian dilakukan di hutan Thailand.
Dengan mengamati pohon buah selama periode berbuah, sampel tumpukan kotoran dan lokasi lain dari biji yang disimpan, dan mengukur tingkat perkecambahan dan pertumbuhan biji yang disimpan, peneliti menghitung efektivitas penyebaran benih untuk setiap spesies megafauna yang memakan buah pohon.
Hasilnya, secara umum megafauna--gajah, rusa sambar, dan beruang--menyebarkan 78 persen benih yang menghasilkan bibit. Owa menyebarkan 21 persen benih. Rinciannya, gajah hanya mengonsumsi 3 persen dari buah yang tersedia, tetapi bertanggung jawab atas 37 persen benih yang menghasilkan bibit yang layak. Sebaliknya, rusa sambar mengonsumsi 23 persen buah, tetapi hanya menyumbang 17 persen dari bibit.
Sementara megafauna kecil seperti rusa dan beruang memainkan peran penting dalam menyebarkan benih dari spesies pohon kalak kembang ini, McConkey mengatakan, efektivitas mereka lebih rendah. Dengan demikian, rusa dan beruang membutuhkan lebih banyak buah untuk mencapai tingkat reproduksi yang sama. Owa tidak dapat menandingi peran gajah meskipun menjadi konsumen buah kalak kembang teratur.
“Jika herbivora besar yang kurang rentan seperti rusa tidak dapat mereplikasi peran penyebaran benih dari mega-herbivora yang terancam seperti gajah, buah megafauna dapat menderita kontraksi luas, mempengaruhi komposisi komunitas hutan dan cadangan karbon hutan potensial,” kata McConkey.
Kepadatan rendah dan regenerasi pohon kalak kembang yang buruk di lokasi penelitian di Thailand menunjukkan bahwa tingkat penyebaran saat ini oleh megafauna tidak mencukupi, mungkin mencerminkan berkurangnya populasi megafauna. Kelangkaan pohon kalak kembang di Indonesia terjawab karena megafauna yang menyebarkan benihnya juga sudah semakin langka.
Ilmuwan lain juga telah meneliti peran satwa liar di hutan untuk jenis pohon lainnya, misalnya penelitian oleh Jedediah F Brodie dari Universitas Montana, Amerika Serikat, dan kawan-kawan. Penelitian berjudul “Perbedaan Fungsional dalam Kelompok Frugivora Mamalia Tropis” itu dimuat dalam jurnal Ecological Society of America 1 Maret 2009.
Brodie dan kawan-kawan membandingkan pengaruh tiga mamalia tropis penyebar benih, owa (Hylobates lar), rusa sambar (Cervus unicolor), dan kijang (Muntiacus muntjak), pada demografi dari pohon Choerospondias axillaris atau pohon lapsi (keluarga Anacardiaceae ).
Hasilnya, rusa sambar dan kijang menyebarkan jauh lebih banyak biji pohon lapsi daripada owa. Sementara rusa sambar menyimpan banyak benih di bawah kanopi pohon betina, kijang adalah satu-satunya penyebar untuk memindahkan biji ke habitat mikro terbuka di hutan, di mana proses perkecambahan, kelangsungan hidup bibit, dan pertumbuhan awal ditingkatkan.
Sejumlah penelitian empiris tersebut membuktikan bahwa pelestarian satwa liar di habitat aslinga di hutan-hutan tropis, termasuk di Indonesia, sangat penting menjaga ekosistem hutan. Pada gilirannya ekosistem hutan yang baik akan menjadi “paru-paru” dunia.