Ojek Daring Ancam Demo Pada 23 Juli dan 18 Agustus
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Ojek daring yang tergabung dalam Gerakan Aksi Roda Dua (Garda) mengancam akan melakukan aksi pada hari pembukaan Asian Games, Sabtu (18/8/2018). Sebelum itu, para ojek daring juga akan melakukan aksi pada Senin (23/7/2018). Mereka menamakan aksinya “Aksi Mogok Nasional 237”.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) belum mengetahui rencana aksi demo ojek daring Senin pekan depan itu. Setidaknya itu yang disampaikan Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Baitul Ikhwan saat dihubungi Kompas, Kamis (19/7/2018).
Pada aksi kali ini, taksi daring juga akan ikut bergabung. Mereka menuntut penetapan tarif dari perusahaan penyedia jasa ojek daring dikembalikan seperti sebelumnya. Tarif untuk kendaraan roda dua yang kini Rp 1.600 per kilometer, diminta kembali menjadi Rp 3.000 per km. Untuk roda empat dikembalikan menjadi Rp 5.000 per km. Selain itu, mereka juga menuntut pelegalan mereka menjadi angkutan umum.
Aksi demo akan dilakukan di kantor DPR RI. Bagi ojek daring yang tidak bisa mengikuti aksi, mereka tetap diajak untuk berpartisipasi dengan tidak mengambil order pada hari itu.
“Ini solidaritas untuk kami. Yang bakal merasakan, kami semua. Jadi saya tidak akan mengambil penumpang hari itu,” kata Rudi (34), pengendara taksi daring.
Sebelum menetapkan aksi ini, beberapa pengojek daring telah merembukkan rencana aksi di Jalan Taman Amir Hamzah, Menteng, Jakarta Pusat. Pada rapat tersebut, dinyatakan ada 64 grup ojek daring yang siap bergabung dalam aksi ini, di antaranya Gograb Indonesia, FKDOI, Paoja Jogyakarta, Badung Online Bali, Go-Grab Community Royal Bekasi, Pis Tangeras, dan lain-lain.
Ajakan untuk melakukan aksi juga dilakukan di grup-grup media sosial ojek daring. Di ruang obrolan media sosial tidak semua yang setuju. Masih banyak juga yang beranggapan bahwa turun ke jalan bukan merupakan jalan keluar.
Tanpa ojek daring
Pada aksi Senin nanti, banyak ojek daring yang akan mogok untuk mengambil orderan. Warga yang biasa menggunakan jasa ojek daring ini pun bersiap menggunakan angkutan umum lain pada hari itu.
“Kami tetap bisa naik angkutan lain, walau tidak seefisien ojek daring,” kata Akhmad Dani (27), karyawan swasta yang sering menggunakan jasa ojek daring. Lain halnya dengan Riri Wulandari (25). Ia tetap akan mencoba menggunakan ojek daring.
“Pasti masih ada yang tetap mengambil penumpang walaupun tidak menggunakan atributnya,” kata Riri. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)