Menghemat Energi Panel Surya, Mahasiswa UI Wakili Indonesia di Asia Pasifik
Oleh
Ester Lince Napitupulu
·2 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Menghemat pengeluaran biaya listrik dengan memanfaatkan panel surya berkonsep SMART mengantar dua mahasiswa Universitas Indonesia ke ajang Asia Pasifik dalam kompetisi energi terbarukan 2018.
Tim RISE dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) mampu mengalahkan sekitar 700 mahasiswa se-Indonesia dalam kompetisi Go Green in the City (GGITC) yang digelar Schneider Electric.
Kedua mahasiswa UI itu adalah Clarissa Merry, mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, dan Rivaldo Gurky, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin. Mereka membawa ide bertajuk ”Shape Memory Alloy for Reliable Trackers (SMART)”.
Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI Rifelly Dewi Astuti, di Depok, Rabu (18/7/2018), menjelaskan, kompetisi GGITC diselenggarakan oleh Schneider Electric untuk melakukan transfer pengetahuan dan pengembangan bakat guna membangun generasi muda. Sejak pertama kali diluncurkan pada 2010, GGITC telah diikuti oleh total 7.000 mahasiswa dari seluruh Indonesia.
Rifelly menambahkan, pengumuman hasil kompetisi GGITC Indonesia berlangsung pada Kamis (12/7/2018) di Gedung Schneider Electric, Jakarta. Tim RISE berhasil menjadi pemenang pada tahap seleksi final yang kemudian akan berlanjut mewakili Indonesia bersaing di tingkat Asia Pasifik pada 28-29 Agustus 2018 untuk memperebutkan tiket menuju grand final yang akan diselenggarakan di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, November 2018.
”Kami harapkan inovasi mahasiswa UI ini mampu menjawab permasalahan pada kebutuhan sumber energi dan mendukung program pemerintah dalam rangka pemerataan akses listrik. Dengan demikian, listrik sampai ke pelosok desa di seluruh wilayah Indonesia dengan basis sumber energi alternatif yang ekonomis,” tutur Rifelly.
Menurut Clarissa, dengan menerapkan konsep SMART pada sistem panel surya yang telah ada, energi listrik yang dapat dihasilkan mencapai 31,6 MWh atau setara dengan menghidupkan 2.300 rumah tangga. Hal ini juga dapat menghemat pengeluaran biaya listrik sebesar Rp 17 juta per hari.
”Proyek yang kami ciptakan ini terinspirasi dari panel tenaga surya bergerak yang sudah ada sebelumnya. Namun, kami melihat panel tersebut masih membutuhkan bantuan energi listrik untuk menggerakkannya. Untuk itu, proyek SMART diciptakan untuk meniadakan bantuan energi listrik sehingga akan semakin hemat energi,” kata Clarissa.
Rivaldo menambahkan, inovasi ini awalnya ditujukan untuk menjawab permasalahan di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sebab, Kupang merupakan kota dengan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Indonesia, tetapi tingkat efisiensi panel surya di Kupang sebesar 30-40 persen.
”Dengan menerapkan konsep SMART, efisiensi listrik di Kupang hingga 60 persen. Ini dapat mendukung target pemerintah guna pemerataan listrik di negeri yang ditargetkan sebanyak 99,9 persen pada tahun 2019,” ujar Rivaldo.