Irjen Royke Lumowa tentang Ganjil-Genap
Jelang dan selama penyelenggaraan Asian Games 2018, rekayasa lalu lintas dalam bentuk skema pembatasan kendaraan berdasarkan ganjil-genap nomor polisi akan diberlakukan setiap hari mulai pukul 06.00 hingga pukul 21.00.
Sistem ganjil-genap akan diperluas di jalan arteri, antara lain Jalan Benyamin Sueb, Jalan Ahmad Yani, Jalan DI Panjaitan, Jalan S Parman, Jalan MT Haryono, dan Jalan Metro Pondok Indah.
Penerapan ini diperlukan untuk memenuhi batas waktu 30 menit antara Wisma Atlet Kemayoran dan arena pertandingan (venue).
Namun, kebijakan ini belum diterima dengan baik oleh masyarakat Jakarta. Transportasi umum yang disediakan dinilai masih belum memadai.
Berikut adalah wawancara khusus Kompas dengan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Royke Lumowa, Selasa (17/7/2018), di Jakarta.
Tanya (T): Apa maksud penerapan ganjil-genap?
Jawab (J): Ganjil-genap ini salah satu dari paket kebijakan lalu lintas dalam rangka penyelenggaraan Asian Games di Jakarta. Paket pembatasan kendaraan truk tiga sumbu ke atas di jalan tol dalam kota dan pelipatgandaan angkutan umum sebagai dampak pemberlakuan ganjil-genap.
Skema ganjil-genap ini yang awalnya eksisting semula di dua ruas jalan saja; Sudirman-Thamrin dan Gatot Subroto, ditambah enam ruas jalan. Jadi, semua menjadi delapan ruas jalan. Dari Pancoran-Cawang, di Panjaitan sampai A Yani, Benyamin Sueb, Pondok Indah, Senayan, Slipi sampai Tomang. Karena, menurut survei dan penelitian, dengan memberlakukan delapan ruas jalan ini dapat memengaruhi bangkitan jalan-jalan di sekitarnya, bahkan sampai ke Bekasi dan Tangerang.
Ada pembatasan kendaraan pribadi di Cawang, misalnya, orang Bekasi akan berpikir daripada tercegat di Cawang, saya naik angkutan umum saja. Berdampak bangkitan arus di luar jalan itu sampai ke kota-kota penyangga di Jabodetabek.
Idealnya semua penggal jalan. Itu maunya kami, tetapi kami juga harus mendengar masukan dari masyarakat, harus ada keseimbangan. Ada 8 ruas jalan sudah dapat memengaruhi sampai mendekati 20 persen kinerja jalan. Hasil evaluasi dua minggu belakangan ini baru sampai 10 persen. Ini belum maksimal.
Besok kami akan melakukan uji coba pelarangan di delapan titik ini. Kita sudah mulai mengalihkan, belum menindak. Ada yang masuk Kuningan akan kami luruskan, misalnya, ke Saharjo. Petugas sudah akan stand by sejak pagi. Kita akan lihat peningkatan kinerja sampai 20 persen.
T: Apa alasan pemilihan delapan simpul ini?
J: Ini adalah simpul-simpul kunci yang dapat memengaruhi jalan-jalan yang lain. Jadi, di situ ada deterrent, ada penggentarnya di situ. Kedua, di penggal-penggal jalan ini dapat memperlancar arus atlet dari Wisma Atlet ke Senayan. Maka dari itu, delapan titik ini yang dipilih.
T: Penerapan ganjil-genap ini dalam konteks apa?
J: Untuk memperlancar gerak-gerik atlet dari Wisma Atlet ke Senayan. Karena sebagian besar venue ada di Senayan, tetapi ada silat di Taman Mini dan Golf di Pondok Indah ada juga di Cibubur.
T: Mengapa tidak on-off lalu lintas saja, Pak? Dalam kurun waktu yang tidak sepanjang ini dengan waktu-waktu tertentu?
J: Bangkitannya yang susah. On-off akan menambah macet yang cukup panjang. Kalau ganjil-genap sudah tersosialisasi terus-menerus akan penggal jalan tersebut nantinya akan clear.
T: Apakah akan berlaku selamanya?
J: Selama Asian Games.
T: Jadi artinya setelah Asian Games bagaimana? Batas waktu?
J: Asian Games itu, kan, 18 Agustus sampai 2 September 2018. Namun, sebulan setelah itu ada Asian Para Games. Nanti akan dirapatkan kembali.
T: Jadi delapan ruas itu dengan waktu rentang waktu sedemikian panjang hanya sampai Asian Games?
J: Iya.
T: Jika program ini berjalan sukses, mengapa tidak ada pikiran untuk melanjutkan terus?
J: Tergantung masyarakat, pendapat, dan masukan mereka. Ganjil-genap ini akan memberikan kelancaran yang diberikan pemerintah kepada semua pihak. Karena kemacetan di kota-kota besar di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan, termasuk polusi udaranya. Karena saya bersepeda saya bisa merasakan sendiri.
T: Hasil evaluasi?
J: Ada peningkatan kinerja 9-11 persen. Ada peningkatan masyarakat beralih ke angkutan umum 10-11 persen. Target kami peningkatan mencapai 20 persen. Targetnya adalah antara wisma ke venue.
T: Bagaimana dengan jalan di luar itu?
J: Ada kepadatan yang semakin parah, sekitar –1 persen. Perkiraan kami, di minggu-minggu ke depan akan ada keseimbangan yang signifikan.
T: Selama ini ada tiga venue yang waktu tempuhnya masih membutuhkan lebih dari 35 menit. Pondok Indah, Cibubur, dan Taman Mini. Bagaimana hasilya?
J: Selama ini masih 45 menit. Tapi itu, kan, ganjil-genap masih sosialisasi. Besok ini kami sudah benar-benar menjaga walaupun ditindak tetapi sudah dialihkan.
T: Dengan risiko di sektor ekonomi dan penahanan arus barang logistik, seperti apa risikonya?
J: Masalah truk itu dibatasi di tol dalam kota. Di luar dari itu boleh dan di penggal jalan itu boleh, kan rute yang lain atau waktu yang lain.
T: Apakah kepolisian sudah menghitung risiko ekonomi dan tempat kuliner?
J: Memang akan berdampak, tetapi tidak signifikan negatif. Pemberlakuan kebijakan pemerintah itu dengan semua pihak, dari Aprindo, asosiasi pengusaha truk, Organda. Semua pihak ini hasil diskusi walaupun diskusi itu alot sehingga muncullah jam ini dan rute ini.
T: Hitungan ekonominya ada dari evaluasi?
J: Pasti ada. Pemerintah sudah berpikir ke sana. Tidak mungkin dong bahwa kita sudah bertindak seperti ini tetapi tidak membawakan suatu benefit yang tentu positif.
T: Jadi itu berdasarkan kesepakatan?
J: Sudah dikomunikasikan. Dari internal dan eksternal yang terdampak. Organda, pengusaha, dan ekspor-impor.
T: Bagaimana kesiapan dari pemerintah sendiri, kesiapan infrastruktur pengganti transportasi pribadi dengan kondisi sekarang, kan, belum mumpuni?
J: Iya betul memang. Ini transisi mengarah ke sana. Sebagai contoh, kenapa Kakorlantas bersepeda meski saat ini berpolusi dan macet. Ini adalah salah satu bentuk kepeloporan dengan mengajak masyarakat untuk perlahan-lahan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Sejalan dengan itu, pemerintah dengan gencar meningkatkan pelayanan transportasi umum. Harus paralel.
T: Mulai besok ada petugas untuk pemilahan. Berapa banyak petugas yang dikerahkan?
J: Petugas sebanyak 400-500 personel gabungan. PMJ Ditlantas, Sabhara, Propam Korlantas, Pom TNI, Dishub, dan Satpol PP. Jadi, bisa 600-700 personel.
T: Berarti kebijakan ganjil-genap ini tidak akan mundur?
J: Karena ini telah menjadi keputusan terakhir antara yang menengahi semua pihak. Ini langkah yang harus diambil. Tujuannya adalah kelancaran dan kesuksesan Asian Games. Itu harus diberikan pemerintah, yang kami pertaruhkan adalah nama Indonesia di Asia dan dunia internasional.