JAKARTA, KOMPAS – Sejak berdiri dua tahun yang lalu, SMAN 21 Kota Bekasi di Jatimakmur, Pondokgede, masih menumpang di gedung SDN 3 dan SDN 4 Jatimakmur. SMA ini tidak memiliki prasarana memadai untuk kegiatan proses belajar mengajar.
Kepala SMAN 21 kota Bekasi Dedi Suryadi mengatakan, sekolah ini berdiri sejak 2016. Berdirinya SMAN 21 adalah upaya untuk menghadirkan jenjang SMA yang selama ini tidak ada di Kecamatan Pondokgede. Namun, karena tidak mempunyai lahan untuk mendirikan gedung sekolah, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya gedung SDN 3 dan SDN 4 Jatimakmur dipilih untuk melakukan proses belajar mengajar.
Dedi mengatakan, pemilihan SD dirasa wajar karena jam mengajar hanya sampai pukul 12.00. Setelah itu, SMAN 21 bisa bergantian menggunakan gedung sekolah itu. Namun, yang menjadi kendala adalah jam belajar menjadi lebih pendek. Siswa SMA hanya memiliki waktu belajar di kelas dari pukul 12.15 hingga 17.15. Bandingkan dengan siswa di sekolah negeri lainnya yang memiliki waktu belajar dari 07.00 hingga 15.00, dari hari senin sampai jumat.
“Jika sekolah lain Sabtu libur, sekolah kami tetap masuk. Dan kekurangan jam belajar di sekolah kami siasati dengan memberi pekerjaan rumah,” kata Dedi, Senin (16/7/2018).
Menumpang di gedung sekolah, membuat pihak sekolah tidak bisa menyediakan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan ajar mengajar seperti laboratorium untuk mata pelajaran praktikum. Dari status menumpang ini pula, SMA 21 tidak mendapat bantuan dari Dinas Pendidikan Provinsi Bekasi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Dedi mengatakan, sebenarnya sudah ada usaha merealisasikan membangun gedung sekolah untuk SMAN 21. Mahalnya lahan menjadi kendala utama sehingga sampai saat ini belum ada realisasi membangun gedung.
Lala Kadarsih, guru mata pelajaran Bahasa Inggris, merasakan betul keterbatasan fasilitas untuk kegiatan ajar mengajar. Ia mengatakan untuk kebutuhan mengajarnya terkadang mendapat bantuan dari murid.
“Kadang murid bawa pengeras suara saat mata pelajaran saya,” kata Lala.
Selama dua tahun lebih berjalan, Dedi mengharapkan, perhatian Pemerintah Provinsi Bekasi untuk melakukan pelatihan kepada guru. Hal ini dirasakan penting karena akan semakin meningkatkan mutu guru.
“Dengan keterbatasan seperti ini, yang bisa dilakukan dari pihak sekolah adalah dengan meningkatkan mutu dan kualitas guru,” kata Dedi, Senin (16/7/2018).
Total guru di SMA berjumlah 32 orang, dengan komposisi 30 guru honorer dan 2 guru berstatus pegawai negeri. 30 guru honorer yang mengajar di SMA 21 masih bergantung kepada sekolah untuk mengaji mereka.
“Untuk mengaji guru honorer, pihak sekolah sendiri yang mengeluarkan biaya,” kata Dedi yang juga berharap Pemerintah Provinsi Jawa Barat ikut membantu biaya personil yaitu membayar gaji guru honorer. Dedi mengatakan mereka sudah mengajukan bantuan Januari 2018 tapi sampai sekarang belum turun.
Ke depan yang menjadi tantangan bagi SMAN 21 adalah akan menghadapi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pertama kalinya. Sebanyak 115 murid kelas 12 akan mengikuti UNBK, Dedi berharap ada bantuan dari pihak Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat terkait pengadaan komputer dan server untuk menunjang kebutuhan ujian UNBK. Sehingga tidak perlu pindah ke sekolah yang sudah memiliki fasilitas lengkap atau menyewa gedung untuk melaksanakan UNBK.
Semangat Belajar
Di tengah keterbatasan fasilitas dan harus menumpang gedung sekolah, semangat belajar tetap digaungkan pihak sekolah kepada murid-muridnya. Mereka tidak ingin keterbatasan menjadi halangan untuk meraih prestasi.
Lala Kadarsih mengatakan, tidak mau keterbatasan fasilitas dijadikan alasan. Ia bersama guru-guru lainnya memiliki komitmen untuk terus memberikan nilai dan pengetahuan kepada murid-murid.
Muhammad Rayhan Fadilah (17) dan Norman Iqbal Priharta (16), siswa kelas 12 IPS, sepakat mengatakan, meski sekolahnya tidak banyak memiliki fasilitas untuk menunjang kegiatan ajar mengajar dan waktu belajar yang lebih singkat, tidak membuatnya malas untuk belajar.
“Justru saya harus semakin banyak belajar dan syukurnya guru-guru di sini baik dan menyenangkan,” kata Norman yang menjabat ketua OSIS SMA 21. (E20)