LAGOS, SENIN — Perusahaan-perusahaan sektor teknologi dari Amerika Serikat membidik Afrika sebagai wilayah baru untuk pengembangan bisnisnya. Penduduk muda yang besar menjadi daya tarik bagi perusahaan-perusahaan itu.
Facebook dan Google sudah mulai mengoperasikan pusat pengembangan inovasi di Afrika. Perusahaan-perusahaan juga melakukan sejumlah upaya untuk memperluas akses teknologi di benua itu.
”Kami berinvestasi pada ekosistem. Mereka (warga) saling terhubung dan hal itu salah satu tujuan,” kata Kepala Bidang Kebijakan Publik Facebook Wilayah Afrika Ebele Okobi.
Facebook menyiapkan pelatihan bagi 50.000 orang di Nigeria. Hal itu untuk memberi mereka keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses. Sebagai balasannya, Facebook yang kini mempunyai 26 juta pengguna di Nigeria mendapat akses pada pasar lebih besar. Pasar itu bisa dipakai untuk menguji produk dan strategi.
Facebook memang belum mempunyai kantor permanen di Nigeria. Perusahaan itu masih berkantor di NG_Hub, pusat pelatihan dan inovasi di Lagos, Nigeria.
Kondisi demografis Afrika menjadi faktor penarik perusahaan-perusahaan itu. Penduduk Afrika diperkirakan akan mencapai 1,2 miliar jiwa dan 60 persen di antaranya berusia di bawah 24 tahun.
”Ada peluang bagi perusahaan, seperti Facebook dan Google, benar-benar membuka hal baru. Jika Anda melihat Netflix, Amazon, Facebook, dan Apple, dari mana asal pertumbuhannya? Dari internasional,” kata Daniel Ives, peneliti teknologi di GBH Insights di New York.
Pemerintah negara-negara Afrika juga antusias mengundang perusahaan-perusahaan teknologi untuk berinvestasi ke negara mereka. Wakil Presiden Nigeria Yemi Osinbajo mengundang perwakilan sejumlah perusahaan teknologi. Ia menyebut pertemuan itu sebagai tonggak pengembalian revolusi industri 4.0 kembali ke rumah.
Ia mengatakan, Pemerintah Nigeria akan mendukung rencana ”Pengguna 1 Miliar Berikutnya” yang didorong Google. Dorongan itu untuk memastikan akses digital lebih besar bagi Nigeria dan negara lain di dunia.
Sebelumnya, Google mengumumkan akan membuka pusat pengembangan kecerdasan buatan di Ghana. Pusat pengembangan itu akan fokus pada sejumlah sektor, seperti kesehatan, pertanian, dan pendidikan.
Sejumlah sektor di Afrika terinspirasi dengan perkembangan teknologi. Hal itu dilakukan Ubenwa. Perusahaan rintisan di Nigeria itu menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis ganguan pernapasan bawaan, salah satu penyebab utama kematian bayi di Afrika. Deteksi dini atas masalah itu bisa menyelamatkan ribuan nyawa.
Teknologi juga dimanfaatkan untuk menyelesaikan solusi atas masalah di Afrika. ”Orang Afrika harus terlibat mencari penyelesaian masalah,” kata Tewodros Abebe, mahasiswa program doktoral di Universitas Adis Ababa dan mempelajari teknologi bahasa.
”Bekerja sama, saya kira, adalah cara terbaik untuk alih teknologi di Afrika. Jika mereka hanya mencari bisnis, hal itu penjajahan,” katanya. (AFP)