Yulvianus Harjono & Herpin Dewanto dari Moskwa, Rusia
·4 menit baca
Piala Dunia 2018 telah berakhir, Minggu (15/7/2018), dengan Perancis sebagai juaranya. Namun, kemenangan terbesar menjadi milik tuan rumah, Rusia. Mereka mengubah pandangan dunia melalui pelaksanaan turnamen yang diakui sebagai yang terbaik sepanjang masa, baik dari sisi teknis sepak bola maupun penyelenggaraannya.
Senyum mengembang di wajah Presiden Rusia Vladimir Putin saat menyerahkan trofi Piala Dunia kepada tim juara, Perancis, di tengah guyuran hujan di Stadion Luzhniki, Moskwa. Persiapan bertahun-tahun dan kerja keras jutaan warga Rusia terbayar lunas seiring nyala kembang api warna-warni yang menerangi langit Moskwa malam itu.
Kehadiran sejumlah pemimpin negara yang mengiringi Putin dalam seremoni juara itu, seperti Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic, sejenak mencairkan ketegangan antara Uni Eropa dan Rusia yang sempat mewarnai geografi politik di wilayah itu, beberapa tahun terakhir. Berduyun-duyun datangnya satu juta fans sepak bola mancanegara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, menghapuskan fobia dunia akan Rusia.
”Banyak stereotip buruk tentang Rusia runtuh (dalam sebulan terakhir). Publik dunia melihat Rusia adalah negara yang ramah, dan dengan tangan terbuka menyambut orang asing yang datang,” ujar Putin seperti dikutip The Washington Post.
Keramahtamahan itu terlihat di kota-kota arena Piala Dunia Rusia, yang sebelumnya hampir tidak dikenal publik dunia, dan terisolasi selama puluhan tahun di era Uni Soviet, seperti Nizhny Novgorod dan Samara. Dalam kunjungan Kompas, warga di kedua kota yang menjadi basis industri militer dan program antariksa Rusia itu menunjukkan kehangatan dan antusiasmenya. Mereka tidak segan membantu orang asing dengan mengantarkan ke tempat tujuannya.
”Opini publik (asing) tentang Rusia berubah, bahkan jatuh cinta kepada Rusia, sejak bergulirnya Piala Dunia. Semua orang sependapat, negara ini indah dan warganya bersahabat. Mereka menunjukkan kepada dunia bahwa hal-hal buruk yang dikatakan di luar tidak sepenuhnya benar. Ini Piala Dunia terbaik yang pernah ada,” ujar Presiden FIFA Gianni Infantino dalam jumpa pers beberapa waktu lalu.
Meski sempat dibayang-bayangi ancaman serangan terorisme dan hooliganisme atau kekerasan antarsuporter, Piala Dunia Rusia berjalan lancar dan mulus. Hampir tidak ada gangguan berarti selama sebulan perhelatan itu, kecuali penerobosan lapangan di laga final antara Perancis dan Kroasia oleh kelompok aktivis, Pussy Riot.
Kericuhan, yaitu bentrokan antara polisi dan suporter, justru terjadi di Perancis, setelah laga final berakhir. ”Tantangan besar untuk menyelenggarakan itu (Piala Dunia) dengan sempurna dan aman. Jadi, selamat untuk keberhasilan itu,” ujar Macron, pemimpin muda Perancis yang ikut larut dalam euforia kejayaan tim ”Les Bleus” di Rusia.
Pujian kesuksesan penyelenggaraan Piala Dunia 2018 juga muncul dari Gedung Putih di AS. ”Selamat untuk Presiden Putin dan Rusia yang telah menghadirkan Piala Dunia yang sungguh hebat. Ini salah satu yang terbaik sepanjang masa,” ungkap Donald Trump, Presiden AS yang akan bertemu dengan Putin pada awal pekan ini, melalui Twitter-nya.
Dalam hal kualitas sepak bola, Piala Dunia 2018 dianggap salah satu yang terbaik meski sejumlah tim besar, seperti Italia, Belanda, dan Chile, absen. Dari total 64 laga, sejak pembukaan hingga final, hanya satu partai berakhir tanpa gol, yaitu Perancis kontra Denmark pada 26 Juni. Total 169 gol tercipta. Dalam hal kuantitas gol, jumlah gol di Rusia itu hanya sedikit kalah dari Piala Dunia Brasil 2014 dan Piala Dunia Perancis 1998 yang sama-sama membukukan total 171 gol.
”Organisasi (penyelenggara) Piala Dunia edisi ini sangat baik. Kami diperlakukan dengan luar biasa (selama di Rusia), stadion-stadionnya pun menakjubkan. Saya sangat senang berada di sini,” ujar Pelatih Perancis Didier Deschamps, memuji penyelenggaraan Piala Dunia 2018 dalam jumpa pers di Luzhniki, Minggu malam. Menurut Deschamps, timnya merasa nyaman bermarkas di Istra, pinggiran Moskwa.
Tidak hanya Deschamps, beberapa pelatih juga memuji Rusia. Pelatih Uruguay Oscar Tabarez mengatakan sangat terbantu dengan pelayanan panitia selama timnya berlaga. ”Mereka memiliki infrastruktur yang kami butuhkan dan semua terlayani dengan baik. Ini Piala Dunia terbaik menurut saya,” katanya.
Drama dan kejutan
Piala Dunia 2018 ini juga monumental dengan penerapan teknologi asistensi video wasit (VAR). Itu melengkapi hadirnya drama dan kejutan. Tim-tim mapan bertabur bintang dan kaya pengalaman, seperti Jerman, Argentina, Portugal, dan Brasil, kandas dini. Pesona mereka digantikan perjuangan tanpa lelah dan menggetarkan hati tim-tim ”kuda hitam” seperti Rusia, Swedia, dan Kroasia.
”Piala Dunia Rusia ini menunjukkan, istilah tim besar atau kecil tidak lagi eksis. Perbedaan tipisnya kini ditentukan oleh motivasi dan etos kerja,” tutur Infantino kemudian.