Menikmati Keunikan Bali dengan Sederhana
Menikmati secangkir kopi hitam pahit ditemani sepotong croissant sambil merasakan matahari pagi dapat membuat siapapun melupakan kepenatannya sejenak. Tak ada kegaduhan, obrolan, atau tawa. Semua sibuk menikmati sarapan pada pagi dengan damai, ditemani sedikit semilir angin.
Setidaknya itulah pemandangan pada pagi hari, di restoran Artichoke dalam Hotel Radisson Blu Bali Uluwatu, Bali. Hotel berbintang yang dikelola oleh Radisson Hotel Group ini baru diluncurkan secara resmi pada 5 Juli 2018.
Radisson Blu terletak sekitar 20 kilometer dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Jarak hotel menuju salah satu ikon pariwisata Bali, Pura Luhur Uluwatu juga hanya sekitar enam kilometer.
Begitu masuk ke lobi hotel, pemandangan pertama adalah Pantai Pemutih yang mengundang decak kagum. Pengunjung tak kuasa menahan tangan untuk meraih ponsel pintar untuk segera mengabadikannya.
Bentuk hotel secara keseluruhan seperti kotak raksasa abu-abu. Hotel itu seolah terdiri dari kotak-kotak kecil yang tersusun hingga membentuk kotak besar. Di bagian tengahnya terbuka dan diisi oleh sebuah kolam renang yang mengundang orang untuk segera terjun ke dalamnya.
Di beberapa bidang tembok, desainnya terdiri dari kombinasi besi dan kayu. Membuat bangunan tetap terasa menyatu dengan alam, sekalipun bergaya modern.
General Manager Radisson Blu Bali Uluwatu, Björn-Henning Buth, di Bali, Kamis (5/7/2018), mengatakan, hotel yang memiliki 125 kamar ini menginterpretasikan desain arsitektur khas bali dengan cara yang paling sederhana.
“Bentuk arsitekturnya berasal dari Bali yang disebut desain instaran. Konsepnya terinspirasi dari prinsipal gedung di area Tabanan,” tuturnya. Dengan demikian, filosofi pembangunan gedung memiliki konsep kepala, badan, dan kaki.
Vice President, Operations, South East Asia and Pacific Radisson Hotel Group, Andre De Jong, menambahkan, wisatawan Bali datang demi pengalaman, yakni merasakan budaya baru dan berselancar. Ia meyakini, menginap di tempat yang memberikan nuansa budaya akan melengkapi tujuan tersebut.
Hotel tersebut, misalnya, menyediakan jalur khusus untuk tamu berolahraga. Mereka akan disuguhi pemandangan Bali tradisional sehari-hari. Pemandangan pagi yang tidak jarang ditemukan di pinggir jalan ketika lari adalah rumah dengan arsitek yang kental dengan budaya Bali, hewan domestik seperti ayam, anjing, dan sapi yang berkeliaran pelan, ataupun wisatawan lainnya yang sedang menuju pantai terdekat sambil menenteng papan selancar kesayangan.
Selain itu, ketika pelanggan ingin bertualang, ada beberapa tempat wisata kelas dunia yang dapat dijangkau dengan mudah dari hotel tersebut.
Radisson Blu Bali Uluwatu berjarak sekitar enam kilometer dari Pura Luhur Uluwatu. Kawasan tempat berdirinya hotel itu masih sepi, hanya ada beberapa rumah penduduk warga dan sejumlah bukit kosong di sekitarnya.
Pura tersebut merupakan sebagian dari destinasi pariwisata utama Bali. Dari hotel, pelanggan dapat naik kendaraan yang disediakan hotel untuk menuju Pura Luhur Uluwatu.
Di sana, mereka dapat melihat langsung Pura Luhur Uluwatu yang legendaris dan ratusan monyet-monyet yang menurut cerita temurun bertugas menjaganya. Menjelang maghrib, wisatawan dapat melihat Tari Kecak yang menghipnotis mata.
Sekitar 10 kilometer dari hotel, pelanggan hotel dapat mengunjungi Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK). Taman itu didedikasikan untuk Dewa Wisnu dan tunggangannya, Garuda.
Mereka dapat melihat dari jauh konstruksi pembangunan patung Dewa Wisnu mengendarai Garuda yang progres konstruksinya telah mencapai 90 persen. Patung megah yang tingginya akan mengalahkan tinggi Patung Liberty di Amerika Serikat itu seolah mengingatkan pengunjung mereka berada di dunia lain, dunia eksotis Indonesia.
Sembari menunggu patung tersebut selesai, pengunjung dapat menikmati pemandangan bukit yang telah dipahat hingga berbentuk kotak. Di tengah bukit-bukit itu, terdapat hamparan rumput hijau dimana pengunjung bisa bersantai dan menikmati matahari Bali.
Saat ini, demografi yang menjadi pelanggan hotel ini adalah wisatawan single dan berpasangan. Mereka memiliki usia di kisaran 20-30 tahun, bahkan lebih.
De Jong melanjutkan, terdapat sedikit perubahan antara wisatawan masa kini dibandingkan yang lalu. Wisatawan saat ini turis yang aktif yang senang mencari pengalaman, berolahraga, dan bersenang-senang.
Komitmen
De Jong menekankan, Radisson Hotel Group tertarik untuk terus berinvestasi di Indonesia. Radisson Hotel Group adalah perusahaan internasional yang telah meresmikan dan mengelola lebih dari 1.400 hotel di lebih dari 114 negara.
Seiring dengan rencana itu, lanjutnya, perusahan tersebut berkomitmen untuk membuat seluruh hotelnya bebas plastik. “Kita perlu untuk berkampanye menjaga lingkungan karena kita bergantung dari lingkungan,” ujarnya.
Beberapa cara telah diterapkan oleh Radisson Blu Bali Uluwatu untuk menambah kesadaran menjaga lingkungan. Apalagi, saat ini Bali sedang rentan dengan isu sampah plastik.
Upaya yang langsung terlihat adalah ketika pelanggan datang ke hotel, mereka langsung disambut oleh segelas minuman selamat datang. Pada minuman tersebut, ditaruh sebuah sedotan tertera satu kalimat singkat, “#IAMNOTPLASTIC”.
Contoh nyata lainnya adalah gelas wine yang digunakan di salah satu restoran hotel, Artichoke. Restoran itu menggunakan gelas hasil bahan daur ulang. Tampak retakan gelas yang telah diolah kembali menjadi gelas baru. Inovasi itu tidak membuat suasana menjadi terkesan murah, tetapi justru menambah estetika dekorasi restoran ketika disuguhkan.