SAINT PETERSBURG, SABTU Peringkat ketiga Piala Dunia 2018 menjadi capaian terbaik generasi emas Belgia setelah Eden Hazard dan kawan-kawan mengalahkan Inggris, 2-0, di Stadion Saint Petersburg, Saint Petersburg, Rusia, Sabtu (14/7/2018). Kemenangan dalam laga yang disaksikan sekitar 64.500 penonton itu disumbangkan bek sayap Thomas Meunier pada menit ke-4 dan ditutup Hazard pada menit ke-82.
Kesuksesan itu menegaskan kembali dominasi Belgia yang mengatasi Inggris, 1-0, dalam perebutan juara Grup G. Pada laga itu, kedua tim yang sudah pasti lolos ke fase gugur banyak menurunkan pemain cadangan. Inggris yang kalah kemudian di fase gugur bertemu dengan Kolombia dan Swedia meski akhirnya gagal di tangan Kroasia pada semifinal.
Belgia lalu menggulingkan Jepang dan Brasil meski akhirnya juga menyerah kepada Perancis di babak semifinal. Kekalahan itu akhirnya kembali mempertemukan kedua tim ini.
Manajer Inggris Gareth Southgate membuat lima perubahan dari semifinal. Dia memainkan bek Phil Jones, gelandang Danny Rose, Fabian Delph, Eric Dier, dan Ruben Loftus-Cheek dengan formasi 3-5-2.
Manajer Belgia Roberto Martinez merespons dengan menurunkan kembali Meunier yang absen di semifinal karena akumulasi kartu kuning dan gelandang Youri Tielemans. Martinez juga tetap dengan skema 3-4-3 sejak awal turnamen.
Bagi Belgia, peringkat ketiga itu menjadi prestasi tertinggi di Piala Dunia. Sebelumnya, prestasi terbaik mereka adalah peringkat keempat di Piala Dunia 1986 di Meksiko. Ketika itu, Belgia kalah 2-4 dari Perancis pada laga perebutan peringkat ketiga.
Bagi Inggris, urutan keempat menjadi prestasi terbaik setelah memenangi trofi perdana pada edisi 1966 sebagai tuan rumah. Dalam waktu 52 tahun sejak kejayaan di Stadion Wembley itu, pencapaian terbaik ”Tiga Singa” di Piala Dunia ialah dua kali di urutan keempat. Sebelumnya, Inggris kalah 1-2 dari tuan rumah Italia pada perebutan tempat ketiga Piala Dunia 1990.
Meski tak berhasil memperbaiki catatan prestasi itu, Inggris masih berpeluang menjadi yang terbaik melalui kapten sekaligus penyerang Harry Kane, yang menjadi kandidat terkuat peraih sepatu emas. Dengan 6 gol, raihan penyerang Tottenham Hotspur ini tidak terkejar oleh penyerang Belgia, Romelu Lukaku, yang mencetak 4 gol.
Pesaing Kane yang masih berpeluang adalah dua striker Perancis, Antoine Griezmann dan Kylian Mbappe (tiga gol), dan tiga pemain Kroasia, striker Mario Mandzukic dan gelandang Luka Modric serta Ivan Perisic (dua gol). Jika kelima pemain itu gagal mencetak banyak gol pada laga final, Minggu, gelar pencetak gol terbanyak menjadi milik Kane.
Bersejarah
Perancis dan Kroasia menyisakan satu laga yang memuncaki kemeriahan Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki, Moskwa, Minggu (15/7) pukul 22.00 WIB. Perancis berambisi meraih kejayaan kedua setelah trofi perdana pada Piala Dunia 1998. Sebagai tuan rumah, saat itu mereka menyingkirkan Brasil, 3-0.
Sebelum kemenangan bersejarah itu, Perancis melaju ke final setelah menumbangkan Kroasia di semifinal dengan skor 2-1. Saat itu, Kroasia membuat kejutan sebagai tim debutan yang lolos ke semifinal, bahkan merebut peringkat ketiga setelah mengalahkan Belanda.
Kekalahan dua dekade lalu itu menjadi motivasi lebih bagi Kroasia untuk membalasnya di final 2018. Dengan mencapai final, tim yang ditangani Zlatko Dalic ini telah melampaui capaian tahun 1998. Mereka berambisi menyempurnakan dengan mengangkat trofi Piala Dunia.
Final antara ”Si Biru” Perancis dan ”Lidah Api” Kroasia merupakan adu dua tim yang impresif selama turnamen. Di fase Grup C, Perancis menang 2-1 atas Australia, 1-0 atas Peru, dan seri 0-0 dengan Denmark. Di fase gugur, Perancis menekuk raksasa Amerika Latin yakni Argentina 4-3, lalu Uruguay 2-0. Tim yang dilatih oleh Didier Deschamps, kapten Perancis pada Piala Dunia 1998, ini menghentikan Belgia 0-1 di semifinal.
Kroasia lebih perkasa di fase Grup D dengan kemenangan 2-0 atas Nigeria, 3-0 atas Argentina, dan 2-1 atas Eslandia. Selama fase gugur, Kroasia menguras energi untuk menang 3-2 (1-1) atas Denmark lewat adu penalti. Lalu kemenangan 4-3 (2-2) atas Rusia juga diraih dengan adu tendangan 12 pas. Saat mengalahkan Inggris di semifinal, skor 2-1 diraih melalui perpanjangan waktu.