Transformasi dari Lembah Hitam Menjadi Surga Barang Bekas
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
Pasar Loak Jembatan Item yang berlokasi di Jatinegara, Jakarta Timur, menjadi salah satu lokasi favorit penggemar barang bekas. Mulai dari barang antik, perkakas rumah tangga, hingga segala jenis alat elektronik dapat dijumpai di tempat tersebut. Sebelum menjadi pasar barang bekas, kawasan tersebut terkenal dengan tempat prostitusi dan rawan kejahatan.
Susanto (50), warga Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur, yang sehari-hari berjualan makanan dan minuman di Pasar Loak Jembatan Item, menuturkan, tahun 1980-an, lokasi tersebut terkenal dengan tempat prostitusi.
”Mereka yang datang ke Rawa Bunga pada malam hari pasti ingin cari perempuan (pekerja seks komersial),” ujarnya saat ditemui pada Jumat (13/7/2018). Lokasi tempat prostitusi tersebut tidak jauh dari sebuah jembatan tua yang kini digunakan para pedagang untuk menggelar dagangannya.
Selain terkenal sebagai tempat prostitusi, kawasan ini juga rawan kejahatan. Menurut Susanto, tidak hanya pengguna jalan yang menjadi korban pembegalan, tetapi warga Rawa Bunga pun ada yang dibegal.
Ia menceritakan, sekitar 1986, tempat prostitusi tersebut ditutup meskipun ada yang masih beroperasi secara diam-diam. Pada 1990, ada tiga pedagang dari daerah luar Jakarta yang menjual barang bekas di trotoar dekat jembatan. Mereka dikenal dengan sebutan toko bundar karena menggelar lapaknya menggunakan terpal bekas.
Sejak ada ketiga pedagang tersebut, sejumlah pedagang barang bekas mulai berdatangan. Pada awal 2000, kawasan tersebut menjadi ramai sepanjang hari. Akibatnya, penjahat yang sering beroperasi di kawasan tersebut mulai pergi.
Pada 2005, pedagang tersebut digusur sehingga mereka mendirikan lapak di pinggir sungai yang berada di dalam salah satu gang. Namun, beberapa di antara mereka kembali berjualan di trotoar. ”Seluruh pedagang generasi pertama sudah tidak ada. Saat ini, sebagian besar pendatang baru dan generasi ketiga,” ujar Susanto.
Pedagang kaki lima menggelar dagangannya di sepanjang trotoar Jalan Jembatan Item dan Jalan Jatinegara Timur II. Beberapa di antara mereka berjualan 24 jam. Mereka menjadikan lapaknya sebagai tempat berjualan dan tempat tinggal. Pada akhir pekan, trotoar di sepanjang kedua jalan tersebut dipenuhi pedagang.
Mereka ada yang tinggal di wilayah Jawa Barat, seperti Depok, Bogor, dan Cikarang. ”Ada juga yang berasal dari luar Pulau Jawa sehingga memilih kos di sekitar Jatinegara,” lanjut Susanto.
Salah satu pedagang, Naim (56), misalnya. Ia memilih tinggal di lapaknya dan pulang ke Bogor seminggu sekali. Pria asal Subang, Jawa Barat, tersebut mengatakan dapat menyekolahkan ketiga anaknya dari berjualan barang bekas.
Borongan
Sejumlah pedagang mendapatkan barang bekas dengan cara membeli borongan. Mereka membeli di pengepul barang bekas, kios telepon genggam, dan tukang loak. Namun, ada juga yang mendapatkan barang dari perorangan.
Naim yang berjualan kaset pita bekas biasa membeli borongan sebesar Rp 60.000 per karung. Kaset tersebut dipilah-pilah. Ia mengelompokkannya menjadi barang yang masih bagus dan yang sudah rusak.
Kaset yang masih bagus dijual Rp 15.000 per kaset, sedangkan yang sudah rusak dijual sesuai dengan harga tawar-menawar. Dalam sehari, ia dapat menjual tujuh kaset pita.
Selain menjual kaset bekas, Naim menjual helm bekas. Ia menyebutkan, helm tersebut dibelinya dari orang yang membutuhkan uang. Helm tersebut dibeli Naim sebesar Rp 20.000 dan ia jual seharga Rp 45.000.
Salah satu penjual sepatu bekas, Andri (35), juga membeli secara borongan. Pada beberapa sepatu tersebut terdapat kerusakan. Ia memperbaiki sedemikian rupa sehingga terlihat bagus dan layak dipakai.
Andri juga menjual barang elektronik bekas. Beberapa barang yang rusak diperbaiki Andri agar harga jualnya lebih tinggi. Dalam sehari, omzet yang didapat Andri bisa mencapai Rp 150.000.
Daring
Sejumlah pembeli yang datang ke Pasar Loak Jembatan Item mengatakan menggunakan barang yang dibelinya untuk dipakai sehari-hari. Namun, ada juga yang membelinya untuk dijual kembali secara daring.
Para penjual daring biasanya datang pada dini hari agar mendapatkan barang yang paling bagus. Gilang (27), warga Klender, Jakarta Timur, misalnya. Hampir setiap pagi pukul 04.00 datang ke Pasar Loak Jembatan Item untuk mencari kaset pita bekas dan barang-barang elektronik yang sudah tidak dijual di toko.
Ia dapat menjual barang-barang yang tergolong unik hingga Rp 500.000, padahal Gilang hanya membeli dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 50.000. ”Kebanyakan kaset pita dan radio bekas yang dicari kolektor barang bekas,” ucapnya.
Gilang cukup teliti mencari barang bekas. Ia akan mengecek kondisi barang tersebut dan memastikannya dapat berfungsi.
Menurut sejumlah pembeli, barang-barang tersebut biasanya dapat berfungsi dengan baik saat dicoba. Namun, dalam beberapa bulan, barang-barang tersebut akan rusak. Barang yang rusak itu dijual kepada tukang loak keliling dan dijual kembali ke Pasar Loak Jembatan Item.
Walaupun tahu barang tersebut cepat rusak, mereka akan kembali membeli karena harganya yang sangat murah. Beberapa di antara mereka mencari barang bekas yang tidak berfungsi untuk diambil komponennya.
Pasar Loak Jembatan Item menjadi salah satu pasar tradisional yang masih bertahan di Jakarta. Sayangnya, penataan yang kurang teratur membuat kawasan tersebut terlihat kumuh. Apabila lebih tertata, pengunjung yang datang pun akan merasa nyaman untuk berbelanja. Yang terpenting, trotoar tidak diokupasi oleh pedagang.