Teruslah Berlari Lalu
Keberhasilan Lalu Muhammad Zohri (18) meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 IAAF 2018 di Finlandia menyedot perhatian seantero negeri ini, tak terkecuali Presiden.
Hampir semua terperangah, pemuda yang menorehkan sejarah dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional itu berangkat dari keluarga dengan latar belakang ekonomi yang kekurangan.
Lalu yang yatim piatu hidup bersama kakaknya, Baiq Fazilah, di Desa Pemenang Barat, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Ibundanya, Saeriah, meninggal 2 Februari 2015 lalu, sedangkan ayahnya, Lalu Ahmad Yani, meninggal 2 Februari 2017.
Mereka mendiami gubuk sederhana seluas 6 meter x 8 meter peninggalan orangtuanya. Gubuk itu berdinding gedek dan papan yang sebagian lapuk, beratapkan genteng dan asbes yang sudah bolong di sana-sini. Untuk mencapai gubuk di tengah kampung itu harus melalui gang-gang yang sempit.
Sejak kecil, Lalu harus hidup prihatin. Dengan penghasilan orangtuanya yang tidak seberapa sebagai nelayan dan buruh tani, bungsu dari empat bersaudara sering harus menahan lapar karena ketiadaan makanan.
Di tengah segala keterbatasan ekonomi keluarganya, Lalu kecil telah menunjukkan bakatnya sebagai pelari. Sejak duduk di bangku SD Negeri 2 Pemenang, hampir tiap hari ia berangkat dan pulang sekolah dengan berlari. Jarak sekolah itu sekitar 2 kilometer dari rumahnya.
Bakatnya kian terasah oleh Rosida, guru Olahraga di SMPN 1 Pemenang. ”Ibu Rosida yang membimbing dan terus mengingatkan agar saya sebaiknya berlatih atletik saja,” kata Lalu.
Rosida pun terus meluangkan waktunya melatih Lalu teknik start, posisi tubuh menjelang garis finis, dan pemanasan. Kepada Lalu, Rosida menekankan agar anak didiknya itu semangat berlatih dan disiplin.
Pesan itu dipatuhi oleh Lalu. Sebelum berangkat sekolah, Lalu bangun shalat Subuh, kemudian latihan lari mulai pukul 05.00-07.00 di seputar Pantai Bangsal, Desa Pemenang, yang berjarak sekitar 1 km dari rumahnya. Seusai jam belajar di sekolah, Lalu berlatih mulai pukul 16.00-18.00.
Di bawah bimbingan Rosida, Lalu mampu meraih medali emas pada nomor 100 meter dalam Kejuaraan Daerah Atletik Pelajar tahun 2015 yang berlangsung di Gelanggang Olahraga Turida, Mataram. Penampilannya itu menarik perhatian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB sehingga Lalu dimasukkan ke Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) di Mataram.
Setahun berlatih di PPLP Mataram, Lalu meraih 3 emas, 2 perak, dan 1 perunggu untuk nomor 100 m, 200 m, dan estafet 4 x 100 m dalam Kejurda atletik Remaja Tingkat Provinsi NTB di Mataram dan Kejuaraan Nasional Atletik Antar-PPLP 2017. Pada Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2017 di Semarang, ia meraih emas di nomor 100 m dan 200 m.
Dari capaian itu, Lalu lantas ditarik untuk masuk ke pemusatan latihan nasional (pelatnas) PB PASI, hingga selanjutnya masuk pelatnas Asian Games 2018. Di pelatnas, ia banyak menimba ilmu dari pelatih Eny Sumartoyo dan Erwin Maspaitela. Kehadiran pelatih terbaik dunia IAAF 2016 asal Amerika Serikat, Harry Mara, yang sengaja didatangkan PB PASI sangat membantu Lalu dalam memperbaiki detail tekniknya.
Latihan yang dijalaninya di pelatnas mulai membuahkan hasil. Sebelum mencatat waktu 10,18 detik saat meraih emas pada nomor 100 m di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 IAAF 2018 di Finlandia, Lalu terlebih dulu meraih emas di nomor 100 m pada Kejuaraan Atletik Yunior Asia Pasifik di Jepang tahun 2018 dengan waktu 10,27 detik.
Panen penghargaan
Pencapaian Lalu pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20 IAAF 2018 menuai apresiasi dari berbagai kalangan. Mulai dari rakyat kebanyakan, hingga bupati, gubernur, menteri, dan Presiden menyatakan kebanggaan dan memberikan penghargaan.
”Saya bangga, kita bangga, seluruh masyarakat bangga atas prestasi yang dicapai oleh (Lalu) M Zohri,” kata Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Palembang, Jumat (13/7).
Sebagai ungkapan apresiasinya, Presiden memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk datang ke Lombok dan membangun rumah Lalu. Sebelumnya, sejumlah pejabat juga menjanjikan akan memberikan rumah.
Selain akan merenovasi rumah Lalu, Presiden juga akan mengundangnya ke Istana. ”Ini sebagai ungkapan rasa bangga masyarakat Indonesia,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, pencapaian Lalu dapat menjadi modal semangat atlet yang akan berlaga di Asian Games. ”Ini juga menjadi modal untuk tambahan emas di nomor 100 meter,” kata Presiden Jokowi.
Di tengah panen penghargaan itu, Lalu berkomitmen untuk tetap rendah hati dan berkarya mengharumkan nama bangsa. ”Saya masih akan tetap menjadi saya yang dulu. Tidak akan ada yang mengubah selain berlatih keras dan doa yang selalu saya panjatkan untuk kedua orangtua saya,” kata Lalu saat dihubungi pada Jumat malam.
Lalu memang tidak boleh terlena dengan beragam pujian dan penghargaan yang datang saat ini. Di usianya yang baru 18 tahun, jalan yang akan dilaluinya masih panjang. Ia harus terus berlari dan berlari demi obsesinya menjadi yang tercepat sejagat.
(NIC/RUL/RAM/NTA/DNA)