KAIRO, KAMIS – Mencurigai adanya penyiksaan dan penghilangan terhadap tahanan di Yaman, kelompok hak asasi internasional meminta dilakukannya investigasi di beberapa penjara. Keluarga tahanan tak berani menanyakan keadaan tahanan karena mendapat intimidasi.
Dalam laporan berjudul “Hanya Tuhan yang mengetahui apakah dia masih hidup”, yang dirilis hari Kamis (12/7/2018), Amnesti Internasional (AI) menyatakan telah mendokumentasikan pelanggaran berat termasuk penyiksaan dan penghilangan paksa secara sistemik. Penyiksaan dilakukan secara meluas di penjara yang dibangun secara rahasia oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan sekutunya di wilayah yang berada di luar kontrol Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi.
Dalam laporannya, Amnesti Internasional mengungkapkan telah melakukan investigasi terhadap 51 kasus terdakwa yang ditahan oleh milisi Uni Emirat Arab, antara Maret 2016 – Mei 2018. Kasus terbanyak, kata AI, berupa penghilangan paksa dan 19 orang di antaranya masih hilang. Ini terjadi di provinsi Aden, Lahj, Abyan, Hadramawt, dan Shabwa.
“Keluarga napi menemukan dalam mimpi buruk bahwa anggota keluarga yang mereka cintai dihilangkan secara paksa oleh pasukan yang didukung Uni Emirat Arab,”kata Tirana Hassan, direktur tanggap krisis AI. “Ketika mereka meminta diberi tahu di mana orang yang mereka cintai ditahan atau apakah mereka masih hidup, pertanyaan dijawab diam atau intimidasi,”kata pemerhati hak asasi ini.
AI menyatakan telah membuat dokumentasi yang memperlihatkan luasnya penggunaan kekerasan dan penganiayaan di Yaman dan fasilitas Uni Emirat.
Tahanan dan mantan tahanan serta keluarga mendapatkan perlakuan yang mengertikan, seperti pemukulan, penggunaan kejut listrik, dan kekerasan seksual. Laporan yang mengutip tahanan yang tidak disebut namanya menyatakan, dia melihat sesama tahanan dibawa keluar dengan ditutup karung setelah berulang kali disiksa.
"Akhirnya kekerasan seperti ini harus diselidiki sebagai kejahatan perang. Keduanya, warga Yaman dan pemerintah Uni Emirat harus mengambil langkah segera untuk mengakhirinya dan memberi jawaban kepada keluarga di mana suami-suami, ayah, saudara lelaki dan anak-anak lelaki mereka hilang,” kata Hassan.
UEA hari Kamis mengeluarkan pernyataan yang menyangkal laporan Amnesti. Menurut pemerintah UEA, laporan itu dilatarbelakangi motivasi yang merusak upaya warga Emirat yang ikut ambil bagian dengan koalisi pimpinan Arab Saudi yang mendukung pemerintahan Yaman. "UEA tidak mengatur atau menjalankan penjara di Yaman. Penjara-penjara di Yaman berada di bawah otoritas dan di bawah yurisdiksi yang dimiliki lembaga negara,” kata pernyataan pemerintah Yaman merespons laporan AI.
UAE sudah berulangkali menyangkal keterlibatan dalam praktik penahanan yang tidak sesuai hukum di Yaman, Hari Minggu lalu Menteri Luar Negeri Anwar Gargash menyatakan laporan bahwa UEA menguasai penjara-penjara di Yaman, merupakan “berita bohong”. (AP/REUTERS)