Perencanaan Wilayah untuk Ketahanan Pangan Ibu Kota
Oleh
inki rinaldi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Perhatian pada aspek ketahanan pangan dibutuhkan dalam melakukan perencanaan wilayah di perkotaan. Hal ini terkait dengan kemunculan kawasan-kawasan baru perkotaan menyusul alih fungsi lahan yang terjadi sebagai dampak dari pertumbuhan dan perkembangan aktivitas penduduk.
Peneliti bidang ekonomi dan ketahanan pangan Susy Sanie Herman, Kamis (12/7/2018) mengatakan bahwa sejauh ini pengembangan wilayah-wilayah baru perkotaan, cenderung masih dilakukan dengan pertimbangan politis dan administratif. Adapun sumber-sumber pangan yang terkait dengan keberadaan kawasan-kawasan perkotaan tersebut, cenderung belum dijadikan bahan pertimbangan serta didesain secara spasial atau dengan memerhatikan aspek ruang dan tempatnya pada bentang kebumian.
Hal ini cenderung akan menimbulkan tantangan tersendiri bagi wilayah kota inti, seperti Jakarta, yang relatif bergantung pada kawasan-kawasan di sekitarnya. Susy yang juga peneliti dan dosen di Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya, Jakarta menambahkan, sejauh ini telah dilakukan pengenalan konsep pertanian di perkotaan (urban farming) guna menjamin ketahanan pangan bagi warga Jakarta.
Akan tetapi, tingkatannya baru sebatas pada tahap pengenalan konsep. Target awalnya juga masih berada pada pemenuhan kebutuhan secara subsisten di setiap keluarga.
Selain itu, dilakukan pula pengoptimalan penggunaan lahan Pemprov DKI Jakarta di Ciangir, Tangerang, Banten untuk ditanami sejumlah komoditas pangan. Selain itu, ditambah dengan penggunaan teknologi ”Controlled Athmosphere Storage” guna penyimpanan sejumlah komoditas pangan selama berbulan-bulan tanpa mengganggu kesegarannya.
“Ini (hasilnya) kelihatan pada saat Lebaran, harga (sebagian komoditas pangan) tidak terlalu melonjak,” ujar Susy.
Harga Merangkak
Sementara itu, harga komoditas ayam, telur, dan daging di Jakarta dan sekitarnya cenderung meningkat dalam beberapa hari terakhir. Harga satu kilogram ayam, di sebagian pasar tradisional dalam wilayah Jakarta Barat dan Tangerang Selatan terpantau berada pada kisaran Rp 45 ribu atau naik dari kisaran harga Rp 35.000 hingga Rp 40.000 pada masa beberapa pekan lalu.
Sementara harga telur ayam berada pada kisaran Rp 29.000 per kilogram, atau naik dari harga sebelumnya di kisaran Rp 22.000 hingga Rp 25.000 per kilogram. Harga dua komoditas tersebut di sebagian aplikasi daring penjaja bahan-bahan kebutuhan pokok juga cenderung merangkak naik.
Harga ayam, ditawarkan dengan kisaran harga Rp 48.000 per kilogram. Adapun harga satu kilogram telur, dijual pada kisaran harga Rp 28.000.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta Darjamuni saat dihubungi pada hari yang sama mengatakan, kenaikan harga telur, ayam, dan daging terjadi karena pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Saat ini, satu dollar AS bernilai sekitar Rp 14.300.
Ia menambahkan, untuk menjamin ketahanan pasokan komoditas lain, pihaknya sudah menyiapkan lahan 40 hektar di Ciangir, Tangerang, Banten. Lahan itu akan ditanami cabe dan komoditas hortikultura lainnya guna memenuhi kebutuhan penduduk di DKI Jakarta.