Ratusan Lulusan SMP Belum Dapatkan Sekolah Lanjutan
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS— Sebanyak 912 lulusan sekolah menengah pertama di Kota Kupang belum mendapatkan lembaga pendidikan lanjutan. Sebagian besar calon siswa SMA/SMK tetap bertahan, mengejar sekolah tertentu milik pemerintah, yang mereka nilai sebagai sekolah favorit.
Sekretaris Dinas Pendidikan Nusa Tenggara Timur (NTT) Aloysius Min di Kupang, Rabu (11/7) mengatakan, ada dua sekolah menengah atas negeri (SMAN) jadi rebutan lulusan SMP Kupang, yakni SMA Negeri 1 dan SMAN 3. Sementara sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri yang paling diminati, yakni SMKN 1 dan SMKN 5.
Jumlah SMAN di Kota Kupang sebanyak 12 unit, dan SMKN delapan unit. Kapasitas tampung dari empat SMAN dan SMKN itu sudah penuh, yakni untuk SMAN sebanyak 12 rombongan belajar (rombel), satu rombel menampung 36 siswa. SMK diperkenankan menerima 24 rombel, dengan jumlah 36 siswa per rombel.
“Jumlah siswa yang mendaftar di dua SMAN dan dua SMKN itu sudah membludak, sekitar 866 untuk dua SMAN dan 1.728 calon siswa SMK di dua sekolah itu. Sekolah-sekolah itu tidak bisa menerima siswa baru lagi. Tetapi jumlah 912 siswa itu masih bertahan untuk mendaftar di sekolah-sekolah itu. Ini kan aneh,”kata Min.
Jumlah lulusan SMP di Kota Kupang sekitar 4.500 orang. Jumlah 3.588 siswa sudah terdaftar di sejumlah SMA dan SMK. Jumlah SMAN di Kota Kupang sebanyak 12 unit, dan sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) delapan unit. SMAN masih mampu menampung 4.350 siswa, dan SMK sebanyak 5.184 siswa. Belum termasuk 23 SMA dan SMK swasta.
Seharusnya daya tampung SMA dan SMK di Kota Kupang dan sekitarnya cukup tersedia bagi semua lulusan SMP yang ada. Sistem zonasi pun sudah dilakukan tetapi siswa tetap ingin memilih SMAN atau SMKN tertentu, meski mereka berdomisili jauh dari sekolah itu.
Kepala Sekolah SMKN 4 Kota Kupang, Semi Ndolu mengatakan, kuota penerimaan peserta didik baru (PPBD) di sekolah itu 253 orang untuk tujuh rombel. Tetapi jumlah PPBD mendaftar ulang hanya 123 orang, masih kurang sekitar 130 orang. Sekolah masih menunggu siswa baru sampai masa liburan sekolah berakhir.
Kepala Bidang Pendidikan SMA Dinas Pendidikan NTT Pius Rasi mengatakan, semestinya orangtua calon siswa bisa memberi pemahaman kepada anak mereka agar tidak memaksakan kehendak, masuk sekolah tertentu. Jika semua siswa dipaksa masuk pada satu, berdampak buruk bagi sekolah itu, terkait data pokok pendidikan.
“Tahun 2006-2014, SMAN 1 Kota Kupang mendapat akreditasi A sehingga masuk perguruan tinggi negeri lebih dipermudah. Tetapi ketika siswa mulai membludak dan sekolah itu membuka rombel dari A-Q, dengan jumlah siswa per rombel sebanyak 45 orang, mutu sekolah pun menurun dan akreditasi dari A turun ke B sampai hari ini. Demikian pula SMAN 3 Kota Kupang, tadinya mendapat akreditasi A, kini turun C, lulusan dari SMAN 3 makin sulit diterima di perguruan tinggi negeri,”kata Rasi.
Ny Martina Ata (48) mengatakan, anaknya Anton Manafe (15) tidak mau masuk SMAN lain selain SMAN 1. Pihak Dinas Pendidikan mengarahkan Manafe mendaftar di SMAN 8 tetapi ia tidak mau dengan alasan, letak sekolah 28 km dari rumah, terlalu jauh, dibanding SMAN 1 hanya 8 km.
“Saya paksa anak belajar rajin dari kelas satu SMP sampai lulus, dengan janji masuk SMAN 1. Jumlah nilai evaluasi belajarnya pun 24 tetapi ditolak di SMAN 1, sementara siswa lain dengan nilai NEM 11 diterima. Kami cari keadilan di mana lagi,”kata Martina.
Ketua Komisi V DPRD NTT Jimmy Sianto mengatakan, DPRD dan Dinas Pendidikan telah sepakat menambah rombongan belajar untuk menampung siswa baru, yang berdiam di sekitar sekolah itu. Pihak orangtua dan sekolah yang belum menerima siswa baru sesuai kuota, harus melakukan sosialisasi dan promosi. (KOR)