Kurang dari sepekan lagi, Minggu (15/7/2018), Presiden Joko Widodo akan meresmikan kereta ringan atau light rail transit pertama di Indonesia, yaitu LRT Palembang. Salah satu Proyek Strategis Nasional ini ditargetkan sudah beroperasi sebelum Asian Games 2018 agar dapat melayani atlet, suporter, dan tamu asing yang tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II menuju Kompleks Olahraga Jakabaring Sports City.
LRT Palembang akan menjadi proyek kereta ringan pertama yang akan beroperasi sebelum LRT Jakarta Koridor I (Kelapa Gading-Rawamangun) dan LRT Jabodebek. Konstruksi LRT Palembang yang dimulai pada 2016 dikerjakan oleh perusahaan kontraktor Waskita Karya, sedangkan untuk pengadaan sarana dan perawatan beserta operasi dipegang oleh PT Kereta Api Indonesia.
Hingga Senin (9/7/2018), progres pengerjaan proyek mencapai 95 persen. Pekerjaan yang tersisa adalah pengerjaan tangga akses masuk menuju stasiun.
Proyek senilai Rp 12,5 triliun ini diharapkan dalam jangka panjang dapat mencegah semakin parahnya kemacetan yang terjadi di Palembang. Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan, pembangunan moda transportasi massal sudah harus dilakukan di kota yang padat penduduknya seperti Palembang. Berdasarkan data BPS, Palembang dihuni 1,6 juta penduduk. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah kemacetan parah yang dapat terjadi di masa mendatang.
”Pertama-tama, tujuan LRT adalah sebagai solusi kemacetan. Berdasarkan studi kami, pada 2020 diperkirakan akan terjadi gridlock pada lalu lintas Palembang. Solusinya adalah angkutan massal,” katanya ketika ditemui pada Sabtu (7/7/2018) siang.
LRT Palembang akan membelah pusat kota, menghubungkan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II menuju Kompleks Olahraga Jakabaring Sports City. Jalur sepanjang 23,4 kilometer yang seluruhnya melayang (elevated) ini memiliki 13 stasiun.
Stasiun-stasiun tersebut terletak di beberapa lokasi strategis, antara lain adalah Markas Polda Sumatera Selatan, pusat perbelanjaan Palembang Icon, Pasar Cinde, Jembatan Ampera, dan kantor Polresta Palembang. Waktu tempuh di antara dua stasiun terakhir diperkirakan memakan waktu 42 menit. Waktu ini dapat dipersingkat pada masa penyelenggaraan Asian Games dengan cara hanya menaikkan/menurunkan penumpang di stasiun-stasiun tertentu dan melewati yang lain.
Produksi PT INKA
LRT Palembang menggunakan kereta produksi PT INKA dengan mesin penggerak buatan CRRC China. Sementara itu, sistem kelistrikan dibuat oleh perusahaan Jerman, Stemman Technik. Untuk komponen rem dan kelistrikan lainnya dibuat oleh perusahaan Jepang, Nabtesco Corp.
Lebar sepur atau trek LRT Palembang adalah 1.067 mm. Ukuran ini serupa dengan jalur kereta api eksisting di Pulau Jawa dan MRT Jakarta. Namun, berbeda dengan kereta commuter line Jabodetabek dan MRT Jakarta, listrik yang menjadi sumber daya LRT Palembang tidak disalurkan melalui listrik saluran atas (overhead). Setiap trainset LRT Palembang akan menerima listrik melalui sebuah rel ketiga, yang berada di sisi kanan setiap pasang rel dari arah lajunya kereta. Tegangan listrik yang digunakan adalah 750 volt DC.
Rel ketiga ini tidak menempel tanah; melayang berkisar 30-50 cm. Pada bagian atas dan samping rel ini ditutup dengan plastik keras. Tujuannya adalah agar risiko rel tersebut tersentuh manusia dapat dikurangi. Bagian bawah yang tidak tertutup, menjadi tempat bersentuhnya collector shoes kereta LRT.
Delapan trainset telah dipesan kepada PT INKA dan sejauh ini lima trainset telah tiba di Palembang. Pejabat Pembuat Komitmen LRT Palembang Suranto mengatakan, kelak hanya enam trainset yang beroperasi sehari-hari, dua sisanya untuk cadangan dan pengganti untuk perawatan rutin. Dua trainset ini ditempatkan di Depo LRT yang berada di sisi selatan Stasiun Jakabaring.
Setiap trainset memiliki tiga car (kereta). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kementerian Perhubungan, satu trainset berkapasitas maksimum 536 penumpang dalam pengaturan delapan orang per meter persegi. Dalam pengaturan yang lebih longgar (4 orang per meter persegi), jumlah penumpang yang dapat diangkut sekitar 330 orang.
Kelak, jaringan internat nirkabel atau Wi-Fi juga akan dipasang di dalam kereta LRT Palembang.
Kepala Dinas Perhubungan Sumatra Selatan Nelson Firdaus mengatakan, akan ada dua jenis tarif yang berlaku di LRT Palembang, yakni tarif antar stasiun antara; dan tarif dari dan menuju bandara. Kemungkinan besar, harga tiket sekali naik adalah Rp 5.000 jauh-dekat. Namun, apabila penumpang berangkat dari bandara atau menuju ke sana dari stasiun mana pun, harga tiket yang dikenakan adalah Rp 15.000-Rp 20.000. Besaran tarif tersebut hingga kini masih dalam pembicaraan.
Berdasarkan studi kami, pada 2020 diperkirakan akan terjadi gridlock pada lalu lintas Palembang. Solusinya adalah angkutan massal.
Fasilitas dan harga yang ditawarkan LRT Palembang jelas menarik. Namun, manfaatnya tidak akan terasa apabila warga tidak beralih dari kendaraan pribadi. Tantangan yang sesungguhnya baru akan dimulai. Jangan sampai LRT Palembang hanya menjadi memorabilia penyelenggaraan Asian Games 2018.