Penyelamatan Nan Gemilang
CHIANG RAI, SELASA -- Penantian selama beberapa pekan yang mencekam berakhir semalam dengan gemilang. Seluruh anak-anak dan pelatih yang terperangkap di goa berhasil dievakuasi dengan selamat. Thailand dan dunia bersuka cita.
”Seluruh 12 anggota Wild Boars dan pelatih telah dikeluarkan dari goa. Semua selamat. Hooyaah,” demikian unggahan di Facebook milik SEAL Thailand.
Hujan yang terus menghantam wilayah Chiang Rai sejak Selasa (10/7/2018) pagi tidak menyurutkan niat dan semangat tim untuk menyelesaikan babak akhir evakuasi yang berbahaya dan penuh risiko.
Seperti hari-hari sebelumnya, operasi dimulai pukul 10 pagi untuk mengeluarkan empat anak dan pelatih yang masih berada di goa. Sekitar delapan jam kemudian, tim penyelamat kembali dengan membawa tiga anak yang langsung dibawa ke rumah sakit.
Semua pihak sangat berharap, satu anak yang tersisa beserta pelatih bisa dievakuasi hari itu juga. Bukan saja karena goa sudah kembali dipenuhi air, tetapi juga sulit membayangkan kondisi mental si anak jika ditinggalkan.
Harapan itu terwujud. Sekitar pukul 19.00, anak yang terakhir beserta pelatihnya muncul dari dalam goa. Kesuksesan misi penyelamatan ini disambut kegembiraan luar biasa yang tergambar melalui siaran langsung sejumlah televisi internasional dari lokasi kejadian.
Sekitar pukul 19.00, anak yang terakhir beserta pelatihnya muncul dari dalam goa. Kesuksesan misi penyelamatan ini disambut kegembiraan luar biasa.
Pujian tak hanya ditujukan pada tim penyelamat, tetapi juga pada anak-anak yang terbukti bermental baja. ”Mereka menyelam di kondisi sangat ekstrem dengan jarak pandang nol. Mereka tak bertemu orangtua dua minggu. Bagaimana bisa setenang itu? Anak-anak luar biasa,” ujar Ivan Karadzic, yang tergabung dalam tim penyelamat.
Pemerintah Thailand memutuskan Hari H penyelamatan pada Minggu (8/7/2018). Saat itu, setelah melalui proses mencekam selama 9 jam, tim berhasil membawa empat anak dengan selamat. Penyelamatan ini disambut tangis dan kelegaan seluruh warga Thailand, yang berminggu-minggu mengikuti dengan saksama peristiwa ini.
Keberhasilan itu menumbuhkan keyakinan dan semangat yang tinggi bahwa misi penyelamatan tidaklah mustahil. Kekhawatiran sempat muncul karena pekan lalu seorang bekas anggota SEAL AL Thailand tewas di rute penyelaman.
Kesuksesan lalu terjadi lagi pada Senin (9/7/2018). Tim kembali menyelamatkan empat anak. ”Delapan anak ini memiliki kondisi kesehatan maupun mentalnya baik,” kata Jedsada Chokdamrongsuk, pejabat dari kementerian Kesehatan Thailand, pada saat itu.
Semua anak selanjutnya dikarantina sampai dokter memastikan tak ada yang terkena infeksi selama terperangkap di dalam goa. Para ahli mengingatkan, meminum air terkontaminasi kotoran kelelawar atau burung di dalam goa dapat membuat orang terkena infeksi serius. Jedsada menambahkan, berdasarkan hasil test dan rontgen, ada dua anak terindikasi pneumonia.
Bertahan
Drama penyelamatan yang melibatkan puluhan penyelam kelas dunia dari berbagai negara dan SEAL AL Thailand mencekam publik dunia. Kemampuan anak-anak bertahan hidup di goa dalam kegelapan total juga membuat takjub.
Anak-anak dan pelatih masuk goa usai latihan bola pada 23 Juni lalu. Hujan lebat membuat goa banjir sehingga mereka harus memanjat dinding goa untuk menghindari genangan, dan masuk empat kilometer. Tim membutuhkan 10 hari untuk menemukan lokasi mereka.
Temuan ini membuat rakyat Thailand lega, tetapi tim penyelamat menghadapi kendala untuk melakukan evakuasi. Jalur yang dilalui anak-anak itu telah dipenuhi air hujan yang bercampur lumpur.
Untuk bisa keluar dari tempat itu, anak-anak harus menyelam sejauh 1,9 km di dalam air pekat melewati lorong-lorong goa yang sempit. Mereka juga akan bertemu simpangan yang paling berbahaya, yang disebut dengan T Junction, di mana lorong goa menanjak, berbelok sedikit dan kemudian menukik curam.
Kendala terbesar, tak ada satupun dari anak-anak yang pernah menyelam, dan beberapa orang tak bisa berenang. Tim penyelamat sangat mengkhawatirkan kondisi ini karena jika satu anak terkena serangan panik, atau mengalami klaustrofobia (ketakutan pada ruangan sempit), maka seluruh misi akan gagal.
Namun, kini terbukti, anak-anak itu bermental baja. Ada kemungkinan, pelatih mereka yang menguasai teknik meditasi berkontribusi untuk membuat anak-anak tetap tenang. (AP/AFP/REUTERS)