Keluar dari Jerat Kemiskinan Lewat Kontes Kecantikan
Di sebuah rumah kecil dengan atap seng yang bocor di dekat Caracas, ibu kota Venezuela, remaja putri bernama Johandrys Colls dengan bangga memamerkan dua mahkota berhiaskan batu permata plastik dan sembilan selempang satin. Barang-barang ini diperolehnya saat memenangi kontes kecantikan lokal.
Johandrys Colls masih berusia 16 tahun. Ayahnya seorang pemotong daging dan ibunya seorang guru. Johandrys Colls berharap di masa depannya ia bisa bebas dari kemiskinan dengan menjadi ratu kecantikan internasional.
”Selempang ini merupakan pencapaian besar bagi saya,” kata remaja putri berbadan kurus dengan mata coklat gelap sambil mengibaskan rambut hitam panjangnya dari satu sisi ke sisi lain. ”Saya ingin mencapai apa yang harus saya capai,” katanya.
Saat kecemasan terhadap seksisme dan kebangkitan gerakan bertagar #MeToo baru-baru ini telah memaksa kontes Miss America untuk mengakhiri kompetisi pakaian renang dan lebih menekankan prestasi pribadi, di Amerika Latin para perempuan muda tetap berbondong-bondong mengikuti kompetisi yang menempatkan kecantikan di atas segalanya.
Di Venezuela, kompetisi kecantikan menelan biaya tinggi. Gaun berpayet rumit dan operasi kosmetik yang mahal untuk memenangi kontes kecantikan tak dapat dijangkau oleh sebagian besar peserta kontes di negara yang inflasinya tinggi itu. Pegawai negeri di Venezuela hanya berpenghasilan sekitar 3 dollar AS per bulan.
Awal tahun ini, kontes Miss Venezuela diguncang isu bahwa beberapa pesertanya membiayai keikutsertaan mereka untuk meraih mahkota dengan mencari pria kaya yang bisa membelikan gaun mahal dan membiayai operasi kecantikan. Imbalannya ialah seks.
Meski tuduhan itu mengkhawatirkan, sepertinya itu tidak banyak membantu untuk mencegah perempuan muda seperti Colls. Bahkan, orangtua Colls telah mendaftarkannya di salah satu sekolah model top Venezuela meski pendapatan mereka pas-pasan. Orangtuanya melakukan hal itu dengan harapan bisa mengantarkan putri mereka menjadi ratu kecantikan dan mengubah perekonomian mereka.
Bahkan, orangtua Colls telah mendaftarkannya di salah satu sekolah model top Venezuela meski pendapatan mereka pas-pasan.
”Saya berharap nilai-nilai dan pendidikan yang saya tanamkan kepada putri saya bisa dia gunakan dengan baik. Dengan demikian, di masa depan, jika sesuatu yang buruk datang, dia tahu bagaimana menangkisnya,” ujar Lisbeth Linarez, ibu Colls.
Setelah minyak, ratu kecantikan mungkin merupakan ekspor terbesar Venezuela: perempuan dari Venezuela sudah memenangi tujuh gelar Miss Universe.
Setelah memenangi mahkota Miss Universe, para perempuan cantik Venezuela berkarier sebagai aktris, jurnalis, dan bahkan kandidat presiden. Ketika kontes tahunan Miss Venezuela disiarkan di televisi, jutaan orang menyaksikannya.
Banyak yang terpukau ketika para kontestan berpawai di panggung dengan bikini berwarna neon, sementara hasil pengukuran tubuh mereka dibacakan dengan keras. Mereka pun harus menjawab pertanyaan seperti bagaimana mereka akan menarik warga Venezuela untuk kembali ke Gereja Katolik Roma, saat kepercayaan pada gereja memudar.
Lebih banyak
Ketika negara dalam situasi ekonomi yang memburuk, lebih banyak lagi perempuan muda yang bermimpi menjadi ratu kecantikan. Saat berlangsung seleksi kontes Nuestra Belleza Venezuela, puluhan remaja putri mengenakan sepatu bertumit tinggi dan lipstik merah muda mengilap melangkah di depan para juri. Di antara mereka adalah Oxlaniela Oropeza, mahasiswa hukum, yang mengatakan bahwa skandal Miss Venezuela baru-baru ini tidak membatalkan ambisinya.
”Tekad saya sudah bulat dan tidak ada yang bisa mengambilnya dari saya. Sejak saya berusia 6 tahun, tujuan saya adalah menjadi Miss Venezuela,” kata Oropeza.
Di Venezuela, pengusaha yang membuat kontes kecantikan dan telah melahirkan banyak ratu kecantikan itu bernama: Osmel Sousa. Ia menjadi tokoh di kontes kecantikan Venezuela selama hampir empat dasawarsa sebelum akhirnya meninggalkan organisasi ratu kecantikan pada Februari lalu.
Sousa mundur saat muncul isu di media sosial yang menuding penyelenggara kontes tersebut menjadikan perempuan-perempuan cantik sebagai lady escort bagi pejabat tinggi pemerintah. Sebagai imbalan, mereka mendapatkan perhiasan, gaun elegan, hingga pembiayaan operasi kecantikan. Kontes Miss Venezuela dihentikan sementara karena merebaknya protes.
Sousa membantah tuduhan bahwa ia berperan dalam membantu kontestan menemukan seseorang yang disebut ”sponsor”. Beberapa calon kontestan bicara memberikan pembelaan bahwa tuduhan itu tidak benar. Namun, banyak perempuan muda yang telah ikut kontes mengatakan bahwa mereka menemukan pria kaya yang mendukung usaha mereka untuk ikut kontes dan hal seperti ini telah lama menjadi praktik umum.
Patricia Velasquez, seorang kontestan dalam kontes Miss Venezuela tahun 1989, menulis dalam memoarnya mengenai kewajiban untuk berhubungan dengan pria yang lebih tua yang memberinya sebuah apartemen di Caracas dan membiayai operasi implan payudara.
”Saya cepat belajar bahwa masuk ke kontes Miss Venezuela berarti saya harus mulai melacurkan diri sendiri untuk mencari sponsor,” tulisnya. ”Tidak semua orang perlu melakukan itu, tetapi hal itu adalah realitas saya.”
Kontes baru
Dalam wawancara dengan The Associated Press, Sousa mengatakan bahwa jika ada kesalahan dilakukan, mereka yang harus bertanggung jawab. Dia baru-baru ini meluncurkan kontes baru yang disebut The Contest yang akan tetap menampilkan segmen baju renang, yang disebutnya sebagai demonstrasi gaya, fisik, dan kondisi kesehatan peserta kontes.
”Menonton kompetisi pakaian renang adalah bagian yang paling penting,” kata Sousa dari lobi sebuah restoran Arab mewah di Caracas. Beberapa orang, seperti Esther Pineda, pakar studi perempuan, percaya bahwa popularitas kontes kecantikan di Venezuela yang terus meningkat juga merupakan indikasi betapa seksisnya negara tersebut.
Bahkan, ketika semakin banyak perempuan menduduki kursi di kongres dan menjadi pemimpin bisnis di seluruh Amerika Latin, budaya yang lebih menghargai penampilan ketimbang kecerdasan otak tetap lazim. Gerakan #MeToo yang menggulingkan karier tokoh Hollywood dan tokoh politik ternyata sekadar riak di Venezuela.
Hanya sedikit yang percaya bahwa kontes Venezuela akan meniru kontes Miss America yang meniadakan segmen pakaian renang. ”Keindahan fisik dipandang sebagai nilai. Hal itu lebih penting daripada atribut lainnya,” tutur Pineda.
Colls masih ingat menonton kontes Miss Venezuela dengan keluarganya di usia 6 tahun. Ia kemudian mencuri sepatu hak tinggi ibunya untuk meniru ratu kecantikan di layar televisi.
”Tayangan TV itu menginspirasi saya,” kata Colls sambil tersenyum. ”Hal yang indah melihat mereka bersaing dan berbagi bakat mereka dengan dunia,” katanya. (AP)