Uluwatu dan Mereka yang Mencari Keseimbangan Hidup di Bali
Ikon utama Bali yang mengangkatnya sebagai destinasi pariwisata level internasional adalah Pantai Kuta di Kecamatan Kuta, sebelah selatan Kota Denpasar. Pantai itu terkenal akan keindahan pemandangan matahari terbenam dan ombak.
Dalam buku Bali’s Silent Crisis: Desire, Tragedy, and Transition oleh Jeff Lewis dan Belinda Lewis tahun 2009, turis yang berkunjung ke Pantai Kuta sebelum tahun 2000 hanya sesekali pergi ke wilayah pariwisata lain di Pulau Bali.
Namun, preferensi mereka mulai berubah seiring serangan bom teroris yang menewaskan ratusan orang di kawasan tersebut pada 2002 dan 2005. Banyak peselancar dan penikmat pantai beralih ke wilayah lain, seperti Seminyak, Canggu, dan Uluwatu.
Banyak peselancar dan penikmat pantai beralih ke wilayah lain, seperti Seminyak, Canggu, dan Uluwatu.
Uluwatu di Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, memiliki nama dan sejarah sendiri sama seperti tempat wisata lain di Bali. Uluwatu terkenal akan tempat ibadah bagi masyarakat Hindu Bali yang bernama Pura Luhur Uluwatu.
Pura itu merupakan satu dari sembilan pura ternama lain di Bali, di antaranya Pura Besakih serta Pura Goa dan Lawah.
Pura yang juga disebut sebagai Pura Luwur itu terletak di atas sebuah tebing dengan tinggi sekitar 80 meter di tepi barat daya Bukit Peninsula. Pura itu langsung berhadapan dengan Samudra Hindia.
Selain Pura Uluwatu, destinasi pariwisata di sekitar Uluwatu yang mulai memiliki nama di mata dunia adalah Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK). Taman itu didedikasikan untuk Dewa Wisnu dan tunggangannya, Garuda.
Di situ sedang dibangun patung Dewa Wisnu mengendarai Garuda dengan tinggi total 120,9 meter dan lebar 64 meter, yang akan mengalahkan tinggi Patung Liberty di Amerika Serikat.
Commercial Division Head dari PT Garuda Adhimatra Indonesia Yanti Oktaviani Murtrianti mengatakan, pembangunan patung akan selesai pada Juli 2018. Ketika patung selesai, GWK menargetkan jumlah pengunjung mencapai 1,4 juta orang per tahun.
Selain kedua tempat wisata itu, Uluwatu memiliki sejumlah pantai yang menjadi incaran para peselancar dunia, seperti Pantai Padang Padang, Balangan, dan Dreamland.
Sejumlah pengembang dan pengusaha hotel melihat potensi pengembangan wilayah-wilayah tersebut. Wilayah pantai dari Jimbaran hingga ke Uluwatu, misalnya, telah menjadi properti pribadi. Di pesisirnya dibangun sejumlah hotel mewah.
Namun, jika dilihat sepintas, pengembangan wilayah Uluwatu belum merata. Beberapa area belum memiliki jalan yang mulus, kafe, ataupun pusat perbelanjaan seperti di Kuta.
Sejumlah pengusaha hotel internasional tidak langsung berkecil hati. Mereka justru melihat kesempatan untuk menempati wilayah-wilayah yang belum dikembangkan secara maksimal. Salah satunya Radisson Hotel Group (RHG).
Sejumlah pengembang dan pengusaha hotel melihat potensi pengembangan wilayah-wilayah Uluwatu.
Kamis (5/7/2018), RHG membuka secara resmi hotel pertama kelas premier, yakni Radisson Blu Bali Uluwatu. Hotel tersebut beroperasi sejak akhir Februari 2018.
RHG adalah perusahaan internasional yang bergerak dalam pelayanan jasa hotel selama lebih dari 75 tahun. Perusahaan tersebut telah meresmikan dan mengembangkan lebih dari 1.400 hotel di lebih dari 114 negara.
Menurut Vice President, Operations, South East Asia and Pacific RHG Andre De Jong, dalam konferensi pers pembukaan Radisson Blu, banyak hotel dibangun di Bali dan Uluwatu termasuk yang menarik bagi investor internasional. Ada kalanya, beberapa wilayah di Bali memiliki hotel lebih banyak dibandingkan dengan yang lain. Uluwatu termasuk yang belum merata.
Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam angka tahun 2017, terdapat 2.079 hotel yang tersebar di Bali pada 2015. Kabupaten Badung menduduki peringkat pertama dengan jumlah hotel berbintang terbanyak, yaitu 183 unit, diikuti oleh Denpasar 36 unit. Kabupaten lain memiliki hotel berbintang di bawah 25 unit.
”Kami berada di Uluwatu termasuk yang paling awal. Namun, dengan pengembangan Uluwatu sebagai destinasi pariwisata Bali, akan banyak hotel yang bermunculan,” kata De Jong.
Radisson Blu Bali Uluwatu berjarak sekitar 6 kilometer dari Pura Uluwatu dan 10 kilometer dari GWK. Kawasan tempat berdirinya hotel itu masih sepi, hanya ada beberapa rumah warga dan sejumlah bukit kosong di sekitarnya.
Selain itu, hanya ada satu hotel berbintang pesaing yang berada tepat di sebelahnya, yaitu Anantara Uluwatu Bali Resort.
De Jong menilai, Uluwatu adalah daerah yang memiliki karakter tersendiri. Wisatawan akan datang ke tempat itu karena daya tarik budaya, sejarah, dan pantai untuk berselancar. Uluwatu juga merupakan area yang lebih sunyi dibandingkan beberapa daerah lain.
General Manager Radisson Blu Bali Uluwatu Björn-Henning Buth menjabarkan, pengunjung hotel berbintang itu didominasi wisatawan single dan berpasangan. ”Mereka adalah turis aktif yang senang mencari pengalaman,” ujarnya.
Director, PR, Communications and Brands, Asia Pacific RHG Eunice Tan menambahkan, wisatawan pada masa ini mencari pendekatan yang dapat memuaskan kebutuhan jiwa dan raga mereka.
Untuk jiwa, mereka mengeksplorasi budaya baru dan mempelajari keterampilan baru seperti berselancar. Adapun pemenuhan kebutuhan raga dapat dilakukan melalui yoga, meditasi, dan makan makanan sehat. ”Mereka memperbarui spiritualitas individual mereka,” ucap Tan.
Menurut Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Provinsi Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana, secara keseluruhan Pulau Bali menawarkan kehidupan holistik (holistic living) kepada wisatawan.
Kehidupan holistik adalah gaya hidup dengan pendekatan secara holistik, di mana setelah penyembuhan jiwa dan raga selesai, penyembuhan juga direfleksikan kepada lingkungan sekitar.
Adnyana melanjutkan, Uluwatu memiliki sejarah yang sesuai untuk menawarkan konsep kehidupan holistik kepada turis. ”Uluwatu dari dulu tidak memiliki komunitas dan peradaban. Uluwatu merupakan tempat spiritual yang cocok untuk menyepi dan mengasingkan diri,” katanya.
Uluwatu merupakan tempat spiritual yang cocok untuk menyepi dan mengasingkan diri.
Ia berharap, kesunyian yang ada di Uluwatu patut dipertahankan. Pemilihan industri yang berinvestasi di wilayah Uluwatu perlu diseleksi dengan cermat untuk menjaga Uluwatu sebagai sentral kehidupan holistik, yang jauh dari ingar-bingar duniawi.