Pulangkan Brasil, Belgia Mendekati Dongeng Siklus Dua Dekade
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
KAZAN, SABTU – Belgia memeragakan sepak bola generasi emas setelah kemenangan 2-1 atas juara dunia lima kali Brasil di perempat final Piala Dunia 2018, di Kazan Arena, Kazan, Rusia, Sabtu (7/7/2018) dini hari WIB. Kemenangan itu mengantarkan Belgia ke semifinal untuk menghadapi Perancis.
Belgia pun makin dekat untuk mewujudkan siklus 20 tahun di Piala Dunia, yakni lahirnya juara baru, sejak 1958. Pada edisi di Swedia itu, Brasil merupakan juara baru sekaligus tim pertama dari luar benua yang mampu meraih juara di Eropa. Tepat 20 tahun kemudian, juara baru lahir lagi saat Argentina merebut trofi 1978 sebagai tuan rumah.
Dua dekade kemudian, giliran Perancis yang menikmati siklus itu, juga sebagai tuan rumah, saat menjuarai edisi 1998. Jika siklus itu terjadi lagi, Belgia bersama Rusia, Kroasia, dan Swedia yang tersisa adalah tim-tim yang berstatus belum pernah juara Piala Dunia.
Pada laga kontra Brasil itu, Gol pertama untuk Belgia terjadi akibat bunuh diri gelandang Brasil, Fernandinho, pada menit ke-13. Bermula dari sepak pojok yang dieksekusi sayap serang Nacer Chadli, Fernandinho dan penyerang Gabriel Jesus sama-sama melompat untuk menyundul bola itu.
Malang, bola malah mengenai pundak belakang Fernandinho dan memantul masuk gawang yang dikawal Alisson Becker. Terkejut dengan gol itu, Brasil tambah ngotot menyerang. Namun, serangan yang kurang terkoordinasi dengan pertahanan baik menjadi petaka bagi skuad berjuluk "Selecao" itu.
Pada menit ke-31, melalui skema serangan balik, penyerang Romelu Lukaku menggiring bola dari depan kotak penalti hingga sisi lapangan Brasil. Dia melihat sayap serang Kevin De Bruyne dan gelandang Thomas Meunier berlari kencang ke arah kotak penalti Brasil dari sisi kanan.
Lukaku lalu mengoper kepada De Bruyne, yang menggiring bola tanpa diadang pemain Brasil. Mendapat ruang yang leluasa, tepat sebelum memasuki kotak penalti, De Bruyne melepaskan tembakan keras ke pojok kanan gawang Brasil tanpa bisa dijangkau Becker.
Brasil baru bisa membalas pada menit ke-76 lewat sundulan pemain pengganti, gelandang Renato Augusto. Gol itu diciptakannya tiga menit setelah menggantikan Paulinho. Gol tercipta lewat operan Coutinho kepada Augusto yang berdiri agak bebas di kotak penalti Belgia.
Penjagaan oleh kapten Vincent Kompany dan Jan Vertonghen agak longgar sehingga Augusto dengan nyaman melompat dan menyundul asis Coutinho itu untuk membuahkan gol. Namun, skor 1-2 untuk kemenangan Belgia bertahan sampai laga dinyatakan usai oleh wasit Milorad Mazic asal Serbia.
“Brasil dengan segala keterampilan menawan dapat membunuhmu di laga terbuka. Namun, saya tidak berpikir sedetik pun bahwa para pemain akan menyerah. Mereka berhasil berbuat yang istimewa dan semoga membuat bangga pendukung Belgia,” kata pelatih Belgia Roberto Martinez seusai laga.
Kemenangan itu menjadi harta karun memori yang indah untuk dikenang di masa depan. Belgia pun berpotensi melampaui capaian urutan keempat seperti Piala Dunia Meksiko 1986 jika mampu mengalahkan Perancis di semifinal nanti. “Kami memerlukan lebih banyak energi untuk laga berikutnya dan memastikan penampilan saat semifinal lebih baik lagi,” ujar Martinez.
Keberhasilan itu merupakan kejutan yang terus dihadirkan oleh skuad berjuluk "Setan Merah" itu di turnamen terakbar sepak bola ini. Di penyisihan Grup G, Belgia tampil perkasa dengan kemenangan 3-0 atas Panama, 5-2 atas Tunisia, dan 1-0 atas Inggris.
Di perdelapan final menghadapi Jepang, Belgia sempat tertinggal dua gol terlebih dahulu. Namun, mereka bangkit dan mencetak tiga gol kemenangan. Bahkan, Belgia belum terkalahkan di 23 pertandingan terakhir sehingga paling kukuh di antara Perancis, Rusia, Kroasia, Swedia, maupun Inggris, tim-tim yang tersisa di turnamen.
De Bruyne mengatakan, Martinez menerapkan strategi amat berani dengan formasi 3-4-3 melawan Brasil yang memakai pola 4-2-3-1. Dengan demikian, barisan depan Belgia yang diisi dirinya, Lukaku, dan kapten Eden Hazard sudah mencoba memotong aliran bola Brasil sejak dini. Belgia memberi tekanan tinggi dan berhasil membuat Brasil frustrasi, terutama sang megabintang Neymar, yang kerap gagal menembus kotak penalti "Setan Merah".
Belgia mampu memanfaatkan keberuntungan dan celah pertahanan sehingga unggul dua gol di babak pertama. “Di babak kedua, mereka mengganti taktik dan cukup sukses karena membalas satu gol. Kami beruntung dapat bertahan di 15 menit terakhir tanpa kemasukan lagi,” katanya.
De Bruyne mengatakan, telah siap untuk menghadapi Perancis di semifinal yang dianggapnya tim luar biasa. Namun, di semifinal turnamen apa pun, lawan tentu bukan lemah. “Kami mungkin bisa dianggap setara dengan mereka (Perancis) dan akan berusaha amat keras untuk menang,” ujarnya.
Tersingkirnya Brasil secara otomatis menghapus keberadaan tim-tim Amerika Selatan (Conmebol) di semifinal. Partai perempat final lainnya mempertemukan tuan rumah Rusia-Kroasia dan Swedia-Inggris. Ketiadaan tim Conmebol di semifinal Piala Dunia mengulang edisi 1934 Italia, 1966 Inggris, 1982 Spanyol, dan 2006 Jerman.
Sebelumnya, Perancis menyingkirkan Argentina di perdelapan final dan Uruguay di perempat final. Sementara, Kolombia disingkirkan Inggris di perdelapan final. (AFP)